sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ketum PKB: Indonesia kurang dukung pengembangan teknologi

Cak Imin menyinggung Swiss yang tidak punya kebun kopi tetapi bisa menentukan harga kopi.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Selasa, 04 Jan 2022 17:52 WIB
Ketum PKB: Indonesia kurang dukung pengembangan teknologi

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menilai selama ini pemerintah kurang mendukung pengembangan teknologi dan modal ilmiah. Meski dilimpahi sumber daya alam (SDA), namun nilai produk SDA di Tanah Air kerap diambil negara lain.

Hal ini disampaikan Cak Imin dalam pidato awal tahun 2022 bertajuk "Peta Jalan Indonesia Maju", dengan menekan pentingnya belajar dari negara yang sudah maju. 

Menurut Cak Imin, Indonesia akan maju dengan tiga kriteria. Pertama, kata Cak Imin, negara dan seluruh kebijakan-lembaga perlu semakin inklusif bermanfaat dan memajukan semua warga. Perbudakan dihapuskan, perempuan bebas memilih dan terlibat politik, serta para petani dan nelayan didukung oleh subsidi dan sarana infrastruktur memadai.

Selain itu, orang muda diberi kesempatan penuh untuk mengecap pendidikan, bekerja meraih skill tinggi dan meraih konsep hidup baik mereka. Sistem pajak juga dilaksanakan untuk mendanai pendidikan, belanja pegawai dan jaminan sosial kesehatan dan pensiun, dan jaminan sosial dibuka dan melayani semua warga.

"Dukungan dana disediakan untuk riset-riset dan pengembangan teknologi, kota-kota ditata dan sistem pendidikan publik dibentuk didanai oleh negara. Taman taman publik diadakan. Dan Lansia dimuliakan dengan berbagai layanan, program dan program perlindungan," kata Cak Imin, sebagaimana diunggah akun Youtube DPP PKB, Selasa (4/1).

Kedua, negara dan kebijakan publik perlu terus menerus mendukung dan melakukan investasi, menguasai modal ilmiah serta teknologi agar nilai tambah dan manfaat dinikmati warga. Negara juga harus mampu membuat masyarakat Indonesia mandiri, berusia panjang dan menolong dirinya.

Wakil Ketua DPR ini mencontohkan Korea Selatan yang saat ini mampu menjadi produsen baja terbesar dunia. Meski tidak memiliki bijih besi, Korsel mampu menjadi produsen baja, bahkan impor dari Indonesia. Selain itu Belgia, negara kecil di Eropa menonjol sebagai produsen cokelat terkemuka dunia. Dalam catatannya, Swiss mengimpor kakao dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dia juga mencontohi Swiss yang disebutnya sebagai negara legendaris produsen kopi dunia sekaligus penentu harga kopi dunia. Padahal, kata Cak Imin, Swiss tidak memiliki kebun kopi, justru kebun kopinya ada di Indonesia.

Sponsored

"Selama ini, kita kurang mengembangkan teknologi dan modal ilmiah sehingga nilai tambah produk produk pertanian kita diambil orang lain. Jika kita memiliki modal ilmiah dan teknologi, maka Indonesia kita bisa produksi obat obatan sendiri, produksi vaksin dan alat alat kesehatan sendiri," ungkapnya.

Ketiga, Indonesia akan maju dengan cara memperkuat kapasitas fiskal. Dia menilai keberlanjutan sebuah negara bangsa ditentukan oleh kapasitas fiskal.

"Jangan sampai Indonesia menjadi raksasa baik hati tetapi berkaki pincang. Nation building tidak mungkin dijalankan tanpa kapasitas fiskal memadai, dan SDM unggul di seluruh NKRI tidak mungkin dapat didanai tanpa kapasitas fiskal memadai," terangnya.

Cak Imin menambahkan, Indonesia hanya akan maju jika mampu mengoptimalkan tiga hal sederhana. Pertama, Indonesia hanya maju jika semua setiap individu orang per orang, laki-laki dan perempuan, warga desa atau warga kota, kaya dan miskin, menjadi maju.

"Dengan kata lain, Indonesia harus setara, Indonesia harus mandiri," ungkap Cak Imin.

Kedua, Indonesia hanya maju jika pemerintah dan kebijakan publik mendorong dan menciptakan peluang-peluang agar semua warga dan kaum muda menjadi maju. Dengan kata lain Indonesia inklusif, mengayomi dan merata.

"Ketiga, Indonesia hanya maju apabila masa depan Indonesia dijaga dan diamankan. Artinya lingkungan hidup tempat kita menyerap udara bersih dan air bersih aman dan terjaga dan terlindungi. Dengan singkat Indonesia Hijau, Indonesia Lestari, Indonesia Berkelanjutan," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid