Ridwan Kamil ungkap alasannya masuk Golkar: Saya banget!
Keputusan ini telah direstui ibundanya dan sang istri.

Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, akhirnya bergabung ke Partai Golkar setelah sebelumnya mengumumkan akan masuk partai politik (parpol). Langkah ini diklaim sudah berdasarkan pertimbangan matang, salah satunya partai berlambang pohon beringin diklaim bersifat terbuka dan pancasilais.
"Pertama, karena Partai Golkar sebagai partai yang paling tengah, partai yang pancasilais, terbuka sehingga ini yang menjadi sebuah minat saya," ujar Emil, sapaannya, dalam konferensi pers di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (18/1).
"Kedua, sejarah Partai Golkar. Institusi ini sangat terhormat sehingga besar. Kecilnya ini memang ditentukan oleh individunya. Jika individu ini berkualitas, maka yang diuntungkan adalah Indonesia," imbuhnya.
Alasan lainnya, memiliki kesamaan visi dan misi dengan Golkar. Bagi Emil, Golkar konsisten dan fokus membangun karya progresif.
"Itu saya banget! Ingin membangun, membereskan yang semrawut, meluruskan yang bengkok dengan ikhtiar," ucapnya.
Emil melanjutkan, telah mendapatkan restu keluarga, terutama sang ibu, untuk menjadi kader Golkar.
"Ibu Cinta (istri Emil, red) juga merestui [sehingga] datanglah ke hari ini. Per hari ini, saya sudah berjaket kuning, ber-KTA," tuturnya.
Menurutnya, komunikasinya dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto, terbangun baik selama ini. Bahkan, diklaim kerap berdiskusi berbagai hal, dari urusan ekonomi hingga masalah pribadi.
"Waktu ada musibah, beliau menyampaikan simpati lebih dari sekali. Menurut saya, itu kemanusiaan Pak Airlangga yang sangat diapresiasi," ungkap Emil.
Sementara itu, Airlangga menerangkan, Emil memenuhi syarat menjadi kader Golkar. Dalihnya, Golkar adalah partai tengah yang terbuka, menghindari politik identitas, dan mensejahterakan masyarakat.
"Kang Emil memenuhi syarat karena selama ini beliau juga telah bekerja menangani kesejahteraan masyarakat. Secara ideologi, tidak terlalu berbeda," katanya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Curhat periset BRIN: Tak punya alat, rebutan kursi
Jumat, 27 Jan 2023 06:38 WIB
Dilema distribusi energi terbarukan: PLN untung atau buntung?
Kamis, 26 Jan 2023 09:06 WIB