sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Donald Trump galak ke NATO, manis ke Rusia

Kehangatan Donald Trump ke Rusia membayangi KTT NATO yang akan berlangsung di Brussels, Belgia, pada Rabu (11/7).

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Rabu, 11 Jul 2018 11:47 WIB
Donald Trump galak ke NATO, manis ke Rusia

Donald Trump telah bertolak ke Belgia untuk menghadiri KTT NATO yang dijadwalkan akan berlangsung pada 11 Juli di markas besar pakta pertahanan itu di Brussels, Belgia.

Seperti biasanya, melalui media sosial kesayangannya, Twitter, Trump mengabarkan persiapannya jelang menghadiri KTT NATO. Dalam twit yang sama, dia mengeluhkan soal Amerika Serikat (AS) yang mengeluarkan dana lebih besar untuk melindungi negara-negara anggota NATO. Dia menegaskan, itu tidak adil bagi para pembayar pajak di AS.

Sebelumnya, pada hari Senin (9/7), Donald Trump juga melontarkan kritik terhadap NATO. Kurang lebih sama, ia menyatakan bahwa negara-negara anggota NATO tidak menghabiskan cukup uang untuk membiayai pertahanan mereka sendiri. 

Keluhan Trump tentang NATO mengembalikan ingatan publik pada kampanye Pilpres AS 2016, ketika dia mengancam, AS tidak akan memenuhi komitmen pertahanan timbal baliknya karena negara-negara anggota NATO lainnya tidak menghabiskan 2% dari produk domestik bruto (PDB) yang disepakati untuk pertahanan. Demikian seperti dikutip dari Politico, Rabu (11/7).

Kendati demikian, Trump menegaskan kebijakannya membela sekutu AS di NATO. Namun di lain sisi, dia terus menerus meminta negara-negara lainnya meningkatkan pengeluaran mereka, mendorong banyak pihak melakukannya, meski belum juga dapat memuaskan Trump.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dalam opini tertulis yang dipublikasikan Wall Street pada Minggu (8/7), menulis bahwa ia mengharapkan delapan negara NATO dapat memenuhi 2% dari ambang batas PDB tahun ini. 

Sponsored

Berawal dari NATO, keluhan Trump meluas ke keprihatinannya tentang hubungan dagang AS dengan Uni Eropa, yang diklaimnya tidak adil. Dalam upaya untuk memperbaiki apa yang telah diidentifikasinya sebagai ketidakseimbangan, Trump telah memberlakukan tarif dagang bagi Uni Eropa, juga bagi Kanada dan Meksiko.

Meski demikian hingga saat ini, ketegangan dalam isu perdagangan belum merembet hingga ke hubungan militer di NATO, ujar perwakilan tetap AS untuk NATO Kay Bailey Hutchison dalam program Fox News Sunday. 

Namun bagaimanapun, pasca-KTT G7 di Kanada bulan lalu, hubungan Trump dengan para pemimpin dunia diwarnai ketegangan atas isu perdagangan dan dalam KTT NATO, Trump akan kembali bertemu dengan mereka. Fakta ini dinilai menghadirkan peluang untuk gesekan serupa.

Normalnya, seorang presiden AS akan menikmati hubungan yang hangat dengan para kepala negara anggota NATO. Faktanya, selama 18 bulan terakhir, dunia telah menyaksikan bahwa Trump 'sosok presiden biasa'. Trump meningkatkan kekhawatiran bahwa dia mengalienasi NATO dan nyaman menjalin hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Para sekutu kami mendukung AS. Musuh mencoba melemahkan kami. Saya tidak tahu bagaimana caranya dia membolak-balikkan itu. Itulah kenapa kami sangat gugup dengan KTT (NATO)," ujar Heather Conley, yang bertugas di Kementerian Luar Negeri AS di bawah kepresidenan Presiden George W Bush dan sekarang memimpin Program Eropa di Center for Strategic and International Studies (CSIS) seperti dikutip dari Huffington Post.

Sejak kampanye Pilpres AS 2016, Trump berkali-kali menyatakan bahwa seluruh dunia telah mengambil keuntungan dari AS melalui aliansi (NATO) dan perjanjian perdagangan. 

"Kita adalah orang-orang bodoh yang membayar semuanya. Kita adalah celengan yang suka dirampok banyak orang ... sekutu, teman-teman. Kita melindungi mereka. Tidak adil," kata Trump dalam di hadapan massa pendukungnya pada Juni lalu.

Berbagai pihak menilai, Trump tidak paham bagaimana cara kerja NATO.

Di samping iuran yang harus disetor oleh negara-negara anggota NATO, sebagian besar biaya terletak pada pengeluaran anggota untuk militer mereka sendiri, yang berlatih bersama untuk mempersiapkan operasi gabungan.

Pada tahun 2014, pasca-pembentukan ISIS di perbatasan Turki dan invasi Rusia ke Ukraina, NATO sepakat bahwa dalam waktu 10 tahun, setiap anggotanya akan menghabiskan setidaknya 2% dari PDB mereka untuk pertahanan.

"Tidak ada yang berjanji untuk mencapai 2% dalam satu tahun atau satu malam," kata Doug Lute, mantan Dubes AS untuk NATO di bawah pemerintahan Barack Obama. "Mereka dan saya akan berdiskusi untuk membuat kemajuan. Seluruh sekutu, telah membuat peningkatan nyata dalam pembelanjaan pertahanan. US$87 miliar selama empat tahun adalah uang riil." 

Conley menekankan bahwa peningkatan tersebut telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. "Mereka membuat komitmen itu dengan baik sebelum Trump bahkan mengumumkan pencalonannya."

'Pekerjaan rumah' berat menumpuk di pundak pejabat pemerintahan Donald Trump. Mereka harus 'menjaga' AS tetap pada jalurnya, sementara di lain sisi membereskan kekacauan yang dipicu pernyataan atau tindakan kontroversial Trump.

Dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis (5/7), Dubes AS untuk Rusia Jon Huntsman mengungkapkan deretan pelanggaran yang dilakukan Negeri Beruang Merah dalam beberapa tahun terakhir, "Apakah itu soal ikut campur dalam pemilu, kejahatan di seluruh Eropa, termasuk di Balkan, Inggris dan Brexit, Prancis dan Italia."

Adapun Hutchison dalam kesempatan terpisah menuturkan bahwa AS bermaksud untuk mendukung 'aspirasi keanggotaan' Ukraina dan Georgia, dua negara bekas Soviet, di NATO.

Berita Lainnya
×
tekid