Miliarder asal Amerika Serikat (AS) Ray Dalio diisukan bakal bergabung menjadi salah satu anggota Dewan Penasihat Badan Pelaksana Investasi Daya Aguna Nusantara (BPI Danantara). Rumor itu mengemuka setelah Dalio diundang Presiden Prabowo Subianto ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (7/3) lalu.
CEO BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani tak membenarkan atau membantah rumor tersebut. "Hari ini (Dalio) datang ke sini, kemudian beliau sharing dengan kami. Kalau saya bilang, ya, alhamdulillahlah. Tadi kita sih sudah salaman. Itu saja," ungkap Rosan kepada wartawan di Istana Presiden.
Di Dewas BPI Danantara, saat ini sudah ada Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Ketika ditanya wartawan lebih lanjut soal kemungkinan menyandingkan Dalio dengan Blair, Rosan hanya mengacungkan dua jari.
Dalam pertemuan dengan Prabowo, Dalio terlihat duduk bersebelahan dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani. Di akun instagramnya, Sri Mulyani mengungkapkan isi pertemuan Prabowo dengan pendiri Hedge Fund Bridgewater Associates itu.
“Ray Dalio juga menjelaskan penting belajar dari pengalaman negara-negara yang sukses melakukan transformasi dan memajukan ekonomi, dengan melakukan reformasi dan menjalankan keterbukaan dengan benchmarking dari kesuksesan global, termasuk dengan mengundang talenta dan ahli global yang reputable untuk ikut mengkritisi dan memberikan masukan kredibel bagi perbaikan program pemerintah,” ungkap Sri Mulyani.
Dalio sendiri menilai jika Indonesia saat ini sedang berada di fase titik awal pertumbuhan ekonomi atau take off point yang pesat. Menurut Dalio, yang mendukung hal tersebut adalah karena tingkat utang Indonesia yang tergolong rendah.
"Ada sejumlah langkah yang memiliki potensi yang cukup baik. Namun, ada tantangan yang harus bisa diatasi, yakni, birokrasi, kemudahan berbisnis, kewirausahaan, pembentukan modal, serta antikorupsi," ujar Dalio.
Dalio juga berbagi pengalamannya sebagai investor di pentas global. Selama 47 tahun menggeluti dunia investasi, Dalio mengaku sudah banyak bertemu dengan pemimpin dunia, termasuk di antaranya mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan eks pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping.
"Saya melihat mereka sebagai pemimpin yang tangguh, punya kemampuan untuk membawa sebuah negara yang memiliki potensi yang sangat luar biasa, dan menuju transisi serta menjadikan negara tersebut unik," ucap Dalio.
Bikin perusahaan di apartemen
Lantas seperti apa sebenarnya sosok Dalio? Kini berusia 75 tahun, Dalio merupakan salah satu investor paling sukses di dunia. Ia mendirikan Hedge Fund Bridgewater Associates saat masih tinggal di apartemennya di Connecticut, AS pada 1975.
Menurut laman resmi Bridgewater Associates, Dalio lulus dari jurusan ilmu keuangan C.W. Post College pada 1971. Dua tahun berselang, ia memperoleh gelar master of business administration (MBA) dari Harvard Business School.
Dua tahun setelah lulus dari Harvard, Dalio memutuskan mendirikan Bridgewater Associates. Awalnya, Dalio membagikan pemikiran investasinya dalam laporan riset harian ‘Bridgewater Daily Observation’ yang kemudian dikirimkan kepada para klien perusahaan menggunakan Telex.
Analisis-analisis finansial dari Dalio menarik minat para investor. Pada 1985, Brigdewater mendapat kucuran dana institusional pertama mereka. Tidak tanggung-tanggung, Bank Dunia menggelontorkan dana sebesar US$5 juta untuk mendanai perusahaan Dalio. Sejak saat itu, Bridgewater mendapatkan kepercayaan untuk dapat mengelola dana investasi untuk di kelola secara langsung.
Dalio sangat memahami dinamika pasar global, khususnya terkait pergerakan mata uang dan suku bunga. Dengan pemahaman tersebut, Dalio menyusun beragam strategi bisnis membawa perusahaannya mendulang keuntungan.
Salah satu strategi bisnis jitu Dalio dijalankan pada saat gejolak pasar saham tahun 1987. Kala itu, Ray Dalio bisa membuat perusahaannya untung besar sebab sukses melakukan diversifikasi dan manajemen risiko.
Pada 2017, Dalio memutuskan untuk berhenti sebagai CEO Bridgewater Associates. Pada tahun itu pula, Dalio merilis buku dengan judul Principle: Life & Work. Buku itu menjadi salah satu buku best seller versi New York Times.
Dalio juga menuangkan gagasan-gagasan ekonominya dalam buku The Changing World Order: Why Nations Succed and Fail (2021). Sebagaimana judulnya, buku ini berisi tentang gagasan Dalio dalam memprediksi negara bisa berhasil dan gagal secara ekonomi.
Dalam bukunya, ia menyebut ada lima siklus, yakni kebangkitan, keemasan, puncak, krisis dan terakhir kolaps. Jika disederhanakan, menurut Dalio, semua negara pada mulanya hanya negara kecil, lalu perlahan bangkit menjadi negara kuat.
Hingga kini, Dalio sudah 47 tahun menggeluti dunia investasi. Perusahaan Dalio ditaksir mengelola dana sebesar US$124 miliar atau kisaran Rp1.984 triliun. Majalah Fortune menobatkan Bridgewater sebagai perusahaan swasta paling penting ke-5 di AS.