sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Starbucks jajal peruntungan di tanah kelahiran espreso

Kedai Starbucks pertama di Italia menempati bangunan bersejarah eks kantor pos yang terletak di sebuah alun-alun besar di pusat kota Milan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 06 Sep 2018 19:04 WIB
Starbucks jajal peruntungan di tanah kelahiran espreso

Starbucks akhirnya membuka kedai pertamanya di Italia. Langkah perusahaan asal Amerika Serikat itu untuk memperkenalkan kopi racikannya di Italia, negeri yang dijuluki rumah espreso, dinilai berani atau bahkan cenderung nekat.

Kedai Starbucks pertama di Italia menempati bangunan bersejarah bekas kantor pos yang terletak di sebuah alun-alun besar di pusat kota Milan.

Milan menjadi kota pertama di mana Starbucks membuka kedai kopinya dalam format roastery di wilayah yang belum teruji pasarnya. Pada 2014 Starbucks telah membuka roastery di Seattle, AS, kota yang merupakan rumah bagi kantor pusat perusahaan itu dan tahun lalu mereka membuka roastery keduanya di Shanghai.

Jika kedai kopi hanya menjual produk kopi, maka roastery mengolah kopi mulai dari biji kopi mentah.

Sejarah Starbucks tidak bisa lepas dari Milan. Howard Schultz melahirkan merek kopi global tersebut setelah dia terinspirasi oleh kedai-kedai kopi di Milan yang dikunjunginya pada tahun 1983.

"Kami datang ke Italia dengan kerendahan hati dan rasa hormat untuk menunjukkan apa yang telah kami pelajari," tutur Schultz dalam KTT Pangan Dunia tahun lalu.

Reuters/Stefano Rellandini

Italia, merupakan pasar global ke-78 Starbucks. Dan pembukaan kedai di Milan terjadi 20 tahun setelah Starbucks membuka kedai pertamanya di Eropa, tepatnya London atau setelah 47 tahun biji kopi pertama dipanggang di lokasi perdana Starbuck di Seattle. 

Sponsored

Kepala desain Starbucks Liz Muller menyatakan bahwa mereka tidak datang ke Italia untuk mengajarkan orang-orang tentang kopi. "Di sinilah kopi lahir. Starbucks ingin datang dan membawa pengalaman berharga yang berbeda dengan apa selama ini dilakukan warga Italia."

Muller mendeskripsikan formula yang ditawarkan Starbucks termasuk teknik penyeduhan yang berbeda dan tempat di mana orang ingin tinggal lebih lama. Dia mengonfirmasi bahwa akan ada lebih banyak kedai lagi pada akhir tahun ini.

Kedai Starbucks di Milan akan mempekerjakan 300 orang yang mereka sebut sebagai mitra. Seluruhnya telah menerima pelatihan berbulan-bulan sebagai barista, roaster, dan pembuat aneka makanan.

Dengan mendirikan kedai di Milan, Starbucks dilaporkan berharap dapat ikut mengambil untung dari pasar kopi Italia.

Kelompok industri katering Italia, Fipe, memperkirakan bahwa kafe dan bar di Italia melayani enam miliar espresso setahun, menghasilkan sekitar US$7,5 miliar. Rata-rata, espresso kira-kira 1,00 euro atau US$1,15. 

Kunci kesuksesan kedai baru Starbucks Milan adalah para mitra yang membantu mengalihkan orang Italia dari budaya kopi tradisional ke metode dan produk Starbuck, ungkap Presiden Starbucks untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Martin Brok.

"Mereka yang dipekerjakan akan berada di garis depan dalam memberikan sihir ini bagi pelanggan baru kami di Italia," tutur Brok di hadapan calon mitra.

Bagaimanapun, kopi yang tidak diminum di tempat, es kopi, dan latte dengan varian rasa yang selama ini lekat sebagai ciri Starbucks bertolak belakang dengan budaya kopi tradisional Italia. Pekerjaan besar Starbucks mungkin adalah meyakinkan konsumen kopi di Milan bahwa espreso yang biasanya kerap disesap masyarat Italia di secangkir gelas kecil berkualitas sama dengan yang mereka sajikan di dalam cangkir kertas.
 

 

Sumber: ABC News, Time, dan The Guardian

Berita Lainnya
×
tekid