Pengendalian pandemi penentu capaian visi Indonesia 2045
Ketahanan pangan jadi faktor penting dalam upaya mencapai Visi Indonesia 2045.

Pengendalian pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional akan menentukan apakah Indonesia mampu mencapai Visi Indonesia 2045. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPR RI yang juga Ketua Delegasi Indonesia untuk Y20 Summit 2021, Puteri Komarudin.
Ia menegaskan, APBN harus memiliki peran fiskal yang responsif untuk menjalankan pemulihan ekonomi nasional dan perlu dipastikan bersifat strategis dan terukur. "Pemuda memiliki peran penting dalam memajukan pelaksanaan demokrasi Indonesia yang saat ini cenderung bersifat prosedural agar menjadi lebih substantif," ujarnya dalam webinar Centre for Strategic and International Studies (CSIS) “50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi: CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045”, Rabu (4/8/2021).
Menurutnya, pendidikan politik dalam hal ini diperlukan untuk membangun kapasitas anak muda, agar dapat berperan dalam proses demokrasi di Indonesia dan menghindari generasi muda yang apatis terhadap politik.
Sementara itu, Kepala Riset Center of Policy Studies (CIPS), Felippa Amanta, menekankan pentingnya ketahanan pangan dalam usaha mencapai Visi Indonesia 2045. Menurut Felippa, perkembangan sumber daya manusia yang baik, tidak akan tercapai tanpa adanya ketahanan pangan yang masih menjadi masalah untuk Indonesia.
"Peranan penting perdagangan internasional dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan suatu negara-mengingat adanya perbedaan diet, perbedaan iklim, dan perbedaan keunggulan komparatif tiap negara," terangnya.
Felippa menambahkan, fokus yang berlebihan terhadap swasembada pangan malah akan lebih banyak merugikan pertanian dan masyarakat Indonesia. Dalam mencapai Visi Indonesia 2045, Felippa menegaskan pentingnya inovasi dan modernisasi dalam bidang pertanian sehingga terjadi transformasi ekonomi serta menjamin kesejahteraan petani.
Di forum yang sama, Ekonom lingkungan dan Co-Founder Think Policy, Andhyta F. Utami memandang bahwa cara konvensional mengukur progres perekonomian mungkin sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada pada saat ini. "Sehingga perlu perubahan cara melihat dalam rangka penyusunan kebijakan yang lebih baik," jelasnya dikutip dari siaran pers CSIS.
Angka pertumbuhan dan ekspansi ekonomi, sambungnya, harus memperhatikan kesejahteraan manusia dan planet, terlebih karena sudah terjadi banyak kerugian yang disebabkan oleh bencana akibat perubahan iklim. "Sasaran utama yang perlu dicapai adalah menciptakan ekonomi rendah karbon pada tahun 2045, yang bukanlah merupakan trade-off namun dorongan bagi perekonomian," bebernya.
Untuk itu, ia mendorong generasi muda terus bersuara di ruang publik dan mengikuti proses demokrasi, serta melakukan penelitian, sehingga dapat lebih menjamin tercapainya sustainable economy.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
El Nino dan ancaman 'badai' karhutla 2023
Jumat, 31 Mar 2023 15:03 WIB
Menimbang sistem pemilu proporsional terbuka, tertutup, atau campuran
Kamis, 30 Mar 2023 06:19 WIB