AS akan terus menekan Iran
Pence mengatakan, AS tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. Sementara itu, Iran sendiri membantah bertekad memproduksinya.
Amerika Serikat akan terus menekan Iran lewat sanksi dan Presiden Donald Trump tidak akan pernah membiarkan Teheran memiliki senjata nuklir. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden AS Mike Pence pada Senin (8/7).
Pence menuturkan bahwa AS siap untuk melindungi personel dan warganya di Timur Tengah ketika ketegangan meningkat dengan Iran.
Pernyataan Pence muncul setelah Iran mengancam akan mengurangi kepatuhannya terhadap kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) untuk kali ketiga.
"Kami berharap yang terbaik, tetapi AS dan militernya siap untuk melindungi kepentingan, personel dan warga kami di kawasan," kata Pence di hadapan sebuah kelompok Kristen Evangelis yang mengadvokasi dukungan bagi Israel.
Senada dengan Pence, penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton menyatakan bahwa tekanan terhadap Iran akan ditingkatkan sampai negara itu menghentikan tujuannya untuk memiliki senjata nuklir serta mengakhiri aktivitas kekerasannya di Timur Tengah.
"Kami akan terus meningkatkan tekanan pada rezim Iran sampai mereka meninggalkan program senjata nuklirnya dan mengakhiri aktivitas kekerasannya di Timur Tengah, termasuk melakukan dan mendukung terorisme di seluruh dunia," tutur Bolton.
Sementara itu, Kepala Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami menegaskan, dunia tahu bahwa Iran tidak bertujuan memiliki senjata nuklir.
"Mengapa mereka menjatuhi sanksi secara global kepada kami tentang isu nuklir ketika dunia tahu bahwa kami tidak bertujuan mengejar senjata? Kenyataannya mereka menjatuhi kami sanksi karena pengetahuan. Senjata nuklir tidak punya tempat dalam Islam. Islam tidak pernah mengizinkan keberadaan senjata pemusnah massal," kata Salami.
Iran telah mengurangi komitmennya terhadap JCPOA dengan dua langkah. Pertama, pada Senin (1/7) mereka mengumumkan telah menimbun lebih banyak uranium tingkat rendah yang diperkaya dari yang diizinkan JCPOA.
Langkah kedua sekaligus terbaru, Senin kemarin, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalvindi mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memperkaya uranium hingga kemurnian 4,5%, melampaui batas 3,67% yang ditentukan dalam JCPOA.
Dan pada hari yang sama, Iran mengancam akan mengambil langkah ketiga, yaitu mengaktifkan kembali mesin sentrifugal yang sebelumnya ditangguhkan dan meningkatkan pengayaan uranium menjadi 20%.
Ketegangan terkait nuklir Iran kembali memanas setelah AS menarik diri dari JCPOA tahun lalu. Kemudian AS menerapkan kembali sanksi-sanksi yang sempat ditangguhkan, menghilangkan salah satu manfaat yang seharusnya diterima Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya di bawah JCPOA.
Sumber : Reuters