sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

NU: China tidak membatasi kebebasan muslim

Pernyataan PCINU itu merujuk pada wawancara dengan sejumlah mahasiswa Islam Indonesia yang sedang menuntut ilmu di China.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 17 Jul 2019 19:16 WIB
NU: China tidak membatasi kebebasan muslim

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok Imron Rosyadi menegaskan bahwa pemerintah China menjamin kebebasan rakyatnya memeluk agama dan beribadah.

"Saya tegaskan, konstitusi China itu memberikan jaminan kebebasan rakyatnya untuk memeluk agama dan beribadah. Sehingga narasi yang dibangun, bahwa China membatasi atau melarang pelaksanaan ibadah Islam, itu sama sekali tidak benar," lanjutnya dalam bedah buku 'Islam, Indonesia dan China' di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Rabu (17/7).

Buku "Islam, Indonesia dan China" berisi kumpulan wawancara dengan sejumlah mahasiswa Indonesia yang beragama Islam yang sedang menimba ilmu di Tiongkok. Dengan terbitnya buku itu, Imron berharap ada perimbangan narasi hoaks yang selama ini dibangun beberapa pihak.

"Kami ingin memberikan fakta yang dilihat oleh teman-teman mahasiswa di China. Jadi, kami tidak akan menyampaikan asumsi atau prasangka tetapi menyediakan fakta yang benar-benar ada dan dialami," jelasnya.

Imron menyampaikan harapannya agar masyarakat Indonesia mengubah cara pandang mereka yang termakan hoaks terkait adanya penindasan muslim di China, khususnya di Xinjiang.

Dia menekankan bahwa China sudah berubah menjadi negara yang terbuka, akomodatif terhadap kritik dan menghargai persoalan kebebasan beragama.

Bahkan, lanjutnya, pemerintah China berencana membangun Hui Cultural Park, kota Islam yang diklaim terbesar di dunia di Yongning.

"Itu merupakan upaya China menghargai keberlangsungan dan keberadaan Islam di negaranya," tutur Imron.

Sponsored

Senada dengan Imron, perwakilan dari Guangdong Islamic Association, Wang Yu Xia, menuturkan bahwa pemerintah China mengimplementasikan kebijakan yang menganut kebebasan beragama.

"Kegiatan beragama di China berjalan dengan aktif dan sehat. Rakyat memiliki kebebasan menganut agama, muslim di Tiongkok pun sangat dihormati," jelasnya.

Dia menjelaskan bahwa mayoritas muslim di China berasal dari Timur Tengah, Asia Tenggara, atau Asia Selatan. Karena semakin banyak muslim asing yang datang ke China, Wang menjelaskan, pemerintah justru membangun lebih banyak tempat ibadah.

"Selain itu pemerintah sering menggelar seminar terkait Islam, ada pembinaan tenaga kerja di masjid, juga imam-imam diberikan asuransi masyarakat," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Atase Pendidikan KBRI Beijing Yaya Sutarya membacakan sambutan Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun yang berhalangan hadir. 

Dubes Djauhari menyatakan bahwa secara umum, hak-hak masyarakat muslim di China terjamin dengan sangat baik. Contohnya, banyak tempat ibadah dan restoran halal yang tersedia di seluruh China.

"Masyarakat muslim dapat beribadah dengan tenang. Demikian juga perayaan-perayaan hari raya keagamaan seperti Idul Fitri berjalan dengan aman," tutur Dubes Djauhari dalam sambutannya.

Menurut data KBRI Beijing, sebanyak 15.471 mahasiswa Indonesia yang mayoritas muslim dapat beribadah dan menjalankan kehidupan beragama dengan baik di China.

Berita Lainnya
×
tekid