sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemilu Israel: Pertarungan hidup mati Netanyahu

Kekalahan akan mengakhiri lebih dari 10 tahun dominasi Netanyahu di kancah politik Israel.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 17 Sep 2019 15:33 WIB
Pemilu Israel: Pertarungan hidup mati Netanyahu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (69) dihadapkan pada pertempuran hidup mati lewat pemilihan umum yang berlangsung pada Selasa (17/9). Kekalahan akan mengakhiri lebih dari 10 tahun dominasinya di dunia politik.

Jajak pendapat menempatkan Benny Gantz (60) dari koalisi liberal dan sentris Biru dan Putih bersaing ketat dengan Netanyahu dan Partai Likud-nya yang berhaluan kanan.

Pemilu kembali diadakan setelah Netanyahu gagal membentuk koalisi pascapemilu pada April. Ini merupakan pertama dalam sejarah Israel menggelar dua kali pemilu dalam satu tahun.

Partai kanan jauh Yisrael Beiteinu pimpinan Avigdor Lieberman dapat muncul sebagai "kingmaker" dalam pembicaraan koalisi. Lieberman menentang pembentukan koalisi dalam pemilu terakhir karena dia menolak mundur dalam perselisihan yang sudah berlangsung lama dengan partai-partai keagamaan tentang RUU yang mengatur pembebasan wajib militer bagi pemuda ultra-Ortodoks.

Dua partai utama hanya menunjukkan sedikit perbedaan pada sejumlah isu krusial, di antaranya kebijakan melawan Iran, hubungan dengan Palestina dan Amerika Serikat dan kestabilan ekonomi.

Berakhirnya era Netanyahu dinilai tidak akan mengarah pada perubahan besar dalam kebijakan tentang isu-isu hangat yang diperdebatkan dalam proses perdamaian dengan Palestina.

Netanyahu telah mengumumkan niatnya untuk mencaplok Lembah Yordania di Tepi Barat yang diduduki jika dia memenangi pemilu. Senada dengannya, Gantz, juga mengatakan akan memperkuat blok pemukiman Yahudi di Tepi Barat, dengan Lembah Yordania sebagai perbatasan keamanan timur Israel.

Netanyahu terpilih menduduki kursi PM untuk pertama kalinya pada periode 1996-1999. Kemudian dia terpilih kembali pada Maret 2009 dan berkuasa hingga hari ini, mencatat sejarah sebagai pemimpin terlama dalam sejarah Israel, melampaui PM pertama David Ben-Gurion.

Sponsored

Memuji pencapaiannya selama memerintah, Netanyahu menyinggung soal ekonomi Israel yang stabil. Dia bahkan melabeli diri sebagai "Bapak Keamanan" Israel. Netanyahu juga menjual kedekatannya dengan Trump, di mana papan reklame di seluruh negeri memajang foto mereka.

Tempat pemungutan suara telah dibuka pada pukul 07.00 waktu setempat dan akan ditutup pada pukul 22.00 waktu setempat.

Negosiasi mengenai pembentukan koalisi baru diharapkan dimulai segera setelah pemungutan suara berakhir dan exit poll diumumkan.

Netanyahu sendiri menggambarkan rivalnya, Gantz yang merupakan mantan kepala staf pasukan pertahanan Israel, seorang yang tidak berpengalaman dan tidak mampu mendapatkan hormat dari para pemimpin dunia seperti Donald Trump. Sebaliknya, Gantz menyebut Netanyahu berusaha cuci tangan dari kasus korupsi yang menjeratnya.

Kemenangan dalam pemilu bisa memberi Netanyahu kesempatan untuk meloloskan RUU yang akan memberinya kekebalan dari penuntutan.

Hagit Cohen (43), seorang pekerja sosial, mengatakan dia akan mendukung koalisi Biru dan Putih. "Saya tidak ingin suara saya sia-sia. Gantz mungkin tidak sempurna, tapi cukup sudah dengan Bibi (panggilan Netanyahu)."

Sebelum pemilu pada April, Trump telah memberi Netanyahu dorongan lewat pengakuan AS terhadap kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Namun, saat ini Gedung Putih mungkin tengah sibuk menyikapi ketegangan dengan Iran. (Reuters, BBC dan CNN)

Berita Lainnya
×
tekid