sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Betapa pentingnya mengungkap sebuah rahasia

“Menahan rahasia bisa menyusahkan, dan sebenarnya, hal itu dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan psikologis jangka panjang."

Fandy Hutari
Fandy Hutari Selasa, 28 Nov 2023 20:31 WIB
Betapa pentingnya mengungkap sebuah rahasia

Seberapa penting mengungkapkan rahasia kepada orang lain? Menurut profesor psikologi di Georgia Gwinett College, David Ludden, seperti dikutip dari Psychology Today, privasi sangat berharga. Namun, orang sering kali mengungkapkannya.

“Ini adalah fakta perilaku manusia yang sulit dijelaskan oleh psikolog,” kata Ludden.

Bagi Ludden, seseorang seharusnya mempertimbangkan dengan hati-hati setiap informasi pribadi, dan hanya mengungkapkannya jika manfaatnya lebih besar dari kerugiannya. Ludden mengatakan, dalam sejarah peradaban manusia, nenek moyang kita hidup dalam kelompok kecil, hanya 100-150 anggota. Semuanya saling mengenal satu sama lain, dan mereka saling terkait.

“Ketika kelangsungan hidup individu bergantung pada koordinasi aktivitas kelompok, kejujuran adalah hal yang penting. Selain itu, ketika Anda menghabiskan seluruh hidup dalam kelompok kecil yang sama, sebenarnya tidak ada rahasia sama sekali,” tulis Ludden.

Namun, kini manusia hidup dalam dunia yang penuh dengan orang asing, kata Ludden. Akibatnya, kita tak pernah tahu dengan pasti, siapa yang bisa kita percaya dan siapa yang hanya ingin memanfaatkan. Maka, sekarang privasi adalah sebuah kebutuhan yang muncul dari dunia modern.

“Sebaliknya, kita harus menjaga diri dalam mengungkapkan hal-hal pribadi yang mungkin sesuai pada masa nenek moyang pemburu-pengumpul kita, tetapi sama sekali tidak pas dalam masyarakat modern,” ujar Ludden.

Dalam riset peneliti dari Carnegie Mellon University, yakni Erin Carbone dan George Loewenstein, berjudul “Privacy preferences and the drive to disclose”, terbit di jurnal Current Directions in Psychological Science (Oktober, 2023) diungkapkan, kita semua punya hasrat untuk membocorkan rahasia, mirip hasrat lain, seperti lapar, haus, dan seks.

Artinya, sebenarnya kita punya kebutuhan mendasar untuk memberi tahu orang lain tentang diri kita. Saat seseorang memutuskan untuk mengungkapkan sesuatu yang bersifat pribadi, kepentingannya hanya untuk memuaskan hasrat tersebut daripada konsekuensi jangka panjang.

Sponsored

Di dalam risetnya, Carbone dan Loewenstein menggunakan teori carrot dan stick. Stick adalah perasaan tak nyaman yang kita alami ketika suatu hasrat tak terpenuhi. Sedangkan carrot adalah kenikmatan yang kita rasakan ketika melakukan suatu hasrat.

“Menahan rahasia bisa menyusahkan, dan sebenarnya, hal itu dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan psikologis jangka panjang,” tulis Carbone dan Loewenstein.

“Ada juga perasaan lega yang menyenangkan ketika akhirnya kita bisa membuka isi hati.”

Di sisi lain, menurut riset Jessica M. Salemo dari Arizona State University dan Michael L. Slepian dari University of Columbia berjudul “Morality, punishment, and revealing other people’s secrets”, terbit di Journal of Personality and Social Psychology (2022), menyimpan berita baik sebagai rahasia, dapat membuat orang merasa lebih “bersemangat”.

“Walaupun rahasia negatif jauh lebih umum daripada rahasia positif, beberapa kejadian paling menyenangkan dalam hidup dimulai sebagai rahasia, termasuk pernikahan rahasia, kehamilan, hadiah kejutan, dan berita menyenangkan lainnya,” kata Slepian, seperti dikutip dari Newsweek.

Slepian dan rekannya melakukan lima eksperimen yang melibatkan lebih dari 2.500 peserta. Tujuannya, menemukan masalah mengapa orang menyimpan rahasia positif dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi mereka.

Para peneliti menemukan, rata-rata peserta memiliki 14-15 berita baik. Rata-rata lima hingga enam berita baik itu disimpan sebagai sebuah rahasia. Peserta yang menyimpan rahasia positif melaporkan, merasa lebih bersemangat daripada mereka yang memikirkan berita baik yang bukan rahasia.

“Dalam beberapa penelitian, kami menemukan, rahasia positif tidaklah memberatkan, melainkan memberi energi. Ketika orang menyimpan berita baik untuk diri sendiri sebelum membagikannya, mereka merasa lebih bersemangat,” ujar Slepian kepada Newsweek.

Dikutip dari The Guardian, Slepian mengatakan, data dari seluruh dunia menunjukkan, kita cenderung menyimpan rahasia yang sama. Hanya sekitar 38 jenis rahasia yang berbeda.

Penulis buku The Secret Life of Secrets: How Our Inner Worlds Shape Well-Being, Relationships, and Who We Are itu mengingatkan, menyimpan rahasia sama artinya dengan menjauh dari tindakan sehari-hari dalam koneksi sosial.

“Ketika ini terjadi, Anda mencegah diri sendiri untuk terlibat sepenuhnya, menghalangi diri Anda dari kesempatan untuk terikat dengan orang lain, dan mendapatkan bantuan dari mereka,” ujarnya.

Bagi Slepian, bagian tersulit memiliki rahasia bukanlah ketika kita menyembunyikannya. Namun, kita harus hidup melulu dengan rahasia itu, sendirian dalam pikiran. “Sering kali diperlukan percakapan dengan orang lain untuk keluar dari lingkaran tersebut,” tutur dia.

Walau kita punya kekhawatiran rahasia terbongkar, Slepian mengingatkan, sesungguhnya penelitian menunjukkan orang bakal bereaksi lebih positif terhadap kejujuran. Barangkali diperlukan keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang sensitif. Namun, kata Slepian, ketika kita mengambil risiko itu, teman curhat kita akan menghargainya.

“Orang lain dapat menawarkan dua jenis bantuan: dukungan emosional dan praktis,” ujar Slepian.

“Mereka mungkin menyatakan simpati atau empati, atau berbagi dengan Anda perjuangan serupa yang mereka atasi. Orang lain dapat menawarkan sudut pandang unik, bimbingan, dan saran.”

Akan tetapi, tetap berhati-hati kepada siapa kita mengungkapkan rahasia. Ludden menuturkan, ketika kita membuka diri kepada teman atau konselor yang bisa dipercaya, kita bisa mendapatkan manfaat dari kejujuran kita, tanpa menanggung dampak sosial. Namun, ketika kita mengungkapkan rahasia kepada orang asing di internet, saat itu kita mungkin merasa lega.

“Tetapi dampak sosial jangka panjang kemungkinan besar akan melebihi kesenangan sesaat itu,” ujar Ludden.

“Mengungkapkan terlalu banyak (rahasia) di media sosial, mirip dengan tindakan seks yang serampangan atau makan makanan junk berlebihan—tindakan itu mungkin memuaskan, tetapi tidak dengan cara yang sehat.”

Berita Lainnya
×
tekid