sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

OVO ekspansi layanan pinjaman online Pay Later

OVO akan menambah layanan pinjaman online Pay Later. Layanan baru ini memungkinkan pengguna bertransaksi tanpa menggunakan kartu kredit.

Annisa Rahmawati
Annisa Rahmawati Selasa, 22 Jan 2019 19:18 WIB
OVO ekspansi layanan pinjaman online Pay Later

PT Visionet Internasional pemilik platform pembayaran digital OVO akan menambah layanan berupa pinjaman online Pay Later. Layanan baru ini memungkinkan pengguna bertransaksi tanpa menggunakan kartu kredit.

Direktur Pembayaran Perusahaan OVO Harianto Gunawan mengatakan ekspansi layanan ini bertujuan memperluas penggunaan OVO ke semua segmen masyarakat.

"Sekarang ini masyarakat bisa belanja, tanpa harus bayar langsung. Dengan menggunakan OVO dijamin bisa langsung pinjam,” kata Harianto di Jakarta, Selasa (22/1).

Strategi OVO menggaet partner

Sementara itu, Ovo sebagai layanan financial technology (fintek) sudah menjalin kerja sama dengan e-commerce seperti Tokopedia. Dengan kerja sama bisnis tersebut, kata Harianto, transaksi bisa lebih efisien. 

Selain dengan Tokopedia, OVO juga akan menjalin kerja sama dengan pihak lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperluas jaringan dan membidik segmentasi pasar yang lebih luas.

"Kita mau memperluas kerjasama dengan segala pihak. Baik dari pemerintah maupun swasta. Baik pengguna langsung, maupun UMKM dan modern merchant,” kata dia.

Harianto mengatakan, dalam setahun ini, OVO sudah bekerja sama dengan 200.000 UMKM. Kerja sama tersebut, kata dia, berupa modern merchant, e-commerce, transportasi online.
 
Tantangan pengembangan uang digital

Sponsored

Harianto mengatakan hambatan yang dialami pihaknya adalah sosialisasi kepada masyarakat untuk mengganti penggunaan uang tunai (cash) menuju uang digital. Saat ini, menurut dia, penggunaan uang tunai masih 90% dari keseluruhan transaksi di Indonesia. 

"Masih banyak orang percaya cash. Makanya kami kerja sama dengan segala pihak. Semoga semua yang menjadi stakeholder dari partner bisa percaya untuk menggunakan uang digital kami,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Harianto menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan penggunaan uang non-tunai masih kurang diminati. Salah satunya, kata Harianto, Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi besar seperti China dan India. Sehingga, sosialisasi masih sulit dilakukan. Selain itu, masyarakat masih suka menggunakan cara tradisional seperti pembayaran tunai. 

"Saya senang dengar pernyataan Pak Bambang Brodjonegoro selaku Menteri PPP/ Bappenas, bahwa tahun ini sosialisasi (sudah dilakukan) dari Sabang sampai Marauke. Hal tersebut dianggap penting, karena infrastruktur dasar komunikasi,” kata dia.

Berita Lainnya
×
tekid