sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Covid-19 lebih cepat hantam bursa ketimbang krisis 2008

IHSG telah turun 22,5% sejak awal tahun.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Rabu, 17 Jun 2020 15:07 WIB
Covid-19 lebih cepat hantam bursa ketimbang krisis 2008

Pagebluk Covid-19 turut menyengat pasar modal. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu mengakibatkan harga saham-saham emiten di bursa rontok sejak pandemi.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 22,5% sejak awal tahun (year to date/YTD) hingga pekan lalu. Sebanyak US$30 miliar aliran dana dari investor pasar modal Indonesia telah keluar.

IHSG juga sempat menyentuh titik terendahnya tahun ini dengan penurunan sebanyak 37,49% secara YTD pada 24 Maret lalu. Adapun titik terendah penurunan IHSG terjadi pada tahun 2008, dengan penurunan hingga 50,6% karena krisis finansial global. 

Merosotnya pasar modal juga terjadi di negara lain. Menurut Hasan, hanya indeks S&P 500 atau indeks dari saham Amerika Serikat (AS) saja yang bergerak positif. 

"Penopang pergerakan indeks S&P 500 adalah saham-saham dari perusahaan raksasa teknologi seperti Microsoft, Apple, Facebook, Amazon, dan Alphabet," tutur Hasan dalam webinar dari Jakarta, Rabu (17/6).

Hasan melanjutkan, dirinya mencermati perbedaan antara krisis 2008 dengan pandemi Covid-19 saat ini. Pada 2008, Hasan mengatakan IHSG bergerak secara bertahap selama 10 bulan hingga menyentuh level terendahnya.

"Tahun ini, kita lihat pasar jatuh dengan cepat. Hanya kurang dari dua bulan, IHSG sudah menyentuh titik terendahnya," ujar Hasan.

Catatan Alinea.id, IHSG langsung merosot tak lama setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus positif pertama Covid-19 pada 2 Maret lalu. Pada perdagangan 9 Maret 2020, IHSG ditutup turun lebih dari 5% atau mencapai 6,5% ke level 5.136. Kejadian ini sangat langka dan biasanya terjadi saat krisis ekonomi.

Sponsored

Bursa porak poranda dan melanjutkan tren penurunan hingga akhir Maret. Bahkan, otoritas bursa terpaksa menerapkan kebijakan penghentian perdagangan atau trading halt setidaknya sebanyak enam kali lantaran IHSG terjun lebih dari 5%. 

Menurut Hasan, selain turunnya indeks, pasar modal juga mengalami penurunan jumlah transaksi harian. Tahun 2019, kata Hasan, pasar modal Indonesia rata-rata mencatat transaksi harian senilai Rp9,1 miliar. Namun, saat ini rata-rata transaksi harian turun menjadi hanya Rp7,7 miliar.

Investor asing pun tercatat melakukan aksi jual bersih senilai US$720 juta di pasar saham. Jumlah dana keluar tersebut lebih besar lagi nilainya di pasar obligasi.

Namun, Hasan masih optimistis pasar modal Indonesia masih bisa tumbuh positif setelah terkena pukulan Covid-19. Setelah hari raya Idulfitri, banyak aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia.

"Sejak Lebaran, nilai transaksi saham naik hingga lebih dari Rp10 triliun per hari. Kami juga mulai melihat adanya dana asing yang masuk sebanyak Rp8,3 triliun sejak pandemi," tutur Hasan.

Adapun aliran dana asing ini, kata Hasan, disebabkan adanya quantitative easing oleh bank sentral Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.

"Dengan demikian, bank mempunyai banyak likuiditas dan beberapa di antaranya lari ke pasar negara berkembang, termasuk pasar kita," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid