sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

4 Sikap Australia pasca-akui Yerusalem Barat ibu kota Israel

Australia mengumumkan pengakuannya akan Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel pada Sabtu (15/12).

Khairisa Ferida Valerie Dante
Khairisa Ferida | Valerie Dante Selasa, 18 Des 2018 10:41 WIB
4 Sikap Australia pasca-akui Yerusalem Barat ibu kota Israel

Pada Sabtu (15/12), pemerintah Australia mengumumkan kebijakan barunya terkait Yerusalem. PM Scott Morrison menyatakan bahwa Canberra mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel.

Mengenai hal tersebut, Kedutaan Besar Australia di Jakarta mengeluarkan pernyataan pada Minggu (16/12). Terdapat empat hal yang disampaikan.

Pertama, Australia tetap berkomitmen untuk solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina, yang tetap merupakan satu-satunya jalur untuk menyelesaikan sengketa Israel-Palestina.

Kedua, Australia tidak akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat sampai status final Yerusalem telah diputuskan melalui negosiasi antara Palestina dan Israel.

Ketiga, Australia mengakui Yerusalem Barat sebagai tempat parlemen Israel dan banyak lembaga pemerintahan sebagai ibu kota Israel.

Keempat, sesuai dengan komitmen Australia terkait solusi dua negara, Canberra mengakui aspirasi rakyat Palestina untuk sebuah negara masa depan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Kabar terkait pengakuan Australia akan Yerusalem muncul pada Oktober lalu setelah PM Morrison mengatakan dia terbuka untuk menggeser Kedutaan Besar Australia dari Tel Aviv. Pernyataannya tersebut muncul sesaat sebelum pemilu sela di wilayah yang merupakan representasi Yahudi yang kuat. Partainya kalah dalam pemilihan itu.

Israel tidak senang dengan putusan Australia?

Sponsored

Israel dinilai menunjukkan sikap tidak senang dengan langkah Australia yang hanya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kotanya.

Orang kepercayaan PM Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Australia melakukan kesalahan dengan hanya mengakui Yerusalem Barat, karena Israel menguasai seluruh kota tersebut.

Kementerian Luar Negeri Israel sudah merespons kebijakan Australia dengan menyebut Canberra itu sudah berada di jalan yang benar. Namun, PM Netanyahu menolak mengomentarinya.

"Kami sudah mengeluarkan pernyataan di Kementerian Luar Negeri. Tidak ada lagi yang ingin saya tambahkan," kata Netanyahu dalam sidang kabinet mingguan pada hari Minggu yang lazimnya dia manfaatkan untuk menyampaikan perkembangan diplomatik besar.

Ada pun Menteri untuk Kerja Sama Regional Israel Tzachi Hanegbi blak-blakan mengkritik kebijakan Australia.

"Kami menyesalkan dalam berita positif ini mereka membuat kesalahan," kata Hanegbi kepada wartawan di luar ruang kabinet. "Tidak ada pemisahan antara timur dan barat di kota itu. Yerusalem seluruhnya, bersatu. Kendali Israel atasnya kekal abadi. Kedaulatan kami tidak akan dipisah-pisah juga dipengaruhi. Dan kami berharap Australia segera akan menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahan yang dibuatnya." 

Status Yerusalem, kota suci bagi Islam, Kristen, dan Yahudi, merupakan jantung konflik Israel-Palestina.

Palestina mendambakan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Sementara itu, Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, termasuk Yerusalem Timur yang dianeksasi lewat sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Sebelumnya, tepatnya pada Mei lalu, Donald Trump menyenangkan Israel dan membuat marah rakyat Palestina serta dunia setelah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke sana.

Berita Lainnya
×
tekid