sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strategi dan peluang caleg DPR 2024 bertarung di dapil “neraka” Jakarta III

Dapil Jakarta III untuk pemilu meliputi Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Minggu, 30 Jul 2023 06:27 WIB
Strategi dan peluang caleg DPR 2024 bertarung di dapil “neraka” Jakarta III

Calon legislatif (caleg) di Pemilu 2024 yang akan bertarung memperebutkan 580 kursi DPR, di antaranya ada yang bakal berkompetisi di daerah pemilihan (dapil) “neraka”. Salah satu yang kerap disebut dapil neraka adalah dapil Jakarta III karena pertarungan ketat kandidat dengan nama-nama beken dan petahana. Dapil Jakarta III meliputi Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat, sebanyak 8.252.897 orang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024. Di Jakarta Utara, ada 1.345.136 pemilih dan 4.853 tempat pemungutan suara (TPS). Jakarta Barat terdapat 1.905.352 pemilih dan 7.169 TPS. Sedangkan Kepulauan Seribu ada 22.036 pemilih dan 88 TPS.

Wajah lama bakal maju

Sebanyak 115 caleg dari 16 partai politik bertarung dalam Pileg 2019 untuk anggota DPR di dapil Jakarta III. Rinciannya, PKB, Partai Gerindra, PDI-P, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Berkarya, PKS, Partai Perindo, PPP, PSI, PAN, Partai Demokrat, dan PBB masing-masing delapan caleg. Sementara Partai Garuda 2 caleg, Partai Hanura 6 caleg, dan PKPI 3 caleg.

Dalam Pileg 2019, ada delapan anggota DPR yang lolos dari dapil tersebut, antara lain Adang Daradjatun (PKS), Darmadi Durianto (PDI-P), Chales Honoris (PDI-P), Kamrussamad (Partai Gerindra), Ahmad Sahroni (Partai NasDem), Lulung AL (PAN), Effendi MS Simbolon (PDI-P), dan Santoso (Partai Demokrat). Adang memperoleh suara tertinggi, yakni 115.649.

Pertarungan caleg DPR di dapil Jakarta III tampaknya bakal seru lantaran selain akan diisi nama-nama lama yang sudah punya basis massa, juga menghadirkan nama baru yang punya popularitas. Salah satunya pentolan grup musik Ungu, Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu. Kader PAN yang pernah menjabat Wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah itu sudah mendeklarasikan bakal maju Pileg 2024 dari dapil Jakarta III.

Di Pileg 2024, Adang akan maju lagi sebagai caleg DPR. Jika tak ada perubahan, ia akan ditempatkan di dapil III Jakarta, bersama kader PKS lainnya, seperti Ermi Yusfa S, Sa’id Al-Khudry, Sapto Waluyo, Wirianingsih, Yustiah Dzinnun, Zainudin Paru, dan Zul Indra. Adang lolos tiga kali sebagai anggota DPR dari dapil Jakarta III, sejak Pileg 2009.

Sponsored

Menurut Adang, kunci keberhasilannya selalu lolos ke Senayan adalah menjaga intensitas bertemu dengan masyarakat. Ia mengaku, kerap meluangkan waktu menemui konstituennya di dapil Jakarta III.

“Nah, ini juga yang harus disadari oleh para anggota DPR bahwa terpilihnya (sebagai anggota DPR) oleh rakyat, rakyat itu mengharapkan sesuatu (kehadiran wakilnya). Saya tiada hari tanpa bertemu rakyat,” kata mantan Wakapolri itu kepada Alinea.id, Rabu (26/7).

Selain menyerap aspirasi, dia memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Pendidikan politik, bagi Adang, sangat penting karena masih ada masyarakat yang apatis, menganggap memilih wakil di parlemen tidak ada manfaatnya.

Anggota Komisi III DPR fraksi PKS itu mencontohkan salah satu aspirasi warga yang betul diperjuangkannya, yakni menemukan laporan ada bandar narkoba, saat mengunjungi Jakarta Utara.

“Lalu, saya lapor ke polres untuk segera ditindak. Besoknya ternyata daerah itu mulai aman,” katanya.

“Ada lagi soal pembangunan di daerah dapil saya, perbaikan jalan. Tiba-tiba ledeng airnya tergaruk oleh proyek, sehingga mati. Akhirnya saya bicara dengan anggota DPRD DKI (Jakarta) untuk dibantu.”

Adang menuturkan, tak pernah menjanjikan apa-apa kepada masyarakat, termasuk uang. “Masyarakat itu masih memiliki harga diri. Masih memiliki keinginan yang baik, dalam arti dia akan memilih orang-orang yang betul-betul dekat dengan dia,” katanya.

Dalam aktivitas di dapil, Adang mengaku, jarang terekspos media massa adalah bagian dari konsepnya. Ia mengatakan, meski peran media penting untuk popularitas, tetapi yang terpenting baginya adalah konstituen tahu ia hadir di dapil.

Jalan Adang menjadi anggota DPR kembali tak mudah. Memasuki musim pemilu, Adang mengaku mendapat “serangan” secara tak langsung, berupa isu miring terkait latar belakangannya sebagai pensiunan anggota Polri.

 Politikus PKS, Adang Daradjatun, tengah berkampanye di wilayah dapil Jakarta III saat Pileg 2019./Foto Instagram Adang Daradjatun/@adangdaradjatun_

“Pasti polisi kerjanya korupsi, polisi paling pembunuh, dan bandar narkotik. Dihubung-hubungkan dengan kasus-kasus yang gede tentang polisi karena saya (mantan) polisi,” ucapnya.

Politikus Partai Demokrat, Santoso, adalah anggota DPR lainnya yang lolos dapil Jakarta III pada Pileg 2019. Serupa dengan Adang, Santoso mengatakan, dirinya terpilih dari dapil itu karena menjaga intensitas bertemu dengan pemilih. Di Pileg 2024, rencananya ia akan kembali maju dari dapil yang sama. Namun, anggota Komisi III DPR ini enggan menyampaikan lebih lanjut strategi kampanyenya.

“Karena jika saya sampaikan (strategi kampanye, bisa jadi) akan ditiru caleg lain. Bahkan, bisa jadi cara orang untuk mengganjal saya,” ucap Santoso, Kamis (27/7).

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Exco Pusat Partai Buruh, Ilhamsyah, merupakan wajah baru caleg yang bakal maju dari dapil Jakarta III pada Pileg 2024. Ia mengatakan, sudah sejak lama beraktivitas di wilayah dapil tersebut karena statusnya sebagai aktivis serikat buruh.

Sejak 2006 hingga 2019, ia menjadi Ketua Umum Federasi Buruh Transportasi Pelabuhan Indonesia (FBTPI). Kini, ia aktif di Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI).

“Sehari-hari saya sudah bersosialisasi kepada masyarakat. Tidak hanya buruh, termasuk rakyat miskin yang ada di pinggiran Kota Jakarta,” katanya, Kamis (27/7).

Menurut Ilhamsyah, semua serikat pekerja yang bernaung di bawah Partai Buruh berperan sebagai tim pemenangan di Pemilu 2024.

“Semua bacaleg dan tim pemenangan juga membuka pengaduan secara online maupun langsung ke posko-posko pemenangan di mana posko pemenangan itu adalah kantor-kantor serikat kami, rumah-rumah anggota yang bersedia dijadikan posko, untuk menerima pengaduan terkait persoalan yang dihadapi masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, kerja-kerja advokasi sudah lazim dilakukan serikat buruh. Bedanya, sebelum pemilu aktivitas tersebut lebih banyak dilakukan untuk anggota serikat. Kini, cakupan yang diadvokasi lebih luas.

“Semua sumber daya yang kami miliki akan bekerja untuk memaksimalkan itu (advokasi persoalan masyarakat). Itu yang akan kami uji, jalani, sebagai kontra dari politik uang yang umum dilakukan partai politik atau caleg dari partai politik lain,” tutur dia.

Serikat buruh yang terlibat dalam kegiatan advokasi, kata Ilhamsyah, antara lain KPBI, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Serikat Pekerja Nasional Indonesia (SPNI), dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI). Organisasi-organisasi tadi tersebar di Cengkareng, Kapuk, Pluit, Tanjung Priok, Ancol, dan Marunda.

“Dua organisasi rakyat miskin perkotaan yang ada di wilayah Jakarta menjadi bagian dari Partai Buruh, yaitu Jaringan Rakyat Miskin Perkotaan, itu secara organisasional dan beberapa kadernya juga maju dari Partai Buruh, baik DPR RI maupun DPRD Jakarta,” kata dia.

“Kedua, ada Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia. Itu basisnya di perkampungan padat penduduk yang ada di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat, termasuk di Kepulauan Seribu. Itu juga secara organisasional menyatakan bergabung dengan Partai Buruh.”

Di Dapil Jakarta III, Ilhamsyah mengatakan, Partai Buruh juga merangkul nelayan. Sejak tiga bulan lalu Partai Buruh mendirikan posko pengaduan dan konsolidasi di Kampung Nelayan Cilincing, Jakarta Utara.

Baginya, momen pemilu dapat memperluas sasaran propaganda yang sebelumnya sudah dilakukan. “Propaganda-propaganda tentang apa itu negara sejahtera, keadilan sosial, dan redistribusi kekayaan,” ujarnya.

Peluang wajah baru

Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengecek surat suara saat sesi penghitungan suara Pemilu serentak 2019 di TPS 77 Pondok Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/4/2019). /Foto Antara/Andika Wahyu

Caleg lain yang rencananya maju di dapil Jakarta III adalah Surya Tjanda. Ia bakal maju dalam Pileg 2024 bersama Partai NasDem. Sebelumnya, Surya adalah kader PSI. Ia pernah menjadi caleg pada Pileg 2019 di dapil Jawa Timur V, meliputi Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

Sebelum maju di dapil Jawa Timur V dalam Pileg 2019, Surya lebih dahulu ditempatkan di dapil Jakarta III. Akan tetapi, ketika Grace Natalie Louisa—ketika itu Ketua Umum PSI—masuk, ia digeser ke dapil Jawa Timur V.

Belum lama ini, ia mengaku mulai turun ke wilayah dapil Jakarta III, misalnya mengunjungi masyarakat di Kampung Bayam, yang sebagian masih bermukim dengan tenda dekat Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara.

Warga Kampung Bayam, tutur Surya, seharusnya dapat rusun yang sudah dibangun pemerintah daerah. Namun, sampai sekarang mereka belum mendapat fasilitas itu.

“Dan yang saya lihat, mereka sangat menghargai kalau diajak diskusi. Jadi, ya, dalam kampanye ini, saya belajar langsung saja ke kasus-kasus yang dihadapi (masyarakat),” kata Surya, Rabu (26/7).

Surya pun berencana keliling kantong-kantong kawasan kumuh di dapil Jakarta III. Ia menganggap, kawasan kumuh jarang dikunjungi caleg atau anggota DPR.

“Jadi, satu hal yang membuat saya penting, memang masyarakat sebetulnya mau dipindahkan ke tempat yang lebih layak, tapi butuh diajak ngobrol, berdialog,” ucap mantan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang serta eks Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) tersebut.

Ia bakal kerap datang langsung ke lapangan agar dikenal pemilih. Terlebih, ia mengaku sudah punya pengalaman di beberapa lokasi dapilnya, yang didominasi industri.

“Dulu di lembaga perburuhan yang saya pimpin, ada program pemberdayaan di masyarakat, pekerja rumahan. Itu di Penjaringan sudah lama,” ujar salah seorang pendiri organisasi perburuhan Trade Union Right Centre (TURC) itu.

Terkait pekerja rumahan, menurutnya, salah satu aspirasi yang belum terealisasi adalah payung hukum. Surya juga menaruh perhatian di kawasan pesisir, yang menjadi salah satu kantong kemiskinan—termasuk Kepulauan Seribu.

“Di sana (Kepulauan Seribu) kan ada beberapa kasus (sengketa) pulau. Saya pernah dapat kasus itu waktu jadi wamen (ATR/BPN), tapi enggak pernah ketemu warganya langsung,” ucap Surya, yang pernah aktif di LBH Jakarta.

Terpisah, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menyebut, lokasinya yang berada di Ibu Kota, menjadikan dapil Jakarta III menarik. Status ini biasanya membuat partai-partai politik saling intip untuk mengetahui kader yang dijagokan. Hal itu membuat dapil Jakarta III diisi para ujung tombak partai politik dan kader yang potensial meraup suara.

“Dapil Jakarta III itu juga kan lebih banyak diisi oleh pemilih yang rasional. Jadi, hampir pasti orang yang memang punya kapasitas, itu yang terpilih,” ucap Lucius, Rabu (26/7).

Latar belakang publik figur terkenal, kata Lucius, belum tentu bisa menang di dapil Jakarta III. Berkaca pada Pileg 2019 di dapil tersebut, caleg yang tak lolos ke DPR bukan tanpa popularitas dan suara yang tinggi.

Grace Natalie misalnya. Ia memperoleh 179.949 suara di dapil Jakarta III pada Pileg 2019. Namun, ia gagal ke parlemen karena suara nasional PSI tak lolos ambang batas parlemen 4%.

 

 

Lucius berpendapat, tiga kursi yang diperoleh kader PDI-P saat Pileg 2019 di dapil Jakarta III bisa jadi karena banyak pemilih dari etnis Tionghoa. Hal itu, tuturnya, menguntungkan PDI-P yang membawa isu nasionalis, plus efek ekor jas dari Joko Widodo.

Lebih lanjut, ketika petahana DPR kembali maju di dapil Jakarta III pada Pileg 2024, Lucius mengatakan, peluang menang bagi caleg baru akan tergantung pada kapasitasnya. Tidak sekadar menjual popularitas semata.

“Dan jangan lupa juga saya kira, sangat ditentukan siapa calon presiden yang nanti akan didukung partai-partai besar. Itu akan menentukan ke mana suara pemilih di pemilihan legislatif,” ujarnya.

Peluang pendatang baru untuk menang, bisa jadi menipis karena petahana di dapil Jakarta III merupakan orang-orang yang sudah memiliki basis massa. Selain Adang dari PKS, ada tiga kader PDI-P yang duduk di DPR, yakni Darmadi Durianto, Charles Honoris, dan Effendi MS Simbolon.

“Mereka kan orang lama sekali. Orang-orang yang sudah paham peta. Ditambah lagi kalau calon presiden PDI-P disukai kaum nasionalis yang ada di dapil Jakarta III, itu memberikan banyak keuntungan bagi caleg-caleg dari PDI-P atau partai nasionalis lain,” tutur Lucius.

Berita Lainnya
×
tekid