sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menhan Jerman, wanita pertama yang jadi kandidat Presiden Komisi Eropa

Jika terpilih, Ursula von der Leyen (60) yang merupakan sekutu Merkel akan jadi wanita pertama yang memegang jabatan Presiden Komisi Eropa.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 03 Jul 2019 14:08 WIB
Menhan Jerman, wanita pertama yang jadi kandidat Presiden Komisi Eropa

Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen menjadi wanita pertama yang dipilih sebagai salah satu kandidat untuk menggantikan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker. Pencalonan itu diajukan setelah KTT Uni Eropa di Brussels, Belgia, pada Selasa (2/7).

Jika terpilih, von der Leyen akan menjadi perempuan pertama yang memegang jabatan Presiden Komisi Eropa. Tugasnya akan mencakup tanggung jawab mengusulkan UU Uni Eropa, menegakkan aturan-aturan di blok itu dan menangani kesepakatan perdagangan.

Lahir di Brussels, keluarga von der Leyen pindah ke Jerman ketika dia berusia 13 tahun. Sebelum terjun ke dunia politik, dia belajar ekonomi di London School of Economics and Political Science dan menekuni kedokteran di Hanover University.

Sebagai salah satu sekutu dekat Kanselir Jerman Angela Merkel, von der Leyen telah menjadi anggota Persatuan Demokrat Kristen Jerman (CDU) sejak 2005.

Perempuan berusia 60 tahun itu merupakan ibu dari tujuh anak, hal yang sangat tidak biasa di negara di mana rata-rata angka kelahiran sangat rendah.

Dia dipandang sebagai sosok yang sangat mendorong integrasi, mendukung kerja sama militer yang lebih erat dan menyoroti adanya permasalahan terkait persatuan di Uni Eropa.

Sejak dilantik menjadi menteri pertahanan pada 2013, von der Leyen dengan cepat menjadi populer di kalangan masyarakat Jerman. 

Sebagai menteri pertahanan di negara Uni Eropa yang paling maju dan berpenduduk padat, dia mendorong agar Jerman meningkatkan keterlibatan militernya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sponsored

Namun, masa jabatannya juga diwarnai beberapa kontroversi. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah laporan menyingkap kekurangan angkatan bersenjata Jerman, mulai dari kapal selam dan pesawat yang tidak dapat beroperasi hingga kekurangan personel militer.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada 2018 menyoroti kekurangan tersebut, mengatakan bahwa ketidakmampuan angkatan bersenjata Jerman menghalangi kesiapan negara itu untuk bertempur.

Pekan lalu, dua jet angkatan udara Jerman bertabrakan di udara saat latihan militer di daerah timur laut negara itu.

Pada awalnya, von der Leyen dianggap sebagai angin segar bagi pemerintah Jerman. Namun, pada 2018 dia menjadi salah satu pihak yang diselidiki karena diduga terlibat dalam penyalahgunaan anggaran pemerintah.

Kementerian Pertahanan Jerman dituduh memberikan kontrak pribadi yang ilegal yang diduga bernilai hingga jutaan euro. Von der Leyen kemudian mengakui bahwa kementeriannya membuat sejumlah kesalahan dalam mengalokasikan kontrak dan menegaskan akan melakukan langkah-langkah pencegahan agar hal itu tidak terjadi lagi.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid