India sanggah pernyataan Trump soal Kashmir
India menegaskan bahwa seluruh persoalan dengan Pakistan hanya akan dibahas secara bilateral.
India membantah bahwa Perdana Menteri Narendra Modi meminta Donald Trump untuk jadi penengah dalam konflik Kashmir yang sudah berlangsung lama dengan Pakistan.
Kementerian Luar Negeri India menekankan bahwa tidak ada permintaan semacam itu dan mereka juga menegaskan bahwa seluruh persoalan dengan Pakistan hanya akan dibahas secara bilateral.
Klaim Trump bahwa dirinya diminta jadi mediator soal sengketa Kashmir muncul ketika dia menjamu Perdana Menteri Pakistan Imran Khan di Gedung Putih.
Baik India dan Pakistan mengklaim kepemilikan atas seluruh Kashmir, namun keduanya hanya mengendalikan sebagian saja.
Dua tetangga yang sama-sama berkekuatan nuklir tersebut telah berperang setidaknya tiga kali terkait sengketa Kashmir, dan ketegangan meninggi pada Februari 2019 setelah India menerobos wilayah udara Pakistan.
Trump sendiri bertatap muka dengan PM Khan pada Senin (22/7) di Ruang Oval, Gedung Putih, di mana keduanya juga menjawab pertanyaan awak media.
Ketika PM Khan ditanya apakah AS dapat membantu sengketa 70 tahun antara India dan Pakistan di Kashmir, dia menjawab, "Saya rasa hanya negara terkuat yang dipimpin Presiden Trump yang dapat menyatukan kedua negara."
Pernyataan Khan tersebut dikutip dari transkip yang dilansir oleh Gedung Putih.
Trump kemudian menambahkan, "Jadi, saya bersama dengan PM Modi dua pekan lalu dan kami bicara tentang hal ini dan dia mengatakan, 'Maukah Anda menjadi mediator atau arbitrator?'."
"Saya bilang 'dimana?' lalu dia jawab 'Kashmir, karena ini telah berlangsung selama bertahun-tahun' ... Dan saya rasa mereka ingin menyelesaikannya. Jika saya bisa membantu, dengan senang hati saya akan jadi mediator ... Saya bersedia melakukannya," cerita Trump.
Pakistan menyambut baik mediasi oleh pihak ketiga di Kashmir, sementara India menuturkan bahwa seluruh masalah seharusnya hanya dibahas secara bilateral.
India dengan cepat merespons pernyataan Trump.
"Kami telah menyimak pernyataan Trump kepada awak media, dan tidak ada permintaan semacam itu," twit juru bicara Kementerian Luar Negeri Raveesh Kumar pada Selasa (23/7). "Sudah menjadi posisi konsisten India bahwa semua isu krusial dengan Pakistan hanya akan dibahas secara bilateral."
"Setiap keterlibatan dengan Pakistan akan membutuhkan diakhirinya terorisme lintas perbatasan."
...that all outstanding issues with Pakistan are discussed only bilaterally. Any engagement with Pakistan would require an end to cross border terrorism. The Shimla Agreement & the Lahore Declaration provide the basis to resolve all issues between India & Pakistan bilaterally.2/2 — Raveesh Kumar (@MEAIndia) July 22, 2019
Politikus India Shashi Tharoor mengkritik pernyataan Trump dengan mengatakan, Presiden AS itu tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang apa yang dia bicarakan.
"Entah dia belum diberi pengarahan atau tidak paham apa yang disampaikan Modi atau bagaimana posisi India terkait mediasi yang melibatkan pihak ketiga," twit Shashi.
I honestly don't think Trump has the slightest idea of what he's talking about. He has either not been briefed or not understood what Modi was saying or what India's position is on 3rd-party mediation. That said, MEA should clarify that Delhi has never sought his intercession. https://t.co/DxRpNu6vw2 — Shashi Tharoor (@ShashiTharoor) July 22, 2019
Sejak 1989, kekerasan di Kashmir dilaporkan telah menewaskan lebih dari 70.000 orang.