sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Labuan Bajo akan menjadi destinasi wisata premium

Labuan Bajo jangan sampai hancur dengan padatnya wisatawan yang berkunjung. Maka, wisatawan yang datang mesti dibatasi.

Mona Tobing
Mona Tobing Jumat, 15 Nov 2019 14:08 WIB
Labuan Bajo akan menjadi destinasi wisata premium

Pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor B. Laiskodat, soal wisatawan tak berduit atau bukan golongan orang kaya dilarang berwisata di NTT tidak sepenuhnya salah. 

Kepala Badan Otorita Pariwisata NTT Shana Fatina Sukarno mengatakan, kawasan wisata di NTT memang telah dirancang menjadi destinasi wisata kelas premium. Pemerintah lewat Kementerian Pariwisata telah menetapkan Labuan Bajo Flores sebagai wisata premium berkelanjutan. 

Disebut dengan wisata premium, karena mempertimbangan tiga faktor. Pertama, memberikan pengalaman kualitas terbaik untuk sejumlah kegiatan wisata yang sifatnya otentik. 

Kedua, pertimbangan pelestarian lingkungan. Ini merujuk pada daya tarik utama wisatawan yakni komodo yang ditetapkan UNESCO sebagai World Heritage Site. Sehingga harus dijaga keragaman hayatinya. 

Ketiga, pelibatan masyarakat dengan memaksimalkan kegiatan budaya dan pengenalan adat istiadat. 

"Pernyataan pak Gubernur harus dilihat dari sisi NTT sebagai tempat destinasi luar biasa di dunia. Wisatawan yang datang ke NTT mesti mendapat pengalaman yang plus. Apalagi saat ini, Labuan Bajo Flores sedang dibangun untuk menjadi kawasan wisata superioritas. Kami ingin memposisikan diri menjadi market premium, bahwa tidak ada lagi yang bisa didapat selain wisata di NTT," terang Shana pada Jumat (15/11) di Labuan Bajo, NTT. 

Sebelumnya, Gubernur Victor yang hadir dalam Festival Menipo di Kota Kupang melarang wisatawan miskin datang berwisata ke NTT. Menurutnya, Labuan Bajo dan sekitarnya memang sudah dirancang untuk wisatawan yang berduit. 

Politikus Partai Nasdem tersebut beralasan, seluruh wilayah di NTT memiliki keindahan alam dan atraksi budaya yang tak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia, bahkan di dunia. Selain itu, NTT dinilai sebagai tempat yang kecil, tapi memiliki keindahan yang tidak ternilai. 

Inilah yang dianggap sebagai sesuatu yang mahal dan sulit dicari. Apalagi, NTT baru saja dinobatkan sebagai destinasi terbaik di dunia dan menganjurkan wisatawan untuk berwisata ke NTT pada 2020 oleh situs perjalanan Lonely Planet.

Memang untuk berwisata ke Labuan Bajo Flores, kita perlu merogoh kocek cukup dalam. Mulai dari akomodasi seperti: penginapan, transportasi hingga berkunjung ke tempat-tempat wisata di Labuan Bajo Flores. 

Ambil contoh untuk penerbangan dari Jakarta-Labuan Bajo, harga tiket pesawatnya berkisar antara Rp1,9 juta untuk satu kali kedatangan. Saat ini, baru tiga maskapai yang melayani penerbangan langsung dari Jakarta-Labuan Bajo, yakni: Garuda, Citilink, dan Batik Air. 

Artinya, dengan harga tiket pesawat dua kali untuk pulang dan pergi, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp3,8 juta untuk satu orang. Lalu untuk penginapan kelas hotel, apabila menginap di hotel bintang empat, maka biaya semalamnya berkisar antara Rp1,2 juta hingga Rp1,5 juta. 

Biaya lain adalah saat mendatangi destinasi di Labuan Bajo, seperti: Pulau Padar, Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pantai Pink, Taka Makassar, Manta Point, dan Kanawa Island. Kita harus menyewa sebuah kapal atau cruises untuk datang ke sana, saat menyeberang dari Pelabuhan Labuan Bajo. 

Saat masuk ke destinasi wisata, harga tiket masuk dan membayar pemandu juga harus dikeluarkan oleh pengunjung. Untuk serangkaian kegiatan tersebut, biayanya berkisar antara Rp750.000 sampai Rp1,3 juta. Tapi itu semua tergantung pada fasilitas yang diambil dari jenis tempat wisata yang dipilih. 

 

Lalu pengalaman apa yang bisa kita dapatkan saat berlibur ke Labuan Bajo dengan biaya yang besar? 

Tidak berlebihan untuk menyebutnya sebagai pengalaman yang mengesankan. Selain kita dapat melihat Komodo secara dekat, berbagai pengalaman baru akan kita dapatkan dengan berkunjung ke sini. 

Wisata petualangan memang menjadi khas di Labuan Bajo, yang mungkin tidak kita dapatkan dari wisata selain di tempat ini. Saat berkegiatan di alam, kita akan dimanjakan dengan keanekaragaman hayati dan pemandangan alam yang indah. 

Empat kegiatan yang bisa kita lakukan di alam Labuan Bajo: sailing, diving, snorkling, dan trekking. Adapun lokasinya yakni: Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Komodo Diving Sites, Pulau Kanawa, Pantai Waecicu, Pantai Batu Biru, Pantai Koka, Maumere Diving Sites, dan Pantai Weri.  

Berkat promosi Labuan Bajo dan sekitarnya dari media sosial, tidak bisa dipungkiri jumlah wisatawan yang datang setiap tahunnya selalu bertambah. 

Sejak Labuan Bajo booming pada tahun 2015, kunjungan wisatawan setiap tahunnya selalu meningkat. Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat menunjukkan pada tahun 2015 jumlah wisatawan mencapai 61.257 orang. 

Lalu pada tahun 2016 naik menjadi 83.712 orang, tahun 2017 sebesar 111.749 orang, dan tahun 2018 mencapai 163.054 orang. Tahun ini, diperkirakan jumlah wisatawan bisa mencapai 550.000 orang. 

Demi menjaga kelestarian seluruh potensi wisata di Labuan Bajo tersebut, rencananya jumlah wisatawan akan diatur mengunjungi Labuan Bajo. Misalnya dengan memberlakukan pembelian tiket wisata secara booking online

"Kami tidak ingin destinasi di NTT yang lestari karena dipublikasikan secara besar-besaran, kemudian hancur hanya karena ramainya wisatawan datang ke Labuan Bajo Flores," kata Shana. 

Pembatasan wisatawan yang diberlakukan di Labuan Bajo dinilai merugikan bagi pengunjung.

Rian, wisatawan asal Jakarta yang datang ke Pulau Komodo mengatakan, apabila Labuan Bajo dijadikan tempat wisata eksklusif, akan menyulitkan bagi backpacker seperti dirinya. 

"Justru akan membuat semua di Labuan Bajo serba mahal. Sebab jika ingin menyeberang saja, kapal harus penuh, kalau dibatasi tentu backpacker seperti saya tentu tidak terlayani," kata Rian kepada Alinea.id.

Rian bilang, akibatnya turis lokal yang ingin datang berwisata ke Labuan Bajo, justru akan memilih ke luar negeri dengan biaya akomodasi lebih murah dibandingkan berwisata ke dalam negeri. Apalagi kata Rian, harga akomodasi seperti: penginapan dan makanan di Labuan Bajo disebutnya tidak murah. 

Sementara itu, wisatawan dari Belanda, Hobert yang ditemui Alinea.id saat melakukan trekking di Pulau Padar punya pandangan lain. Apabila Labuan Bajo ditetapkan sebagai kawasan eksklusif, justru akan mengundang wisatawan dari luar negeri seperti dirinya. 

"Kami datang karena memang tahu kalau Pulau Komodo itu tidak seramai tempat wisata lain di Indonesia seperti Bali. Terpencil dan langka, begitu kesan kami. Jadi kami memang penasaran," kata Hobert yang mengaku terkesan dengan wisata di Pulau Komodo dan berkunjung bersama teman-teman senegaranya. 

Penanganan yang eksklusif menurutnya juga wajar apabila diterapkan dengan adanya Komodo sebagai satwa yang harus dilindungi. Apalagi, lokasi Taman Nasional Pulau Komodo jaraknya tidak jauh dengan pemukiman warga. 

Sehingga, demi menjaga habitat asli tetap terpelihara, maka perlu penanganan yang eksklusif seperti dengan membatasi jumlah wisatawan yang berkunjung. 

 

Berita Lainnya
×
tekid