sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hong Kong berbenah diri usai bentrokan akhir pekan

Vandalisme yang dilakukan pemrotes pada akhir pekan telah memaksa penutupan sejumlah stasiun MTR.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 23 Sep 2019 11:30 WIB
Hong Kong berbenah diri usai bentrokan akhir pekan

Pada Senin (23/9), Hong Kong berbenah diri dan layanan kereta bawah tanah (MTR) kembali beroperasi setelah protes antipemerintah pada Minggu (22/9) merusak sejumlah stasiun kereta.

Pada Minggu, vandalisme yang dilakukan sejumlah demonstran garis keras memaksa penutupan sementara stasiun MTR Sha Tin, Tsing Yi, Kowloon, Kwai Fong, Prince Edward dan Mong Kok karena alasan keamanan.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dalam bentrokan terbaru dari serangkaian aksi protes yang telah berjalan sejak Juni.

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di New Town Plaza, Sha Tin, sembari meneriakkan, "Fight for freedom" dan "Free Hong Kong".

Demonstran menginjak-injak bendera China di dekat stasiun MTR Sha Tin. Mereka juga menghancurkan CCTV dan loket tiket di stasiun tersebut. Sebelumnya, mereka sempat bentrok dengan polisi antihuru-hara di dalam sebuah mal di daerah itu.

Operator kereta, MTR Corp, mengatakan tindakan para pengunjuk rasa tidak hanya berdampak pada operasional transportasi, tetapi juga membahayakan keselamatan penumpang dan pegawai.

Pada Minggu mereka memperingatkan kemungkinan operasional belum dapat dipulihkan hingga Senin pagi. Pada Senin pukul 07.00 waktu setempat, layanan dilaporkan sudah berjalan normal.

MTR Corp mengatakan mereka prihatin atas dugaan pembakaran di Stasiun Siu Ho Wan yang terjadi pada Minggu pukul 02.35. Mereka menyatakan menangani kasus vandalisme itu secara serius dan telah berkoordinasi dengan polisi.

Sponsored

Juru bicara kepolisian menyatakan seorang pegawai MTR melaporkan insiden itu setelah mendengar ledakan dan melihat api berkobar di dekat rel kereta. Pegawai itu kemudian segera memandamkan api dan melaporkan bahwa tidak ada yang terluka.

Insiden itu sedang diselidiki oleh kepolisian Distrik Lantau.

Protes di Hong Kong pada akhir pekan kemarin terjadi jelang peringatan berdirinya China pada 1 Oktober. Pihak berwenang kota itu ingin menghindari insiden yang dapat mempermalukan pemerintah pusat di Beijing.

Pemerintah Hong Kong telah membatalkan pertunjukan kembang api pada 1 Oktober karena takut akan ada bentrokan antara polisi dan demonstran antipemerintah.

China, yang memiliki garnisun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Hong Kong, menyatakan pihaknya percaya kepada Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam untuk menyelesaikan krisis.

Demonstran menentang apa yang mereka anggap sebagai campur tangan Beijing atas Hong Kong. Menurut mereka, Tiongkok tidak menghargai formula "Satu Negara, Dua Sistem" yang menjamin kebebasan di kota itu.

China berulang kali menegaskan pihaknya berkomitmen menjunjung formula itu dan menyangkal telah ikut campur dalam urusan Hong Kong.

Serangkaian protes yang melanda Hong Kong dipicu oleh RUU ekstradisi yang kini telah ditarik oleh pemerintah. Di bawah RUU itu, tersangka dapat diekstradisi untuk diadili di China daratan.

Kini, gerakan protes telah menjadi seruan luas untuk reformasi demokrasi dan penentangan terhadap campur tangan Beijing.

Penyelenggara demonstrasi diperkirakan akan melakukan aksi unjuk rasa lanjutan pada akhir pekan ini dan pada 1 Oktober. (South China Morning Post, Al Jazeera dan Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid