sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani ungkap dunia hadapi 3 tantangan ekonomi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan dunia tengah menghadapi tiga tantangan yang sama beratnya.

Satriani Ariwulan
Satriani Ariwulan Senin, 23 Mei 2022 19:38 WIB
Sri Mulyani ungkap dunia hadapi 3 tantangan ekonomi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan dunia tengah menghadapi tiga tantangan yang sama beratnya. Tiga hal ini sangat memengaruhi lingkungan ekonomi seluruh dunia, termasuk Indonesia.

“Yaitu, inflasi global yang tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi pelemahan ekonomi. Ini yang harus kita waspadai,” ujar Sri saat menyampaikan hasil pemantauan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam APBN Kita, Senin (23/05).

Menurut Sri, pemulihan ekonomi dunia dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah, terutama akibat krisis global yang meningkat berasal dari geopolitik yaitu perang di Ukraina yang telah menimbulkan spillover dalam bentuk kenaikan barang-barang terutama energi dan pangan dan terjadinya supply disruption. Pertumbuhan ekonomi di berbagai negara mengalami tekanan yang diperkirakan akan mulai terlihat di kuartal II-2022. 

"Nanti akan terlihat terutama di kuartal kedua. Kami lihat di berbagai negara sekarang ini kuartal satunya sudah mengalami penurunan yang cukup konsisten across region,” tuturnya. 

Beberapa negara yang mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi, yakni Meksiko sebesar 1,6% secara tahunan alias year on year (yoy), Taiwan 3,1% yoy, Korea 3,1% yoy, Singapura 3,4% yoy, Amerika Serikat 3,6% yoy, dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 4,8% yoy.

Selain itu, eskalasi tensi geopolitik menjadi penyebab lonjakan harga komoditas pangan dan energi. Natural gas atau gas alam mengalami kenaikan 125,8% secara year to date (ytd), coal atau batu bara melonjak 166% ytd, brent mengalami kenaikan 45,7% ytd, crude palm oil (CPO) naik 20,9% ytd, wheat atau gandum naik 55,6% ytd, serta jagung naik 31,6% ytd. Sedangkan kedelai dan gandum-ganduman naik masing-masing 28,1% dan 15,5% ytd.

“Jadi ini seluruh komoditas yang sangat menentukan daya beli yaitu energi dan pangan. Seluruh dunia tidak terkecuali mengalami imbas dengan kenaikan yang sangat tajam,” ujarnya.

Akibatnya, tutur Sri, inflasi di berbagai negara naik karena banyak negara tidak melakukan shock absorber. Artinya, kenaikan harga langsung dirasakan oleh rakyat sehingga masyarakat di negara-negara tersebut menghadapi inflasi yang melonjak tinggi.

Sponsored

Pada negara emerging seperti India, inflasi tercatat 7,8%, Korea Selatan 4,8%, Afrika Selatan 5,9%, dan Meksiko 7,7%. Bahkan tingkat inflasi di negara maju mencapai tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

"Seperti tingkat inflasi Brazil mencapai 12,1%, Rusia 17,8%, Amerika Serikat 8,4%, dan Inggris 9%," ujarnya.

Dengan situasi inflasi yang meningkat tersebut, lanjut Sri, maka negara-negara akan menjaga tingkatannya dengan kebijakan kenaikan suku bunga. Terutama kebijakan yang akan dilakukan oleh negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa.

“Jadi kita bisa melihat negara-negara ini kemungkinan akan melakukan kenaikan suku bunga dengan kalau inflasinya tidak terkendali kemungkinan sangat tinggi. Dan ini untuk Amerika Serikat sudah diumumkan. Eropa yang selama ini juga 0%, sekarang dengan inflasi 7,4% sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka akan melakukan adjustment kenaikan suku bunga,” ujar Sri.

Berita Lainnya
×
tekid