sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Butuh modal besar, peningkatan bauran EBT harus libatkan swasta

Indonesia membutuhkan investasi senilai US$34 miliar atau Rp480 triliun (kurs Rp14.119/US$) untuk proyek-proyek EBT.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 28 Jan 2021 14:47 WIB
Butuh modal besar, peningkatan bauran EBT harus libatkan swasta

Target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 diakui sulit tercapai, hal itu melihat realisasi yang telah dicapai hingga saat ini.

Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto menuturkan, Indonesia membutuhkan tambahan 14.087 MW EBT untuk mencapai target tersebut. Indonesia juga membutuhkan investasi senilai US$34 miliar atau Rp480 triliun (kurs Rp14.119/US$) untuk proyek-proyek EBT.

"Tingkat ketercapaianya berat, sehingga perlu dilakukan langkah luar biasa," kata Sugeng dalam MGN Summit 2021 Sustainable Energy, Kamis (28/1).

Dengan target tersebut, Sugeng juga menghitung, setiap tahun Indonesia perlu menarik investasi US$6,8 miliar atau Rp96 triliun setiap tahunnya.

Sementara, Head of the Department of Economics Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengamati, selama 2015 hingga 2019 investasi di sektor EBT hanya mencapai Rp10 triliun. Jumlah ini berbeda jauh dengan investasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dilakukan PLN sekitar Rp50 triliun.

"Kelihatan sekali jomplangnya antara satu dan yang lainnya. Yang tentunya ini sulit untuk mencapai target bauran energi kalau masih seperti itu," ujar Yose dalam kesempatan yang sama.

Untuk mencapai target bauran EBT 23%, membutuhkan kenaikan kapasitas EBT sebesar 12,5% per tahun. Akan tetapi, selama lima tahun belakangan ini, kenaikan kapasitas EBT hanya 6,5%.

"Kesenjangannya masih sangat besar sekali. Apakah memang mungkin kita mengubah arah dari yang tadinya kurang, menjadi jauh lebih cepat lagi?" tuturnya.

Sponsored

Menurutnya, investasi untuk pembangunan kapasitas EBT menjadi penting. Apabila melihat tren dunia, 60% lebih pengembangan EBT dilakukan pihak swasta.

Yose memandang Indonesia seharusnya mengikuti tren dunia tersebut. Dia menyarankan pemerintah menciptakan regulasi serta struktur industri, yang mendukung keterlibatan swasta dalam peningkatan EBT tadi.

Adapun Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) Hilmi Panigoro menuturkan, tanpa langkah luar biasa, pengembangan EBT tidak akan bisa mencapai target yang diinginkan.

Senada dengan Yose, Hilmi melihat tidak mungkin seluruh pengembangan kapasitas EBT dilakukan oleh negara. Menurutnya, kunci pengembangan EBT adalah bagaimana negara bisa menarik investasi masuk.

Adapun berdasarkan catatan International Renewable Energy Agency (IRENA) pada 2018, estimasi jumlah dana EBT internasional yang tersedia adalah US$271 miliar.

"Regulasi masih bisa diperbaiki. Karena pengusaha ini makhluk yang sangat simpel, berikan kami pendapatan yang wajar, maka kami akan berkompetisi, berlomba-lomba berinvestasi," kata Hilmi.

 

Berita Lainnya
×
tekid