sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Melirik peluang koleksi saham infrastruktur dan konstruksi pascapilpres

Saham-saham di sektor infrastruktur dan konstruksi melesat sejak awal tahun.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Minggu, 28 Apr 2019 16:55 WIB
Melirik peluang koleksi saham infrastruktur dan konstruksi pascapilpres

Sejak awal tahun 2019, grafik saham-saham di bidang infrastruktur dan konstruksi melambung tinggi. Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 18 April lalu, indeks sektor properti dan konstruksi tercatat naik hingga 11,3%. 

Namun demikian, menurut catatan BEI, sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan anjlok hingga 2,89% pekan lalu. Sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi pun hanya menguat tipis di angka 0,90%. 

Meskipun terkoreksi, analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono menilai, saham-saham di bidang infrastruktur dan konstruksi bakal tetap menarik untuk dikoleksi tahun ini. Terlebih, hasil hitung manual Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menunjukkan pasangan petahana Jokowi-Ma'ruf unggul dengan raupan suara sekitar 55%. 

"Apalagi, anggaran infrastruktur di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) tahun ini naik 2,4% dari tahun lalu menjadi Rp415 triliun," kata Kornel, sapaan akrab Kornelis, saat dihubungi Alinea.id dari Jakarta, Minggu (26/4).

Kornel menilai tersendatnya saham-saham di sektor infrastruktur dan konstruksi terbilang wajar. Terlebih, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan pun melemah sebesar 1,63%. 

Menurut dia, pelemahan IHSG dipengaruhi panasnya situasi politik pascapemungutan suara dan sikap para investor yang masih mencerna rilis kinerja kuartal satu para emiten. 

Pada awal pekan lalu, sentimen yang menerpa bursa adalah aksi profit taking. Pekan sebelumnya, pasar bergairah karena menyambut kabar kemenangan Jokowi di papan hitung cepat sejumlah lembaga survei atau 'Jokowi Effect'.  

"Euforia sementara para investor sudah berganti menjadi perhitungan rasional. Para investor pun kini menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU," kata dia. 
 
Kornel memandang siapa pun presidennya, saham-saham di sektor infrastruktur dan konstruksi bakalan tetap gurih. Menurut dia, pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi pun bakal tetap memihak kedua sektor itu jika didapuk sebagai pemenang Pilpres 2019.

Sponsored

"Jika 02 memang memiliki niat serius untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang maka ia akan menyadari bahwa infrastruktur memang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di bidang lain seperti pertanian dan pangan," kata Kornel.

Selain itu, proyek infrastruktur dan konstruksi yang berjalan saat ini adalah proyek jangka panjang yang tidak bisa dihentikan di tengah jalan. Pemerintah, menurut Cornel, tidak mau merugi (sunk cost) dengan menyetop proyek-proyek infrastruktur yang tengah berjalan. 

Lebih jauh, Kornel menganalisis pergerakan saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi, seperti PT Waskita Karya Tbk. (WKST), PT Adhi Karya Tbk. (ADHI), PT PP Tbk. (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA). 

Menurut dia, saham-saham BUMN itu masih menarik untuk dikoleksi oleh para investor meski harga sahamnya turun dalam sepekan. "WSKT dan WIKA hold karena sudah mendekati target. ADHI buy dengan target konsensus 2.130, PTPP buy dengan target konsensus 2.830," jelas dia.

Pada penutupan perdagangan, saham WSKT, ADHI, PP dan WIKA ditutup menguat dengan angka bervariasi. Namun demikian, menurut catatan BEI selama sepekan, saham-saham BUMN itu melemah di kisaran 2-4%.

Pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, kinerja emiten variatif. Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) misalnya, melonjak 2,09% atau 80 poin ke Rp3.910 pada penutupan perdagangan. Dalam sepekan, saham TLKM juga tercatat menguat sebesar 2,36%.

Senada, saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) berhasil menguat tipis pada akhir perdagangan, yakni sebesar 0,85% atau 20 poin ke level Rp2.360. Namun, selama sepekan saham PGAS cenderung stagnan.

Di sisi lain, saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) justru anjlok 6% selama sepekan. Akan tetapi, pada penutupan perdagangan, saham GIAA naik 1,73% atau naik 8 poin ke level Rp470.

Di sisi lain, Kinerja positif ditunjukkan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR). Saham JSMR menguat sebesar 1,24% atau 75 poin pada penutupan perdagangan. Selama sepekan, saham tersebut juga membukukan penguatan dengan angka yang sama. 

"Pelemahan sejumlah saham sektor infrastruktur tak lain adalah aksi profit taking sell on news investor setelah quick count dan perhitungan sementara mengunggulkan pasangan 01," jelas Kornel.

Data sementara dua emiten besar di sektor konstruksi yang kurang cemerlang menjadi salah satu faktor pemberat aksi jual.

Hingga kuartal I-2019 misalnya, WSKT meraih kontrak baru Rp 4,27 triliun. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya, emiten itu membukukan nilai kontrak Rp 27,22 triliun. 

Sejalan dengan WSKT, ADHI tercatat hanya mendaratkan kontrak baru senilai Rp3 triliun di kuartal I-2019. Angka itu tidak berubah dari capaian kuartal I-2018.

Meski demikian, Kornel memandang saham-saham infrastruktur masih memiliki kinerja yang positif. Hal itu tecermin dari perolehan pendapatan dan laba bersih pada 2018.

Dalam laporan keuangan pada 2018 misalnya, Waskita Karya melaporkan pendapatan sebesar Rp48,78 triliun atau naik 7,91% dari catatan pada 2017 sebesar Rp45,21 triliun. Laba bersih Waskita sebesar Rp3,96 triliun atau tumbuh 2,09% dari realisasi Rp3,88 trilun pada 2017.

Wijaya Karya juga turut melaporkan pendapatan sebesar Rp31,15 triliun pada 2018. Angka tersebut naik 19,03% dari Rp26,17 triliun pada 2017. Emiten berkode saham WIKA itu pun turut mencatatkan laba bersih Rp1,73 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh 43,94% dari Rp1,20 triliun pada 2017.

Adhi Karya pun mencatatkan laba bersih sebesar Rp644,5 miliar, meningkat 24,98% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp515,4 miliar. Emiten berkode saham ADHI itu mengantongi pendapatan sebesar Rp15,65 triliun pada 2018, atau naik 3,29% dari Rp15,15 triliun pada tahun sebelumnya.

PT Pembangunan Perumahan mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar Rp1,5 triliun, naik 3,4% dari tahun 2017 sebesar Rp1,45 triliun. Pendapatan usaha emiten ini juga naik cukup signifikan sebesar 16,79% dari Rp 21,5 triliun pada 2017, menjadi Rp 25,12 triliun pada 2018.

Adapun PGAS mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,34 triliun atau tumbuh 54,89% secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya. Senada, GIAA PGAS mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,34 triliun atau tumbuh 54,89% secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya. 

 Pengendara kendaraan melintas di dekat area pengerjaan pembangunan infrastruktur Light Rail Transit (LRT) di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, kawasan Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/4). /Antara Foto

Masih jadi pilihan investor 

Pendiri dan Direktur Jagartha Advisor FX Iwan mengatakan, kinerja perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur dan konstruksi diprediksi masih positif tahun dan saham-sahamnya masih bakal jadi rebutan investor. Saham Wijaya Karya dan Waskita Karya bahkan bisa menjadi proxy infrastruktur untuk pilihan investor.

"Untuk infrastruktur lebih kepada keberlanjutan yang sudah dijalankan selama ini. Jadi, karena hasil quick count menunjukkan Pak Jokowi selaku petahana yang memenangkan pemilu, maka pasar akan merespons positif akan potensi kelanjutan infrastruktur ke depan," ucapnya.

Senada, Managing Director Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh mengatakan, sektor infrastruktur dan konstruksi masih memiliki prospek yang positif. Menurut dia, jika kembali berkuasa, Jokowi bakal mengebut sejumlah pengerjaan sejumlah proyek infrastruktur yang saat ini tengah berjalan. 

"Seperti yang kita tahu dalam visi Jokowi kan next setelah infrastruktur adalah pembangunan sumber daya manusia. Artinya, semua hal yang terkait dengan proyek infrastruktur kemungkinan besar pasti akan dituntaskan dalam periode-periode awal kepemimpinan beliau," kata Ricky.

Namun demikian, situasinya bisa berbeda jika pasangan Prabowo-Sandi yang berkuasa. Menurut dia, terbuka kemungkinan sektor-sektor andalan pemerintah dan rencana pembangunan bakal berubah jika Prabowo menduduki kursi RI 1. 

"Mungkin infrastruktur bukan top picks di awal kepemimpinan beliau. Kan disesuaikan dengan prioritas visi beliau, walaupun bukan berarti infrastruktur dan konstruksi tidak memiliki potensi, ya. Tapi, perlu data dan analisis ulang untuk menetapkan strategi yang tepat dan sesuai," ucapnya. 


 

Berita Lainnya
×
tekid