sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dana asing lari dari pasar saham Rp12,34 triliun karena corona

Capital outflow mulai terjadi pada Februari 2020 sebesar Rp4,76 triliun. 

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 26 Jun 2020 19:11 WIB
Dana asing lari dari pasar saham Rp12,34 triliun karena corona

Coronavirus jenis baru atau SARS-CoV-2 menimbulkan kepanikan global. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini menghantam seluruh lini bisnis dan pasar modal. 

Pasar saham dalam negeri babak belur. Invesor asing lari kocar-kacir dari lantai bursa mencari instrumen yang dianggap lebih aman. 

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 19 Juni 2020 arus modal asing yang keluar dari Indonesia atau capital outflow mencapai Rp12,34 triliun. Direktur BEI Inarno Djajadi merinci capital outflow mulai terjadi pada Februari 2020 sebesar Rp4,76 triliun. 

"Terdapat kekhawatiran investor perihal Indonesia sebagai satu-satunya negara yang belum terpapar Covid-19," ujar Inarno, Jakarta, Jumat (26/6).

Capital outflow kembali berlanjut saat Indonesia mengonfirmasi kasus pertama terinfeksi Covid-19 pada Maret 2020. Menurut Inarno, dana asing keluar Rp5,59 triliun di Maret, lalu April Rp8,82 triliun.

"Satu-satunya arus modal asing yang masuk atau capital inflow ke Indonesia hanya terjadi di bulan Mei sebesar Rp8,03 triliun. Namun, kembali keluar di Juni.

Kondisi itu memutarbalikkan tren positif pasar modal di 2019 yang dibanjiri dana asing atau capital inflow sebesar Rp49,20 triliun. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga kinclong, bahkan mencapai level tertingginya di angka 6.325.

"IHSG kemudian anjlok hingga menyentuh titik terendah di level 3.937," kata Inarno.

Sponsored

Kendati demikian, Inarno menjelaskan volatilitas pasar saham mulai menunjukkan perbaikan. Hal itu terlihat dari pencatatan perusahaan baru di BEI yang mencapai 28 perusahaan hingga 19 Juni 2020, sementara yang tercatat di pipeline sebanyak 21 perusahaan.

"Volatilitas di market sudah semakin bagus. Puncak volatilitas saham di Indonesia terjadi di akhir Februari dan Maret. Demikian juga di US market di Februari-Maret. Trading halt terjadi di Maret, sedangkan di Mei sudah mulai baik," ucapnya. Trading halt merupakan kebijakan BEI yang dilakukan saat IHSG mengalami penurunan tajam. 

Berita Lainnya
×
tekid