sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Korut pindahkan senjata berat ke perbatasan, satelitnya mulai memata-matai AS

Kementerian Luar Negeri Korut menolak kecaman dari AS dan sembilan anggota dewan keamanan PBB.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Selasa, 28 Nov 2023 13:33 WIB
Korut pindahkan senjata berat ke perbatasan, satelitnya mulai memata-matai AS

Kementerian pertahanan Korea Selatan mengungkapkan Korea Utara telah mulai membangun kembali pos-pos penjagaan dan menempatkan senjata berat di sepanjang perbatasannya. Manuver ini terjadi setelah kedua negara tersebut menarik diri dari perjanjian militer yang dirancang untuk mencegah perang.

Laporan media mengutip militer Korsel yang mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi pasukan dari Korut sedang memperbaiki pos penjagaan yang dikamuflase yang telah dihancurkan oleh rezim tersebut sebagai bagian dari perjanjian militer komprehensif pada tahun 2018 yang dirancang untuk menurunkan risiko konfrontasi di sepanjang zona demiliterisasi senjata berat (DMZ).

Militer Korsel mengatakan tentara Korut terlihat menggali parit di lokasi sepanjang perbatasan dan rezim telah mengirimkan senjata berat ke daerah tersebut.

DMZ telah membelah kedua negara sejak berakhirnya perang Korea tahun 1950-1953 dan dipandang sebagai titik konflik potensial dalam konflik antar-Korea di masa depan.

Kedua negara bertetangga tersebut telah membongkar atau melucuti 11 pos penjagaan sebagai bagian dari perjanjian tahun 2018, namun kedua belah pihak tampaknya siap untuk membatalkan perjanjian tersebut setelah meningkatnya ketegangan baru-baru ini yang dipicu oleh peluncuran satelit mata-mata Korut pada Selasa lalu yang bertentangan dengan sanksi PBB.

Setelah peluncuran tersebut, Seoul mengatakan akan menangguhkan sebagian dari perjanjian tersebut dan melanjutkan pengawasan udara di dekat perbatasan. Sebagai tanggapan, Pyongyang mengatakan akan mengerahkan senjata berat di dekat perbatasan dan meninggalkan perjanjian tersebut.

Kesepakatan tersebut, yang dicapai pada masa pemulihan hubungan antara presiden Korsel saat itu, Moon Jae-in, dan pemimpin Korut, Kim Jong-un, mengharuskan kedua belah pihak untuk menghancurkan pos-pos penjagaan dalam jarak 1 km dari perbatasan, melarang latihan militer dan manuver di dekat perbatasan darat dan laut, serta penetapan zona larangan terbang.

Kementerian Pertahanan Korsel pada hari Senin (27/11) membagikan kepada para jurnalis foto-foto yang dikatakan menunjukkan tentara Korut membangun pos penjagaan sementara dan memindahkan apa yang tampak seperti senapan recoilless – senjata anti-kendaraan portabel atau artileri ringan – ke parit yang baru dibangun.

Sponsored

“Militer kami akan memantau dengan cermat tindakan provokatif Korut sambil mempertahankan kesiapan penuh untuk dapat segera membalas provokasi Korut berdasarkan penguatan postur gabungan kami dengan Amerika Serikat,” kata kementerian tersebut, menurut kantor berita Yonhap.

Korut mengancam akan meluncurkan lebih banyak satelit, yang melanggar sanksi dewan keamanan PBB karena satelit tersebut memakai teknologi yang digunakan dalam rudal balistik jarak jauh.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita pemerintah KCNA pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Korut menolak kecaman dari AS dan sembilan anggota dewan keamanan PBB lainnya atas peluncuran satelit tersebut.

Dikatakan bahwa peluncuran tersebut adalah “cara yang sah dan adil untuk menggunakan haknya untuk membela diri dan secara menyeluruh menanggapi dan secara tepat memantau tindakan militer serius yang dilakukan AS dan para pengikutnya.”

Pejabat Korsel mengkonfirmasi bahwa satelit tersebut telah memasuki orbit dan mengatakan diperlukan lebih banyak waktu untuk menentukan apakah satelit tersebut berfungsi normal. Ada spekulasi bahwa peluncuran tersebut dimungkinkan oleh bantuan teknologi dari Rusia, agaknya sebagai imbalan atas amunisi Korut untuk mendukung perang Kremlin di Ukraina.

Pemimpin Korut, Kim Jong Un, menerima foto Gedung Putih, Pentagon, dan kapal induk AS di pangkalan angkatan laut Norfolk, yang diambil oleh satelit mata-mata yang baru saja diluncurkan, kata media pemerintah KCNA pada hari Selasa (28/11).

Satelit pengintaian pertama Korut itu dikatakan dirancang untuk memantau pergerakan militer AS dan Korsel.

Foto-foto tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian foto yang digambarkan KCNA sebagai “wilayah sasaran utama” yang dikirim oleh satelit, termasuk ibu kota Korsel, Seoul, dan pangkalan militer AS.

Kim juga memeriksa foto-foto satelit Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam, wilayah Pasifik Barart AS, serta galangan kapal dan pangkalan udara AS di Norfolk dan Newport, di mana total empat kapal induk bertenaga nuklir dan satu kapal induk Inggris terlihat, kata KCNA.

AS dan Korsel mengecam peluncuran satelit Korut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi balistik.

Para pejabat Seoul mengatakan kemampuan satelit itu tidak dapat diverifikasi karena mereka belum merilis foto-foto tersebut.(theguardian,reuters)

Berita Lainnya
×
tekid