sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Demo Hong Kong: Seorang petugas kebersihan tewas

Petugas kebersihan berusia 70 tahun itu diduga terkena lemparan batu dalam bentrokan antara massa antipemerintah dan pro-Beijing.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 15 Nov 2019 10:34 WIB
Demo Hong Kong: Seorang petugas kebersihan tewas

Orang kedua tewas dalam protes antipemerintah di Hong Kong, beberapa jam setelah Presiden China Xi Jinping memperingati kota itu perlu segera mengakhiri kekerasan dan memulihkan ketertiban.

Seorang petugas kebersihan berusia 70 tahun diduga terkena lemparan batu bata dalam bentrokan antara pemrotes dan warga pro-Beijing di daerah Sheung Shui pada Rabu (13/11). Pejabat rumah sakit mengatakan pria itu tewas pada Kamis (14/11) malam.

Departemen Kebersihan dan Makanan (FEHD) menuturkan bahwa korban merupakan pekerja outsource mereka yang sedang istirahat makan siang. FEHD mengutuk pedemo antipemerintah, menyebut mereka sangat berbahaya.

"Mereka melakukan tindakan kekerasan di berbagai distrik selama berhari-hati berturut-turut di mana mereka hanya menyerang anggota masyarakat lainnya. Perbuatan mereka keterlaluan," tutur FEHD dalam pernyataannya.

Kematian pria itu terjadi kurang dari seminggu setelah seorang mahasiswa pedemo berusia 22 tahun tewas akibat jatuh dari sebuah bangunan dalam operasi pembubaran massa yang dilakukan oleh polisi. Sejak itu, kekerasan dalam protes antipemerintah mengalami peningkatan.

Pada Senin (11/11), polisi menembak seorang pelajar berusia 21 tahun menggunakan peluru tajam dari jarak dekat dan seorang pria berusia 57 tahun dibakar ketika berdebat dengan demonstran. Seorang anak lelaki lainnya, berusia 15 tahun, berada dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah kepalanya dipukul oleh tabung gas air mata dalam bentrokan pada Rabu.

Berbicara pada KTT BRICS di Brasil pada Kamis, Presiden Xi mengatakan bahwa kejahatan radikal dan kekerasan yang terus-menerus terjadi telah menginjak-injak hukum dan ketertiban sosial di Hong Kong.

Xi kembali menyatakan bahwa Beijing sepenuhnya mendukung Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, kepolisian kota itu, serta peradilan yang menghukum para kriminal.

Sponsored

"Menghentikan kekerasan dan memulihkan ketertiban adalah tugas paling mendesak Hong Kong saat ini," kata dia.

Pada Kamis, para demonstran di Hong Kong membakar bendera Tiongkok, memblokir jalan-jalan raya dan melemparkan molotov ke polisi antihuru-hara. Otoritas keamanan membalas dengan menembakkan gas air mata untuk memukul mundur massa. Unjuk rasa penuh kerusuhan telah berlangsung sejak Senin.

Para pengunjuk rasa mahasiswa membarikade diri mereka di dalam kampus-kampus, membangun tembok darurat dan menimbun busur dan anak panah, molotov, ketapel serta senjata lainnya. Polisi menggambarkan Chinese University of Hong Kong sebagai gudang senjata dan amunisi.

Mahasiswa dari Eropa, China daratan dan Taiwan meninggalkan kota itu karena sejumlah universitas telah menangguhkan kegiatan belajar-mengajar selama sisa tahun ajaran. Biro Pendidikan Hong Kong telah menutup seluruh sekolah hingga pekan depan.

Protes antipemerintah dimulai sebagai penentangan terhadap RUU ekstradisi yang kini sudah secara resmi ditarik oleh pemerintah Hong Kong. Unjuk rasa kemudian meluas menjadi bentuk kekhawatiran atas pengaruh Beijing yang meningkat terhadap Hong Kong dan sejumlah tuntutan lainnya.

Setelah lima bulan turun ke jalan, seruan demonstran terkait penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi telah menjadi salah satu tantangan paling serius bagi pemerintahan Xi.

Pada Senin, Lam menggambarkan demonstran antipemerintah sebagai musuh publik. Polisi Hong Kong dilaporkan telah menyebut pemrotes sebagai "kecoak".

"Dalam kasus Hong Kong, terlihat seolah-olah polisi menempatkan seluruh generasi muda ke dalam kategori orang yang dapat diperlakukan secara brutal," tutur sejarawan China di University of California, Jeffrey Wasserstrom. (The Guardian dan BBC)

Berita Lainnya
×
tekid