sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengamat sebut kerugian ekonomi akibat PMK lebih dari kalkulasi Ombudsman

Sebelumnya Ombudsman menyebutkan peternak diperkirakan mengalami total kerugian sekitar Rp254,45 miliar akibat PMK.

Gempita Surya
Gempita Surya Kamis, 16 Jun 2022 06:45 WIB
Pengamat sebut kerugian ekonomi akibat PMK lebih dari kalkulasi Ombudsman

 

Penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang meluas di Indonesia mengakibatkan kerugian ekonomi yang menimpa peternak.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, potensi kerugian akibat wabah PMK bisa jauh lebih besar dari kalkulasi Ombudsman RI.

"Kalkulasi kerugian versi ORI hanya kerugian langsung peternak. Sementara kerugian tak langsung peternak dan pihak lain belum dihitung," kata Khudori dalam keterangan, Rabu (15/6).

Khudori menambahkan, bukan hanya peternak yang terkena dampak dari PMK. Namun, mata rantai aktivitas ikutannya, seperti pedagang, bisnis transportasi, dan lain-lain juga terpukul atas menyebarnya wabah PMK.

Sebelumnya Ombudsman RI menyebut, nilai terkait kerugian ekonomi ini penting agar pemerintah memiliki kepekaan terhadap nasib peternak.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, telah membuat simulasi terkait potensi kerugian yang dialami peternak akibat PMK. Dalam waktu kurang dari dua bulan sejak kasus PMK kembali dilaporkan, para peternak diperkirakan mengalami total kerugian sekitar Rp254,45 miliar.

"Dengan simulasi data-data yang dari Kementerian Pertanian, maka diperkirakan dalam waktu kurang lebih sekitar satu bulan tiga minggu ini maka total kerugian yang dialami peternak sapi ini tidak kurang Rp254,45 miliar. Ini berdasarkan data simulasi," ujar Yeka dalam keterangan pers Potensi Kerugian Peternak Sapi Akibat PMK yang digelar daring, Rabu (15/6).

Sponsored

Yeka memaparkan, sapi yang terjangkit PMK akan berujung pada kematian atau penurunan produktivitas jika ternak dinyatakan sembuh. Penurunan produktivitas akan berdampak ke penurunan harga jual dan menyebabkan kerugian usaha.

Nilai kerugian ekonomi paling sedikit pada sapi yang sakit yakni sekitar Rp500.000- Rp800.000 dan umumnya berupa biaya pengobatan. Sapi yang sembuh namun mengalami penurunan produktivitas, nilai jualnya berkurang Rp4 juta.

Kemudian,sapi yang dipotong bersyarat menimbulkan kerugian sekitar Rp6 juta. Sementara, peternak yang sapinya mati akibat PMK ditaksir mengalami kerugian hingga Rp18 juta.

Sementara Komunitas Sapi Indonesia mendesak pemerintah untuk segera menyatakan situasi wabah dan kejadian luar biasa atas adanya penyakit mulut dan kuku yang telah menyebar ke seluruh Indonesia.

Dalam pernyataan sikap Komunitas Sapi Indonesia terkait pengendalian wabah PMK, salah satu poin yang juga jadi perhatian yaitu proses vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan hewan ternak.

Ketua Umum Komunitas Sapi Indonesia, Budiyono menilai, perlu ada percepatan pengadaan vaksin dan proses vaksinasi ke dalam wilayah yang belum tertular wabah PMK. Artinya, sapi yang masih sehat jadi prioritas untuk segera mendapat vaksin, kemudian diikuti vaksinasi di wilayah tertular dan episentrum wabah.

Selain vaksinasi, pencegahan juga dinilai penting dalam pengendalian wabah. Untuk itu, Budiyono juga mendorong ketersediaan alat uji untuk mendeteksi PMK.

"Menyediakan dan mengembangkan dan memproduksi alat uji cepat PMK dengan sensitivitas tinggi dan deteksi dini dari PMK di lapangan," kata Budiyono.

Terkait dengan penanganan di lapangan, pihaknya mendorong pemerintah untuk memberikan fasilitas kepada relawan PMK dengan alat pelindung diri dan obat-obatan. Selain itu, fasilitas hotline atau layanan aduan aktif 24 jam juga diperlukan untuk koordinasi dan menyediakan kebutuhan informasi serta data terbaru di lapangan.

Berita Lainnya
×
tekid