sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ambisi RANS menguasai bisnis digital: Dari metaverse hingga IPO

RANS Entertainment telah melakukan ekspansi bisnis ke berbagai sektor dan siap melantai di bursa.

Kartika Runiasari
Kartika Runiasari Jumat, 25 Feb 2022 07:11 WIB
Ambisi RANS menguasai bisnis digital: Dari metaverse hingga IPO

Tanggal 17 Februari menjadi tanggal spesial bagi pasangan selebritas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina (RANS). Tanggal tersebut merupakan hari lahir suami-istri yang dikenal dengan sebutan Sultan Andara ini. Pada 17 Februari lalu, Raffi genap berusia 35 tahun sementara Nagita atau Gigi menginjak usia 34 tahun.

Puluhan karangan bunga, kue ulang tahun, dan ratusan kado membanjiri kediaman RANS di kawasan Andara, Jakarta Selatan. Namun, ada satu kado unik yang anti mainstream, mesin ATM. Kado spesial itu diberikan Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. kepada pasangan dengan dua anak ini.

Hadiah mesin ATM ini sontak menjadikan RANS kembali trending di media sosial Twitter. Netizen bahkan memelesetkan BNI sebagai kepanjangan dari ‘Bank Nagita Indonesia’. 

Meski Raffi mengakui kado itu sebagai gimmick marketing, namun kekayaan pasangan ini memang sudah tidak diragukan lagi. Pada 2021 lalu, pasangan ini santer dibicarakan bakal masuk jajaran orang terkaya Indonesia versi Forbes.

Namun, rilis orang terkaya Indonesia Forbes pada akhir 2021 tidak memuat nama RANS di dalamnya. Forbes mencatat, kekayaan gabungan dari 50 orang terkaya di Indonesia meningkat sebesar 22% menjadi US$162 miliar atau setara Rp2.316 triliun dari tahun sebelumnya US$133 miliar atau Rp1.901,90 triliun.

Peningkatan kekayaan ini terjadi di tengah upaya pemulihan ekonomi setelah kontraksi yang berkepanjangan akibat pandemi. Ditambah lagi harga beberapa komoditas unggulan tanah air juga tengah meroket. Posisi puncak orang terkaya masih diduduki dua konglomerat bersaudara, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono dengan total kekayaan mencapai US$19,7 miliar atau Rp285,65 triliun.

Nama RANS yang tidak masuk dalam jajaran orang terkaya Indonesia menjadi indikasi bahwa kekayaan keluarga Andara belum menyentuh angka US$695 juta atau setara dengan Rp9,97 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.350/dolar AS. Angka ini adalah batas terbawah (cut-off) kekayaan orang terkaya di posisi 50 yang diduduki Kartini Muljadi dan keluarga, pemilik dari perusahaan farmasi Tempo Scan Pacific (TPSC).

Meski demikian, nama RANS masih masuk dalam radar majalah Forbes. Kekayaan RANS disebut masih di atas rata-rata orang Indonesia. Terbukti dengan hadirnya RANS sebagai cover majalah Forbes edisi Februari 2020 dengan julukan: The Sultans of Content.

Sponsored

RANS dinilai sukses membangun bisnis digitalnya melalui channel Youtube RANS Entertainment (PT RNR Film Internasional). Akun yang rilis sejak 27 Desember 2015 itu kini memiliki 23,1 juta subscribers. Penghasilannya pun tak tanggung-tanggung.
 
Data Social Blade mencatat channel ini menduduki peringkat 4 di Indonesia dan peringkat 57 kategori hiburan. Penghasilan channel ini berkisar US$27.000-US$434.300 per bulan (sekitar Rp331,8 juta-Rp6,23 miliar) dan penghasilan per tahun mencapai US$325.700-US$5,2 juta (sekitar Rp4,6 miliar-Rp74,6 miliar).

Meski semula hanya digunakan untuk mendokumentasikan kehidupan sehari-hari, akun RANS kini telah berkembang menjadi bisnis inti RANS yang merambah bisnis digital lainnya. Tercatat, ada lini bisnis digital lain yakni Powerransgers sejak 2019. Akun ini khusus mendokumentasikan para karyawan RANS yang kini memiliki 510 ribu subscribers

Ada pula RANS Sportainment sejak 2020 yang memproduksi media digital untuk olah raga dan e-sports. Kemudian RANS Music sejak 2018 sebagai label sekaligus ‘panggung’ bagi para musisi, tak terkecuali Nagita Slavina sendiri. Akun Youtube ini memiliki 876 ribu subscribers dan memiliki total views hingga 131,7 juta.

Tak ketinggalan, RA Pictures rumah produksi film yang dibangun sejak 2017 dan telah memproduksi 16 film sejak 2018. Terakhir, ada RANS Animation Studio sebagai rumah produksi yang didirikan sejak 2020 untuk konten animasi.

Tidak hanya di ranah digital, gurita bisnis RANS juga merambah bidang olah raga dengan akuisisi Cilegon FC. Klub itu kemudian berganti nama menjadi RANS Cilegon FC yang menjadi kolaborasi Raffi bersama pengusaha Rudy Salim. RANS juga mempunyai klub basket RANS PIK Basketball pada 2021 lalu.

Di sektor keuangan, RANS juga mendirikan RANS Capital yang fokus pada investasi di tahap awal bagi pengembangan bisnis. Pada sektor fashion, RANS memiliki brand MYLK by Rafathar sebagai clothing line untuk anak-anak. 

Belum lagi bisnis-bisnis lain di sektor properti seperti RANS Carnaval City Zoo, kebun binatang dengan lebih dari 30 koleksi spesies di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Lalu RANS Prestige Sportainment Center di kawasan yang sama.

Ekspansi bisnis RANS juga merambah sektor kecantikan melalui RANS Beauty yakni produk body care yang dirilis Gigi. Wanita berdarah Manado ini juga kerap menggelar Live Commerce yang menyajikan pengalaman belanja berbagai produk secara live.

Terakhir, RANS e-sports melengkapi gurita bisnis RANS dengan divisi yakni Free Fire, Pro Evolution Soccer, PUBG mobile, Mobile Legends, dan Bang Bang.

Eksistensi RANS juga mewarnai dunia usaha di tanah air dengan berbagai kolaborasi dan akuisisi. Salah satunya, pada kuartal terakhir 2021, konglomerasi media Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Group berinvestasi Rp248 miliar untuk memperoleh 17% kepemilikan RANS. Penyertaan modal itu sekaligus menjadi awal mula kolaborasi jangka panjang dengan RANS.

"Kolaborasi ini dalam hal konten, event, berbagai acara hiburan, serta media sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergi dan pertumbuhan bagi perseroan," jelas Sekretaris Perusahaan Elang Mahkota Teknologi Titi Maria Rusli dalam keterangan resminya.

Kolaborasi ini nantinya bisa dalam bentuk penayangan sejumlah program pilihan melalui platform RANS dan Emtek. Di saat yang bersamaan, Raffi menunjuk Kaesang Pangarep selaku komisaris RANS Entertainment. Putra ketiga Presiden Joko Widodo ini mengaku diajak terlibat untuk mengawasi perusahaan tersebut.

Sembari membesarkan gurita bisnis RANS, Raffi Ahmad pun masih aktif dalam dunia hiburan tanah air. Ia pernah menyebut tarif memandu acara untuknya bisa mencapai Rp450 juta per dua jam. Penghasilan ini belum termasuk endorsement RANS di platform Youtube maupun Instagram. Belum termasuk pula dari bayaran sebagai duta merek (brand ambassador).

Tak heran bila penghasilan Raffi di dunia hiburan mampu menjadi ‘modal’ bagi gurita bisnisnya dan mempekerjakan lebih dari 500 orang. Kestabilan bisnis ini juga membuat Raffi kian pede untuk melepas RANS di lantai bursa.

Siap go public

Rencana Initial Public Offering (IPO) atau penawaran perdana saham menjadi langkah selanjutnya RANS Entertainment. Sinyal untuk melantai di bursa ini kian kuat salah satunya dengan aksi korporasi RANS Entertainment menjadi investor baru aplikasi NOICE. RANS telah menyuntikkan dana hingga Rp37 miliar untuk konten audio milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) itu.

Raffi mengaku alasannya menanamkan modal di NOICE tak lain untuk mengembangkan portofolio RANS di bidang audio. "Karena rencananya RANS mau menuju IPO, kita mencari beberapa portofolio dengan perusahaan-perusahaan anak bangsa yang kita bisa kolaborasi," ujarnya beberapa waktu lalu.

Namun, dalam sebuah kesempatan Raffi juga mengaku tidak mau terburu-buru untuk IPO. Ia ingin rencana tersebut dilakukan dengan benar dan diperhitungkan dengan hati-hati. RANS sendiri berencana tetap memegang 70% sahamnya demi mempertahankan legacy-nya.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengingatkan perusahaan RANS jangan hanya bergantung pada nama besar Raffi dan Gigi. Dia juga mempertanyakan apakah deretan bisnis RANS tersebut jika dijalankan tanpa kedua sosok ini masih memiliki pendanaan yang kuat.

“Jika masyarakat sudah mulai jenuh dengan Raffi dan keluarga, maka akan ditinggalkan juga kok RANS itu. Jadi bahaya jika perusahaan IPO yang hanya mengandalkan nama individu,” katanya kepada Alinea.id, Kamis (24/2).

Apalagi IPO berarti perusahaan tersebut akan terbuka kepada publik. Karenanya, jika sesuatu menimpa Raffi maupun keluarganya akan mempengaruhi harga saham RANS. “Jadi rawan sekali sih menurut saya,” tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan pengamat marketing Yuswohady. Menurutnya, bagaimanapun sebuah perusahaan harus menghasilkan omzet cash, tidak sekadar nama besar.

“Nama besar itu kan hanya jembatan bisnisnya Raffi menghasilkan duit. Mungkin dia bisa IPO  dari nama tapi kalau enggak menghasilkan uang sahamnya juga akan jatuh,” ujar Managing Partner Inventure ini kepada Alinea.id, Kamis (24/2).

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Ia menilai saat RANS terjun menjadi perusahaan publik juga bergantung pada kompetensi selebritas bersangkutan terkait bisnisnya. Untuk itu, pengembangan bisnis juga membutuhkan tim profesional yang solid.

Hati-hati membangun metaverse

Sama halnya dengan beberapa artis lain seperti Anang Hermansyah, Raffi juga berencana membangun dunia metaverse-nya. Tak hanya menjalankan bisnis di dunia nyata, Raffi beserta keluarga dan timnya akan berbisnis di dunia virtual lewat metaverse bernama RansVerse.

RansVerse sendiri adalah hasil kerjasama RANS dengan VCGamers, UpBanx, dan anak perusahaan RANS Animation. VCGamers sebagai marketplace yang melayani transaksi jual beli online pada semua jenis produk digital baru-baru ini meluncurkan tokennya sendiri, $VCG Token. 

“Kami bekerja dengan RANS Entertainment, perusahaan kreator terbesar di negara ini dengan ratusan juta pengikut. Kami bekerja dengan pengembang untuk membangun metaverse baru untuk mereka,” kata CEO VCGamers Indonesia Wafa Taftazani dalam wawancara yang diunggah di akun Instagram @VCGamers.id.

Lewat unggahan di Instagram @raffinagita1717, peta virtual 3D RansVerse menunjukkan berbagai area. Mulai dari wahana bermain, pusat perbelanjaan, perumahan, serta arena hijau. Setiap item yang tersedia seperti tanah, kostum, dan karakter akan dijual dalam bentuk NFT.

Menanggapi hal ini, Huda dari Indef menilai Raffi mampu memanfaatkan dengan optimal pengembangan ekonomi digital. Namun, menurutnya ada tantangan yang dihadapi Raffi Ahmad terlebih di bisnis digital ini.

“Harus ada jangkauan yang lebih luas atau ekspansi ke negara-negara lainnya jika ingin besar. Kemudian juga membuat kerajaan bisnisnya untuk lebih sustain tidak tergantung dari nama beken Raffi dan Nagita saja.

Dia juga mengingatkan agar Raffi tak terjebak  pada arus FOMO (fear of missing out) di kalangan artis yang ramai-ramai terjun ke metaverse.

“Jangan takut out of date namun justru menjadi blunder. Seperti menggarap metaverse tanpa adanya riset kesiapan teknologi dan pasarnya terlebih dahulu. Jangan juga seperti artis yang ramai-ramai bikin koin/token kripto namun tidak matang dalam perencanaan blueprint-nya,” tegasnya.

Pasalnya, merilis token kripto tanpa edukasi yang mumpuni sangat bahaya di tengah rendahnya literasi digital dan keuangan masyarakat. Pada akhirnya, masyarakat bisa jadi korban. 

“Rugi di koin/token kriptonya kemudian bisa jadi serangan ke nama baik artis tersebut dan bisa berpengaruh negatif ke bisnisnya,” sebutnya.

Sementara itu, Yuswohady menilai banyaknya artis yang terjun ke dunia metaverse termasuk dengan merilis token kripto perlu diwaspadai. Meski Raffi sendiri, menurutnya, mempunyai persiapan cukup matang, namun ada dua ancaman. Pertama, buble dunia kripto dan kompetensi si artis itu sendiri.

“Saya melihat potensi kripto buble dan tanda-tanda itu sudah kelihatan dan bisa crash tiap saat, kripto bisa enggak ada nilainya, Bitcoin, Ethereum kan udah mulai turun, takutnya ini permanen,” ungkapnya.

Apalagi, masuknya metaverse dan segala perintilannya, ujar Yuswohady, terkesan begitu cepat. Shifting penggunaan internet 2.0 ke web 3.0 yang mendasari teknologi blockchain ini dikhawatirkan akan menimbulkan buble.

“Saya lihatnya potensi untuk buble dan meledak itu cukup besar ke arah situ karena di push terlalu cepat, enggak natural,” sebutnya.

Belum lagi dalam hal kompetensi artis yang mempertaruhkan sustainabilitas bisnis tersebut. Bahkan, ia mengingatkan agar jangan sampai fenomena bisnis kue artis kembali terulang. Di mana hype produk artis hanya sesaat dan akan mencapai titik jenuh. 
 

Berita Lainnya
×
tekid