close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi orang yang kurang tidur./Foto Adrian Swancar/Unsplash
icon caption
Ilustrasi orang yang kurang tidur./Foto Adrian Swancar/Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Senin, 10 Maret 2025 06:35

Begadang semalam saja ternyata bisa merusak sistem kekebalan tubuh

Kurang tidur telah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan.
swipe

Tidur itu sangat penting untuk kesehatan. Namun, kesibukan sehari-hari, membuat banyak orang terpaksa mengurangi waktu tidurnya untuk begadang.

Sebuah penelitian yang dikerjakan ilmuwan dari Dasman Diabetes Institute di Kuwait, yang terbit di The Journal of Immunology (Februari, 2025) menemukan, satu malam saja kurang tidur dapat menyebabkan perubahan signifikan pada sistem kekebalan tubuh, yang berpotensi mengakibatkan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Para peneliti berusaha memahami pengaruh kurang tidur pada sel-sel imun yang bersirkulasi, seperti monosit, serta hubungannya dengan peradangan sistemik. Monosit adalah leukosit besar atau sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh bawaan, yang menyediakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap “penyusup”.

Dilansir dari Science Alert, monosit pada manusia ada tiga subkelompok, yakni klasik, non-klasik, dan intermediet. Monosit non-klasik bertugas mencari patogen dalam jaringan pembuluh darah dan ekstravaskular, menggunakan isyarat inflamasi untuk membantu mereka mengatur respons imun tubuh.

Para peneliti merekrut 276 orang dewasa Kuwait yang sehat dengan indeks massa tubuh yang bervariasi, 237 di antaranya menyelesaikan tugas penelitian. Para peneliti menganalisis pola tidur dan memantau darah peserta untuk mengetahui kadar berbagai subset monosit serta penanda peradangan.

Hasilnya, peserta yang mengalami obesitas memiliki kualitas tidur yang jauh lebih rendah daripada peserta yang lebih kurus. Mereka juga disertai dengan peradangan kronis tingkat rendah yang lebih tinggi. Mereka pun punya lebih banyak monosit non-klasik, yang berkorelasi dengan kualitas tidur yang lebih rendah dan peningkatan penanda pro-inflamasi.

Di bagian lain dari penelitian ini, sebanyak lima orang dewasa yang sehat dan ramping mengirimkan sampel darah saat periode kurang tidur selama 24 jam. Sampel darah ini dibandingkan dengan sampel darah kontrol yang diambil usai para peserta tidur nyenyak selama beberapa hari.

Bahkan, hanya 24 jam kurang tidur tampaknya mengubah profil monosit pada peserta yang kurus menjadi menyerupai peserta obesitas. Sebuah kondisi yang menurut para peneliti mendorong peradangan kronis.

“Temuan kami menggarisbawahi tantangan kesehatan masyarakat yang terus berkembang. Kemajuan teknologi, waktu di depan layar yang lama, dan perubahan norma sosial semakin mengganggu jam tidur yang teratur,” kata seorang peneliti di Dasman Diabetes Institute, Fatema Al-Rashed, dikutip dari Science Alert.

“Gangguan tidur ini memiliki implikasi mendalam terhadap kesehatan kekebalan tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.”

Dilansir dari The New York Post, para ahli umumnya menyarankan orang dewasa untuk tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam agar tetap sehat dan membantu tubuh melawan infeksi.

Insomnia telah dikaitkan dengan kondisi kronis, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular, yang sering kali dipicu peradangan persisten. Perdangan kronis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh terus bereaksi terhadap penyakit, bahkan setelah ancaman telah berlalu.

“Kami membayangkan reformasi tempat kerja dan kampanye pendidikan yang mempromosikan praktik tidur yang lebih baik, terutama bagi populasi yang berisiko mengalami gangguan tidur karena tuntutan teknologi dan pekerjaan,” ujar Al-Rashed, dikutip dari The New York Post.

“Pada akhirnya, hal ini dapat membantu meringankan beban penyakit inflamasi, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.”

Dikutip dari Earth, makanan yang mengandung banyak gula atau kafein dapat mengganggu tidur malam. Selain itu, layar terang dari ponsel, televisi, dan komputer dapat menipu otak, sehingga mengira hari masih siang. Efek ini bisa mengurangi sekresi melatonin, yang membantu menjaga jam alami tubuh.

Mengelola stres melalui latihan relaksasi sederhana, seperti latihan pernapasan, bisa mempersiapkan tubuh untuk tidur. Keadaan yang tenang sering kali menyebabkan lebih sedikit terbangun di tengah malam.

“Lingkungan kamar tidur yang nyaman dengan kebisingan yang minim mendukung istirahat yang lebih baik,” tulis Earth.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan