sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Desifit transaksi berjalan persulit penguatan rupiah

Diperparah dengan adanya tekanan global yang menyebabkan hampir semua nilai tukar mata uang negara di dunia melemah, termasuk Rupiah. 

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Selasa, 21 Agst 2018 12:49 WIB
Desifit transaksi berjalan persulit penguatan rupiah

Bank Indonesia mengungkapkan Rupiah mengalami kesulitan kembali menguat terhadap US$. Ini karena Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan (CAD).

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah, menjelaskan, sulitnya rupiah kembali menguat karena adanya CAD. Juga diperparah dengan adanya tekanan global yang menyebabkan hampir semua nilai tukar mata uang negara di dunia melemah, termasuk Rupiah. 

"Rupiah mungkin sekarang mengalami pelemahan hingga 7%. India sekitar 9%. Banyak negara lain yang melemah hingga 20%," ujar Nanang saat  ditemui di kantornya, Senin (20/8). 

Oleh sebab itu, BI juga melakukan intervensi untuk menjaga agar depresiasi Rupiah terjadi secara perlahan. Tidak serta merta anjlok terhadap US$ yang membuat orang panik. Intervensi dilakukan menggunakan cadangan devisa. 

"Jadi apabila melemah, prosesnya pelan. Perlahan, gradual. Jangan tiba-tiba melonjak tajam," jelas Nanang. 

Cadangan devisa diklaim masih dalam batas aman. Berdasarkan data BI, cadangan devisa tercatat US$118,3 miliar, setara dengan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 

Sementara itu, posisi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 sebesar US$8 miliar atau 3% terhadap PDB. Lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar US$5,7 miliar atau 2,2% terhadap PDB. Sementara pada kuartal II-2017 sebesar 1,9% dari PDB. 

Hal hampir senada juga disampaikan ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Dia menilai, pelemahan nilai tukar lebih disebabkan CAD yang meningkat dan neraca pembayaran yang negatif. Ditambah adanya krisis Turki yang mengakibatkan menambah tekanan terhadap rupiah. 

Sponsored

CAD tercatat US$8 miliar serta adanya neraca defisit pembayaran sebesar US$4 miliar. Hal itu mengindikasikan adanya shortage dollar atau kekurangan sumber dollar. 

Itulah sebabnya ada baiknya pemerintah lebih fokus membenahi defisit CAD dan melebarnya neraca pembayaran. 

"Fokus pemerintah harus ke sana. Bagaimana meyakinkan pasar bahwa pemerintah dan BI akan menangani, mengatasi permasalahan permintaan dan penawaran valas," ujarnya. 

Adapun yang bisa dilakukan adalah dengan menahan impor. Mengatasi defisit neraca minyak memang tidak mudah. Apalagi harga minyak cenderung terus naik sementara kurs nilai tukar berfluktuatif. Piter pun menilai akan sulit mengatasi defisit minyak, tetapi apabila pemerintah menjalankan mandatory B20, hal itu akan sangat membantu mengurangi CAD. 

Berita Lainnya
×
tekid