sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lebih dari sekadar pecitarasa, sambal disebut sebagai alat hukum di komunitas

Keberadaaan sambal sebagai bagian dari budaya Indonesia, berfungsi sebagai alat hukum di beberapa komunitas warga kuno.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Sabtu, 07 Des 2019 12:55 WIB
Lebih dari sekadar pecitarasa, sambal disebut sebagai alat hukum di komunitas

Sambal Pencuci Mulut

Perkembangan jenis sambal Nusantara pada dasawarsa 1920-an memunculkan nama-nama yang terdengar aneh. Seperti: sambel brandal, sambel serdadoe, sambel budak, sambel badjak, sambel setan, dan sebagainya.

Keunikan nama sambal ini, ditengarai berkaitan erat dengan tradisi masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi sambal. Hal itu berdampingan pula dengan eksperimentasi dan modifikasi penggunaan bahan bumbu-bumbu dalam membuatnya.

Pakar sambal Catenius van der Meijden yang menguasai keahlian membuat puluhan jenis sambal menyebut, sambal sebagai “pencuci mulut yang rasanya panas” atau de heete toespijzen.

Dalam bukunya yang berjudul Makanlah Nasi! (1922), Meijden menjelaskan sebutan pencuci mulut didasari hidangan lokal Nusantara yang umumnya bersifat sebagai “sajian dingin” atau koud eten.

“Mengingat iklim tropis di Jawa, wajar jika hidangan dibiarkan dingin, karena sudah ada nasi panas dan pedasnya sambal. Kombinasi semacam ini dimaksudkan untuk menjaga temperatur hidangan, agar tidak terlalu panas atau dingin ketika dimakan,” tulis Fadly menuliskan kembali gagasan Meijden.

Perkembangan ragam sambal itu mencatatkan sambal Nusantara yang melesat dalam jumlah dan pengaruhnya dalam menu masakan Indonesia.Alinea/Chevy Azmi

Seiring waktu, muncul pula aneka sambal di berbagai daerah di Indonesia yang dikenal hingga sekarang. Beberapa di antaranya: sambal dabu-dabu dari Manado, sambal lado (Sumatera Barat), sambal kencur (Purwokerto), sambal oncom (Jawa Barat), sambal kluwak (Jawa Timur), dan sambal matah (Bali) yang belakangan terkenal dan difavoritkan banyak orang.

Sponsored

Sebagaimana dijelaskan oleh Prof Murdjiati Gardjito, dkk. dalam artikel “Profil Sambal Indonesia” (2017), sambal mempunyai posisi khusus di dalam seni dapur Indonesia.

Perkembangan ragam sambal itu, mencatatkan sambal Nusantara yang melesat dalam jumlah dan pengaruhnya dalam menu masakan Indonesia. Database Kuliner Indonesia mendata sebanyak 322 masakan menggunakan kata “sambal”.

Namun, dari 322, hanya 257 ragam sambal yang sesuai dengan definisi sambal sebagai bahan pelengkap. Sisanya, 65 ragam sambal lainnya, terdiri atas masakan bernama sambal dan sambal yang dikategorikan sebagai lauk-pauk, contohnya Pansuk, Doco Toma, Sambal Belut, Sambal Kentang dan Sambal Jamur Kuping.

Di daerah kuliner Minangkabau, Sumatera Barat, ada profesi wanita yang sehari-hari menggiling cabai menggunakan cobek batu dan batu giling. Profesi ini disebut manggiliang lado.Alinea/M. Taufik

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid