Mengenang Dwi Koendoro pencipta komik Panji Koming
Komik Panji Koming tidak lagi terbit setelah 40 tahun mengisi kolom hiburan di Kompas.
Teladan Komikus Muda
Tommy Thomdean, kartunis yang biasa mengisi ilustrasi di harian Kompas memiliki kesan mendalam terhadap sosok Dwi Koen. Karya komik Panji Koming yang dihasilkannya, bagi Tommy, menarik dan berbobot dengan kelugasan sindiran terhadap kondisi bangsa mutakhir. Menurut Tommy, hal itu didasari cara dan proses kreatif Dwi Koen yang konsisten dan penuh ketelitian.
“Pak DK (Dwi Koen) selalu menekankan agar isi kritik dalam komiknya berbobot. Dia guru buat kami, dan dia konsisten berkarya setiap minggu,” ujar Tommy kepada Alinea.id pada Rabu (20/11).
Kecerdasan Dwi Koen itu tampak kuat dengan pengemasan isu bangsa dengan tokoh-tokoh unik dalam latar Kerajaan Majapahit sekitar 500 tahun silam. Selain Denmas Aryo Kendor yang mewakili tokoh pejabat, ada karakter kerakyatan Panji Koming yang lugu sebagai representasi rakyat kebanyakan yang miskin, tak berpendidikan, dan kerap dikibuli. Ada juga Pailul, Dyah Gembili, dan Ni Woro Ciblon.
Tommy menuturkan, Dwi Koen menjalankan metode tertentu dalam menciptakan komik yang dimuat setiap minggunya. Disiplin itu bertahap meliputi observasi dan menentukan isu atau permasalahan, verifikasi atas isu, dan membuat kritik melalui humor dalam permainan kata seperti metafora.
Kreativitas tersebut dipandang Tommy patut dijadikan pedoman bagi kartunis-kartunis muda. Terlebih, kata dia, berlimpahnya informasi akhir-akhir ini rentan memunculkan kabar bohong atau hoaks. Sebagai kartunis, Tommy pun mengembangkan cara kerja serupa dengan mengupas persoalan aktual terlebih dahulu sebelum dituangkan dalam karya kartun.
“Kartun atau komik strip di koran itu bukan dibuat berupa gambar semata, tapi kita harus cari tahu isunya lebih dulu. Bisa baca berita, nonton televisi, diskusi dengan wartawan. Dari situlah sumber idenya,” kata Tommy.