sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Segmen pemilih pendidikan tinggi dinilai jadi kunci kemenangan Pilpres 2024

Menurut Ipang, pemilih di segmen ini punya kesadaran politik, punya kecenderungan untuk mempengaruhi pemilih lain.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Kamis, 08 Des 2022 11:46 WIB
Segmen pemilih pendidikan tinggi dinilai jadi kunci kemenangan Pilpres 2024

Segmen pemilih di kalangan masyarakat terdidik dinilai menjadi salah satu kunci bagi kandidat untuk memperluas dukungan dan memperbesar peluang untuk memenangkan kompetisi Pilpres 2024. Pangkalnya, pemilih di segmen ini biasanya sangat sulit untuk dipengaruhi dan diarahkan untuk mendukung kandidat tertentu.

"Disebabkan mereka pemilih punya sumber informasi dan preferensi cukup memadai yang kemudian menjadi pertimbangan dasar untuk menentukan sikap politiknya secara independen," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago kepada Alinea.id, Kamis (8/12).

Menurut Ipang, pemilih di segmen ini punya kesadaran politik, punya kecenderungan untuk mempengaruhi pemilih lain, baik di segmen yang sama atau di segmen pemilih lainnya. Oleh sebab itu, merebut simpati pada klaster pemilih pada segmen berpendidikan tinggi berpotensi memperluas dukungan terhadap kandidat secara keseluruhan.

Ipang menjelaskan, berdasarkan temuan terbaru survei Voxpol Center Research and Consulting yang dilakukan pada November 2022, bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan unggul di kalangan pemilih berpendidikan tinggi (42,2%), disusul Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (31.8%) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabawo Subianto (18.8%).

"Hal ini tentu saja akan sangat menguntungkan jika pemilih disegmen ini mengarahkan dukungannya kepada salah satu kandidat tertentu, apalagi jika mereka berperan aktif mempromisikan kandidat yang mereka dukung. Pengaruhnya tentu akan melipat gandakan dukungan terhadap kandidat dan memperbesar peluang kemenangan," jelasnya.

Kendati demikian, Ipang mengatakan tidak mudah memang mempengaruhi preferensi pemilih berpendidikan tinggi, karena sudah punya preferensi politik yang cukup kuat dan memadai. Termasuk kategorisasi pemilih "strong voter", tidak mudah dipengaruhi oleh keluarga, RT, RW dan termasuk tidak mudah dipengaruhi "endorse politisi" seperti kepala daerah maupun presiden.

"Setidaknya, kecenderungan Anies mulai berhasil penetrasi menaklukkan basis pemilih berpendidikan tinggi," beber Ipang.

Oleh karena itu, tambah Ipang, sulit sebetulnya mempengaruhi pemilih dari basis berpendidikan tinggi, akan sangat berbeda maintenance dengan klaster pemilih berpendidikan rendah seperti yang tidak pernah sekolah, SD dan SMP (menengah ke bawah).
 
Dia menilai, Anies relatif tidak terlalu kesulitan dalam mempengaruhi perilaku pemilih berpendidikan bawah-menengah dalam konteks memutuskan pilihan politiknya, ketika eks gubernur DKI itu berhasil signifikan mempengaruhi perilaku pemilih berpendidikan tinggi.

"Boleh jadi Anies akan lebih leluasa ruang geraknya penetrasi mempengaruhi pada segmen zonasi basis pemilih berpendidikan bawah-menengah," tandas Ipang.

Berita Lainnya
×
tekid