close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seorang wanita dan anak-anak memeriksa smartphone mereka di sebuah kafe di Beijing, Kamis, 19 Januari 2023. Foto AP/Andy Wong
icon caption
Seorang wanita dan anak-anak memeriksa smartphone mereka di sebuah kafe di Beijing, Kamis, 19 Januari 2023. Foto AP/Andy Wong
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 07 Agustus 2025 15:03

Studi: Anak punya smartphone sebelum SMP rentan punya pikiran bunuh diri

"Semakin muda seorang anak diberi smartphone, maka semakin besar pula paparan mereka terhadap berbagai hal yang berdampak secara psikologis..."
swipe

Anak-anak yang memiliki smartphone atau ponsel pintar sebelum usia 13 tahun berisiko mengalami gangguan kesehatan mental saat mereka tumbuh dewasa. Temuan ini muncul dari sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Human Development and Capabilities, Juli lalu. 

Dalam risetnya, para peneliti dari 100.000 anak muda berusia antara 18 hingga 24 tahun dari berbagai belahan dunia sebagai partisipan. Para peneliti menanyakan gejala-gejala terkait kesehatan mental seperti rasa agresif, perasaan terlepas dari realitas, halusinasi, hingga pikiran untuk bunuh diri.

“Semakin muda seorang anak diberi smartphone, maka semakin besar pula paparan mereka terhadap berbagai hal yang berdampak secara psikologis, dan ini memengaruhi cara mereka berpikir serta memandang dunia,” jelas Tara Thiagarajan, salah satu peneliti pada studi tersebut, seperti dikutip dari ABC News.

Dampaknya bahkan lebih besar pada anak perempuan. Sekitar 48% anak perempuan yang telah memiliki smartphone sejak usia 5 atau 6 tahun mengaku pernah mengalami pikiran untuk bunuh diri secara intens, dibandingkan dengan 28% yang baru memiliki smartphone setelah usia 13 tahun.

Pada anak laki-laki, angkanya juga signifikan. Sebanyak 31% dari mereka yang mendapatkan smartphone di usia 5 atau 6 tahun mengaku pernah mengalami pikiran untuk bunuh diri, sedangkan pada mereka yang baru memilikinya setelah usia 13 tahun, angkanya menurun menjadi 20%.

Dampak lainnya tak kalah serius. Anak perempuan melaporkan turunnya ketahanan emosional dan rasa percaya diri, sementara anak laki-laki merasa kurang tenang, kurang stabil secara emosional, dan kurang empati. Pada kedua kelompok, kepemilikan smartphone sejak usia dini dikaitkan dengan turunnya citra diri dan harga diri.

Peneliti juga menyoroti faktor-faktor lain yang ikut memperburuk kondisi ini, seperti penggunaan media sosial, cyberbullying, kualitas tidur yang buruk, dan hubungan keluarga yang renggang.

Tim peneliti menyarankan agar anak-anak tidak diberikan akses ke smartphone maupun media sosial sebelum usia 13 tahun. Selain itu, mereka juga merekomendasikan adanya pendidikan literasi digital serta peningkatan tanggung jawab dari pihak korporasi teknologi.

“Idealnya, anak tidak diberikan smartphone sebelum usia 14 tahun. Dan ketika mereka akhirnya mendapatkannya, orang tua harus meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak tentang cara berinteraksi di internet, serta menjelaskan konsekuensi dari berbagai tindakan mereka di dunia digital,” imbuh Thiagarajan.

Komentar senada juga disampaikan oleh Kepala Koresponden Medis ABC, Tara Narula. Tara menekankan pentingnya menunda akses anak-anak ke media sosial sebagai langkah utama dalam menjaga kesehatan mental mereka.

“Semakin lama kita bisa menunda anak-anak untuk terlibat di media sosial, semakin baik hasilnya, seperti yang mulai terlihat dari studi ini,” jelas Narula. 

Menurut Narula, saat ini banyak keluarga berinovasi untuk mencegah agar anak-anak tak bisa mengakses ponsel pintar sejak usia dini. Salah satunya ialah dengan menghidupkan kembali telepon rumah. "Hingga memberi anak ponsel model jadul tanpa akses internet,” kata dia. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan