Nestapa Hanura di bawah ketiak Oesman Sapta

Di bawah Oesman Sapta Odang, Partai Hanura terus terpuruk.

Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang dinilai gagal meloloskan kadernya ke Gedung DPR. Alinea.id/Dwi Setiawan

Partai Hanura menjadi partai paling sial dalam perhelatan Pemilu 2019. Perolehan suara partai yang didirikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto itu terjun bebas. Dari semula meraup 6.579.498 suara (5,26%) di Pemilu 2014, Hanura hanya mampu mengantongi 2.161.507 suara (1,54%) pada Pemilu 2019. 

Walhasil, partai besutan Oesman Sapta Odang (OSO) ini pun gagal melengggang ke Senayan. Hanura bahkan tidak mampu mengantarkan perwakilan mereka ke DPRD DKI Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Hanura kehilangan 10 kursi di DPRD DKI. 

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Hanura Djafar Badjeber mengakui, Pemilu 2019 merupakan kontestasi politik yang pahit bagi Hanura. Pasalnya, Hanura terpaksa bertarung dengan kondisi internal yang terbelah. 

"Akibat dari konflik itu dan manuver dari para elite itu membuat suara Hanura terpecah sampai ke bawah," ujar Djafar saat dihubungi Alinea.id, Senin (16/9).

Perpecahan yang dimaksud Djafar ialah dualisme kepengurusan yang sempat mencuat pada 2018, yakni antara kubu Ambhara dan kubu Manhattan. Kubu Ambhara dipimpin oleh Daryatmo sedangkan kubu Manhattan digawangi OSO.