sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inflasi terkendali, kinerja IHSG makin bertenaga

Kinerja IHSG terdorong sentimen dari rilis BPS terkait inflasi pada Oktober sebesar 0,28%.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 02 Nov 2018 08:43 WIB
Inflasi terkendali, kinerja IHSG makin bertenaga

Kiwoom Sekuritas Indonesia hari ini memprediksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatan dengan support dan resistance di level 5,807-5,874.

Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan faktor yang menyebabkan IHSG bertahan di zona hijau yaitu, rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi bulan (MoM) Oktober 2018 secara bulanan sebesar 0,28% sebelumnya -0,18%. Sementara secara tahunan (YoY) sebesar 3,16% dimana sebelumnya inflasi sebesar 2,88%. 

"Jika dilihat secara tahunan, inflasi masih dikatakan terkendali hal ini masih dibawah rentan target untuk inflasi pada tahun ini yang sebesar 2,5%-4,5%," jelas Nico dalam risetnya, Jumat (2/10).

Kemudian, lanjut Nico, menguatnya nilai tukar rupiah tentunya tidak terlepas peran Bank Sentral dalam menjaga stabilitas rupiah, tentunya ini akan menjadi katalis positif terhadap indeks hari ini. 

Momen pertemuan antara pemimpin negara AS dan China disela-sela KTT G20 tentunya menjadi perhatian pasar. 

"Lawrence Kudlow sebagai penasehat ekonomi gedung putih mengatakan pertemuan tersebut mempunyai peluang Amerika - China akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bukan tidak mungkin bea masuk yang sebelumnya dikenakan akan dihapuskan," ujarnya.

Hal tersebut dinilai akan menjadi momen positif bulan ini. Momen ini juga tentu meredakan ketegangan yang terjadi sampai saat ini. 

Sementara, Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi IHSG berada pada kisaran 5745 - 5988 

Sponsored

Kondisi pergerakan IHSG pada akhir pekan terlihat masih akan berada dalam fase konsolidasi wajar. Adapun rilis data perekonomian awal bulan, inflasi yang berada dalam kondisi terkendali masih dapat menjadi sentimen positif kembali akan mendongkrak kenaikan IHSG hingga beberapa waktu mendatang.

"Peluang koreksi wajar jika terjadi dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka menengah dan panjang, mengingat kondisi fundamental perekonomian kita yang masih cukup kuat," kata William.

Sekadar informasi, kemarin (1/11) IHSG ditutup menguat. Indeks naik tipis sebesar 4,27 poin (+0,07) ke level 5.835. Investor asing membukukan net buy di semua perdagangan saham sebesar Rp1,17 triliun, sedangkan di pasar regular mencatatkan net buy Rp1,15 triliun.

Sektor yang mengalami kenaikan terbesar pada sektor aneka industry (+1,33%) dan keuangan (+1,26%) sementara sektor yang mengalami penurunan terbesar sektor industri dasar (-1,63%), barang konsumsi (-1,34%).

Berikut saham-saham pilihan hari ini :
1. PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF)
2. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM)
3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
4. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)
5. PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI)


Rupiah bertenaga

Sementara itu, kinerja mata uang garuda diyakini akan kembali bertenaga pada hari ini. Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada memprediksi kurs Rupiah akan bergerak pada kisaran Rp15.130-Rp15.100. 

Kenaikan yang terjadi diharapkan masih bertahan, sehingga dapat membuka ruang sebagai awal dari tren kenaikan. Adanya penguatan EUR yang mampu mengimbangi apresiasi dollar seiring dengan sentimen internal di Uni Eropa. Sehingga dapat memberikan sentimen positif bagi terapresiasinya rupiah. 

"Masih adanya sejumlah sentimen positif, selain daripada inflasi diharapkan dapat membantu penguatan rupiah," ujar Reza dalam risetnya, Jumat (2/10).

Sekadar informasi, pada Kamis (1/11), US$ 1 dibanderol Rp15.125 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat cukup tajam yaitu 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

"Laju Rupiah mampu mengalami kenaikan. Bahkan kenaikan tersebut di atas perkiraan sebelumnya," jelas Reza.

Rilis inflasi bulan Oktober yang berada di angka 0,28% (MoM) dianggap masih rendah sehingga memberikan sentimen positif pada rupiah. 

Selain itu, sentimen dari disepakatinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 dengan defisit fiskal disetujui di bawah 2% yang dibarengi dengan penurunan imbal hasil dan adanya peluncuran implementasi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh Bank Indonesia (BI) yang diharapkan menahan gejolak rupiah memberikan sentimen positif tambahan pada rupiah.

Dari global, adanya kemajuan yang diperoleh dari perundingan Brexit antara Uni Eropa dan Inggris serta meningkatnya data CPI Uni Eropa berdampak positif terhadap posisi EUR sehingga turut berimbas pada penguatan rupiah.

Berita Lainnya
×
tekid