sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PM China: Hong Kong masih dalam dilema

Protes antipemerintah di Hong Kong telah berlangsung berbulan-bulan, memicu resesi pertama dalam satu dasawarsanya.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 16 Des 2019 16:08 WIB
PM China: Hong Kong masih dalam dilema

Perdana Menteri China Li Keqiang dalam pertemuannya dengan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada Senin (16/12) di Beijing mengatakan, Hong Kong belum keluar dari dilema.

Pertemuan keduanya terjadi di tengah lawatan rutin Lam, di mana dia juga akan bertatap muka dengan Presiden Xi Jinping.

"Hong Kong saat ini belum melangkah keluar dari dilema. Pemerintah (Hong Kong) harus melanjutnya upayanya, mengakhiri kekerasan dan menghentikan kekacauan sesuai dengan hukum dan memulihkan ketertiban," kata Li seperti disiarkan oleh Cable TV.

Tatap muka Li dan Lam berlangsung setelah polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dalam bentrokan pada Minggu (15/12) malam dengan demonstran prodemokrasi.

Media Hong Kong berspekulasi bahwa pembicaraan Lam dengan Xi dapat berbuntut pada arahan baru tentang krisis politik kota itu, termasuk kemungkinan perombakan kabinet. Keduanya sebelumnya sempat bertemu di Shanghai pada awal November, di mana Xi menekankan kepecayaan yang tinggi terhadap Lam.

Namun, Lam dinilai telah mengecilkan prospek perombakan kabinet sebelum dia bertolak ke China daratan. Dia menegaskan bahwa tugas pertama adalah mengekang kekerasan dan memulihkan ketertiban, sementara pihaknya berusaha untuk lebih banyak berdialog dengan publik.

Pada Minggu malam, sekelompok orang yang mengenakan penutup wajah memblokir jalan-jalan di sekitar Distrik Mong Kok, mendorong polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan tongkat.

Pada Senin, Committee to Protect Journalist (CPJ) menyebut bahwa kebebasan pers di Hong Kong telah dibatasi dengan cepat meski China berjanji untuk mempertahankan masyarakat yang terbuka.

Sponsored

Hong Kong dikembalikan oleh Inggris ke China pada 1997. Kota itu dikelola dengan formula "Satu Negara, Dua Sistem", memungkinkannya mereguk kebebasan termasuk kebebasan pers yang tidak pernah dinikmati di China daratan.

Laporan CPJ menyatakan bahwa media besar Di Hong Kong telah berada di bawah kepemilikan atau pengaruh China daratan, menggarisbawahi potensi bahaya bagi wartawan yang menentang keinginan Beijing.

Mengganggu perekonomian

Hong Kong, yang dihuni sekitar tujuh juta orang, memasuki resesi pertamanya dalam satu dasawarsa pada kuartal tiga dengan pariwisata dan ritel khususnya paling terdampak protes.

Data resmi yang dirilis pada Minggu menunjukkan bahwa Bandara Internasional Hong Kong mengalami penurunan jumlah penumpang secara signifikan pada November, yang terbesar pada lebih dari satu dekade terakhir.

Pemerintahan Lam telah menjanjikan stimulus sebesar US$3,2 miliar, tetapi analis menilai bahwa itu tidak akan berdampak besar selama kerusuhan terus terjadi.

Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong pada awal bulan ini mengatakan, sekitar 7.000 perusahaan ritel berlisensi dari 64.000 yang ada terpaksa tutup hingga enam bulan ke depan.

Meski jumlah aksi protes telah berkurang dalam beberapa pekan terakhir, namun gerakan ini masih menikmati dukungan luas dari publik. Ada lima tuntutan demonstran Hong Kong. Di antaranya, pencabutan RUU ekstradisi sepenuhnya yang sudah dilakukan oleh Lam, penyelidikan atas dugaan kebrutalan polisi dalam menangani protes, amnesti terhadap aktivis yang ditangkap, implementasi hak pilih universal, dan pengunduran diri Lam.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid