Dampak perang Rusia-Ukraina, dunia bisa kekurangan suplai minyak
Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan.

Perang antara Rusia dan Ukraina bisa berdampak besar pada sektor energi. Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan.
Melansir dari Bloomberg pada Jumat (25/2), pukul 14.15 harga minyak jenis brent untuk kontrak April 2022 tembus US$ 101.16 per barel atau mengalami kenaikan 2,1%. Sementara, untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 1,94% menjadi US$ 94,61 per barel.
Pri Agung Rakhmanto selaku Ahli Ekonomi Energi dan Perminyakan Universitas Trisakti dan juga pendiri ReforMiner Institute menyatakan, perang ini memberikan dampak sinyal ke pasar bahwa suplai minyak akan semakin ketat.
"Ketidakseimbangan supply-demand, bahwa dunia akan lebih mengalami kekurangan supply, akan mendorong harga minyak dan energi fosil lainnya terus naik," ucapnya kepada Alinea.id, Jumat (25/2).
Sampai berapa kenaikan harga minyak, menurutnya, ini akan tergantung dari perkembangan dan berapa lama konflik atau perang ini berlangsung. Menurutnya, faktor bagaimana Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat merespon perang ini juga akan menentukan.
"Jika mereka kemudian terlibat dalam perang ini, apalagi secara fisik, harga minyak akan lebih tinggi lagi," ujarnya.
Tanpa terlibat secara fisik pun, kata Pri, jika mereka menerapkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Rusia, misalnya tidak memboikot perdagangan migas Rusia, itu sudah akan mendorong harga minyak lebih tinggi.
Lebih lanjut dia mengatakan, terkait konflik ini setidaknya ada tiga faktor yang nantinya bisa sedikit mengerem naiknya harga minyak. Pertama, ketika konflik itu mereda atau skala nya terbatas.
Kedua, ketika masing-masing negara membatasi manuver/respon masing-masing untuk tidak memberikan gangguan lebih jauh lagi pada stabilitas supply-demand minyak global. Terakhir, ketika negara-negara Timur Tengah ikut menstabilkan supply-demand minyak global.
"Poin ketiga ini peluangnya relatif kecil karena mereka juga berkepentingan dengan harga minyak tinggi. Jadi, harga minyak di level tinggi memang kemungkinan akan bertahan sampai kemudian perkembangan konflik mereda," tuturnya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Kejahatan anak era kiwari: Dari pencurian hingga penganiayaan
Senin, 27 Mar 2023 06:38 WIB
Turis asing berulah, perlukah wisman mendapat karpet merah?
Minggu, 26 Mar 2023 11:15 WIB