sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dukung gerakan pro-demokrasi, ribuan guru Hong Kong turun ke jalan

Ribuan guru ini mengenakan pakaian serba hitam dan berdemo di tengah guyuran hujan.

Valerie Dante
Valerie Dante Sabtu, 17 Agst 2019 13:15 WIB
Dukung gerakan pro-demokrasi, ribuan guru Hong Kong turun ke jalan

Ribuan guru Hong Kong yang mengenakan baju hitam berunjuk rasa pada Sabtu (17/8) di tengah hujan deras, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan bagi para demonstran pro-demokrasi. Demonstrasi dimulai setelah pukul 11.30 waktu setempat.

Serikat Guru Profesional Hong Kong menyelenggarakan demonstrasi bertema, "Safeguard the next generation, let our conscience speak" di Chater Garden dan bersama-sama berbaris menuju Gedung Pemerintah, kediaman Kepala Eksekutif Carrie Lam.

Aksi para guru tersebut adalah salah satu dari sejumlah demo yang rencananya akan berlangsung pada Sabtu dan telah disetujui polisi.

Seorang guru matematika sekolah menengah, Chan Hoi-yee, mengatakan dia ikut serta dalam aksi protes kali ini karena merasa pemerintah telah mengabaikan suara para demonstran.

Sebelumnya, Ketua Serikat Guru Profesional Fung Wai-wah memprediksi setidaknya 500 pendidik akan ikut serta dalam unjuk rasa para guru pada Sabtu. Fung emosional ketika berbicara tentang sejumlah besar demonstran muda yang ditangkap dalam beberapa pekan terakhir.

"Pemerintah menangkap lebih dari 700 orang, banyak dari mereka merupakan pelajar," kata dia.

Sementara itu, sebagian besar toko di sepanjang jalan dekat Taman Hoi Sham ditutup untuk persiapan unjuk rasa Hung Hom yang dijadwalkan akan berlangsung pukul 15.30 waktu setempat. Adapun Front Hak Asasi Manusia Sipil berencana menggelar demonstrasi di Causeway Bay pada Minggu (18/8).

Polisi telah melarang unjuk rasa pada Sabtu yang direncanakan di Hung Hom. Demikian pula demonstrasi yang akan dilancarkan Front Hak Asasi Manusia Sipil pada Minggu.

Sponsored

Pada Jumat (16/8) malam waktu setempat, ribuan mahasiswa berkumpul di pusat Hong Kong, menyerukan agar Amerika Serikat dan Inggris membantu kota itu memperjuangkan reformasi demokrasi.

Unjuk rasa di Chater Garden itu menyerukan pencabutan resmi RUU esktradisi yang sekarang statusnya ditangguhkan, serta penyelidikan independen mengenai penggunaan kekerasan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa sejak Juni.

Aksi protes pada Jumat yang diberi nama, "Stand with Hong Kong, Power to the People", diselenggarakan oleh Delegasi Urusan Internasional Lembaga Tinggi Hong Kong yang terdiri dari sekelompok mahasiswa dari 12 universitas setempat.

Pihak penyelenggara protes ingin Inggris mengumumkan bahwa China telah melanggar deklarasi bersama yang disepakati kedua pihak sebagai syarat pengembalian Hong Kong pada 1997. Mereka juga meminta AS untuk mempercepat pembahasan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong di kongres.

Perawat berusia 26 tahun, Yeung, mengatakan bahwa meski demonstrasi dapat membantu meningkatkan kesadaran internasional, dia tidak mengharapkan negara asing untuk berkontribusi banyak bagi gerakan pro-demokrasi di Hong Kong.

"Perhatian internasional mungkin dapat membuat Beijing bertindak lebih hati-hati jika menyangkut masalah Hong Kong," kata dia. "Tapi pada akhirnya, kami masih harus bergantung pada warga Hong Kong sendiri."

Dalam sebuah pesan video yang disiarkan pada protes pada Jumat, Larry Diamond, akademisi terkemuka asal AS, mengatakan perjuangan di Hong Kong adalah bagian dari perjuangan global melawan rezim otoriter.

Brian Leung Kai-ping, satu-satunya pengunjuk rasa yang melepaskan topengnya di depan media setelah menyerbu gedung Dewan Legislatif pada awal Juli, menegaskan bahwa Hong Kong perlu meningkatkan dukungan internasional.

"Menempatkan Hong Kong dalam perspektif internasional berguna untuk melindungi demokrasi dan kebebasan jangka panjang kota ini," ungkap Brian dalam sebuah pesan video terpisah.

Pada Jumat, polisi Hong Kong membela keputusannya untuk mengurangi dan melarang unjuk rasa pada akhir pekan ini. Mereka memperingatkan pemrotes anti-RUU ekstradisi untuk tidak berkumpul secara ilegal, mengganggu lalu lintas dan merusak fasilitas umum.

Pejabat kepolisian menolak untuk mengungkapkan rincian operasional penanganan massa ketika ditanya apakah pasukan akan mengerahkan meriam air.

"Jika ada risiko serius terhadap nyawa, properti atau gangguan lalu lintas, kami akan mempertimbangkan untuk menggunakan meriam air," jelas Komandan Distrik Kota Kowloon Yeung Man-pun.

Latihan keamanan China di Shenzhen

Pasukan Kepolisian Bersenjata Rakyat (PAP) China berbaris dan melatih taktik pengendalian massa di sebuah stadion olahraga di Shezhen, kota yang berbatasan dengan Hong Kong.

Suara hentakan sepatu bot dan teriakan dilaporkan bergema dari sekitar stadion pada Jumat. Seorang penjaga keamanan stadion mengatakan belum jelas sampai kapan polisi paramiliter itu akan berada di sana.

Media pemerintah China menyatakan bahwa latihan di Shenzhen sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari dan tidak berkaitan dengan kerusuhan di Hong Kong.

Polisi dilaporkan melakukan latihan menggunakan seragam militer, perisai, pentungan dan peralatan antihuru-hara lainnya. Puluhan kendaraan lapis baja dan truk memenuhi tempat parkir stadion.

Sebelumnya, polisi Hong Kong menegaskan bahwa pihaknya mampu mengatasi situasi di kota itu tanpa intervensi China daratan.

"Saya dapat memberi tahu kepada Anda bahwa kami yakin polisi memiliki kemampuan untuk menegakkan hukum di Hong Kong," kata Yeung. (South China Morning Post dan Voice of America)

Berita Lainnya
×
tekid