sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menteri Luar Negeri Iran mendadak mundur

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif yang juga arsitek pakta nuklir 2015 mengumumkan pengunduran dirinya via Instagram.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 26 Feb 2019 09:31 WIB
Menteri Luar Negeri Iran mendadak mundur

Mohammad Javad Zarif mengumumkan mundur sebagai Menteri Luar Negeri Iran. Pengumuman mengejutkan tersebut disampaikannya lewat akun Instagram pribadinya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Javad Zarif (@jzarif_ir) on

Zarif memainkan peran penting dalam menegosiasikan perjanjian nuklir yang ditandatangani pada 2015 oleh Iran dan sejumlah kekuatan dunia. Namun, Donald Trump mengakhiri keterlibatan Amerika Serikat.

Pengunduran diri Zarif dikonfirmasi oleh kantor berita Iran, IRNA, yang mengutip pernyataan juru bicara kementerian luar negeri.

Pria 59 tahun itu menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam dan meraih gelar PhD dalam bidang hukum internasional dari University of Denver.

Zarif pernah menjabat sebagai Duta Besar Iran untuk PBB. Dia ditunjuk sebagai menteri luar negeri pada 2013 setelah Presiden Hassan Rouhani terpilih.

Jawaban atas pertanyaan mengapa Zarif memutuskan untuk mundur masih misteri. Unggahannya di Instagram hanya mencantumkan ungkapan terima kasih kepada rakyat dan otoritas Iran, namun tidak mengungkap alasan di balik keputusannya.

"Saya minta maaf karena tidak mampu melanjutkan tugas dan atas segala kekurangan semasa menjabat," tulisnya.

Sponsored

Tidak seperti jaringan media sosial utama lainnya, Instagram tidak diblokir di Iran.

Belum jelas apakah pengunduran diri Zarif telah diterima oleh Presiden Rouhani.

Zarif dilaporkan berada di bawah tekanan garis keras di dalam negeri sejak AS hengkang dari perjanjian nuklir.

Ketika pada Senin (25/2), Presiden Suriah Bashar al-Assad bertatap muka dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Zarif dilaporkan tidak nampak.

Iran, telah menjadi salah satu pendukung utama pemerintah Suriah selama perang sipil di negara itu. Selain Rusia, perjalanan ke Teheran ini diduga merupakan lawatan langka Presiden Assad sejak dimulainya perang pada 2011.

Nasib pakta nuklir

Pakta nuklir disahkan oleh Iran, AS, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman pada 2015 untuk membatasi kegiatan nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi. 

Tetapi menurut Trump kesepakatan itu mengerikan dan tidak cukup untuk mengekang aktivitas nuklir Iran atau "aktivitas"nya di luar negeri, seperti Suriah.

Tahun lalu, Trump mengumumkan penarikan diri AS dari pakta nuklir dan menerapkan kembali seluruh sanksi. Sementara itu, negara-negara lainnya telah berjanji untuk melanjutkan perjanjian tersebut dan Zarif menjadi ujung tombak upaya untuk mempertahankannya.

Iran telah berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai. Kepatuhannya pada kesepakatan itu telah terverifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

IAEA pun mengonfirmasi bahwa Iran menghormati komitmennya.

Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dengan ekspor bernilai miliaran dollar setiap tahunnya. Ekonomi negara itu berada di bawah tekanan dan pemerintah telah menghadapi aksi protes besar-besaran atas kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid