sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tren defisit neraca perdagangan bakal berlanjut hingga akhir tahun

Defisit neraca perdagangan bakal berlanjut pada Desember 2018 karena ada kebutuhan natal dan tahun baru.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 15 Nov 2018 21:08 WIB
Tren defisit neraca perdagangan bakal berlanjut hingga akhir tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ 1,82 miliar pada Oktober 2018. Defisit ini berasal dari tingginya angka impor dibanding ekspor. Diketahui, impor Indonesia sebesar US$ 17,62 miliar. Jauh lebih tinggi dibanding ekspor yang jumlahnya sebesar US$ 15,80 miliar.

"Dengan menggabungkan impor dan ekspor maka neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ 1,82 miliar pada Oktober 2018," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Kamis, (15/11).

BPS menyatakan, jika dibandingkan pada September 2018, impor Indonesia pada Oktober 2018 meningkat tajam sebesar 20,60%. Sementara jika dibandingkan dengan Oktober 2017, impor naik sebesar 23,66%.

Menanggapi hal itu, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, Maximilianus Nico Demus, mengatakan sejauh ini memang sedang tren neraca defisit. Apalagi, nanti pada Desember 2018 ada kebutuhan natal dan tahun baru, otomatis konsumsi impor akan meningkat.

“Namun sejauh ini kami melihat bahwa faktor eksternal masih mendominasi. Angin surga nampak ditunjukkan oleh adanya perkembangan positif dari perundingan perpisahan Inggris dari Uni Eropa," ujar Nico.

Nico mengatakan, antara Inggris dan Uni Eropa menyepakati perjanjian perpisahan tersebut, meskipun masih dalam bentuk draf. Selanjutnya draf tersebut akan di kirim ke kabinet. 

"Belum tentu memang hasilnya memuaskan, namun cukup untuk membuat proses brexit ini berjalan," kata Nico.

Selain Inggris yang keluar dari Uni Eropa, perdamaian antara Amerika dan China juga mendorong para pelaku pasar mulai masuk ke emerging market. Oleh karena itu, meskipun defisit, rupiah diprediksi masih menguat apalagi dukungan dari kenaikkan BI rate terhadap rupiah. 

Sponsored

"Jadi meskipun defisit, tapi selama eksternal positif, kita masih terus melaju. Sama situasi dan kondisinya apabila ternyata internal positif, eksternal negatif, kita pasti akan mengalami hambatan," jelas Nico.

Terpisah, Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengatakan ekspor barang mentah yang mengalami penurunan cukup dalam dibanding bulan sebelumnya juga menjadi faktor  adanya tren defisit. Diketahui, timah -40.5%, bijih abu logam -42%, tembaga -25%, dan pulp and paper -25.7%. 

"Ini seiring dengan pelemahan permintaan di Korea, India dan Jepang. Ekspor elektronik negara itu turun terimbas perang dagang sehingga mengurangi permintaan barang dari indonesia," ujar Bhima.

Selain itu, lanjut Bhima, impor yang membengkak juga dipicu oleh kenaikan volume impor migas untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun saat natal dan tahun baru. Secara musiman impor migas bisa terus bengkak hingga Desember. 

Di sisi lain pemerintah jelang pemilu menggenjot realisasi belanja infrastruktur. Ini terlihat dari impor besi baja yang naik 48,7%, dan mesin peralatan listrik tumbuh 18,4%. 

"Jadi, bisa disimpulkan migas dan proyek infrastruktur berkontribusi terhadap defisit perdagangan," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid