sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Glass: Pamungkas cerdas kisah Unbreakable dan Split

Film karya sutradara M. Night Shyamalan, yang menjadi ending Unbreakable dan Split.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Minggu, 27 Jan 2019 00:00 WIB
Glass: Pamungkas cerdas kisah Unbreakable dan Split

Glass (2019) merupakan lanjutan dari film Unbreakable (2000) dan Split (2016) garapan sutradara M. Night Shyamalan. Film fiksi psikologi thriller yang berkisah tentang tiga tokoh utama. Mereka percaya kalau superhero hidup di antara jutaan manusia.

Film dibuka dengan David Dunn (Bruce Willis) alias The Overseer melihat Kevin Crumb (James McAvoy) alias The Beast, yang menyekap beberapa siswa. Dia berniat untuk menyelamatkannya.

Eksistensi superhero

Dunn merupakan karakter utama dalam film Unbreakable, tokoh satu-satunya yang hidup pascakecelakaan kereta yang dialami—yang membuat dirinya menyadari memiliki kekuatan super. Dunn mampu menghancurkan pintu baja, dan tak pernah mengalami sakit selama hidupnya.

Sementara Kevin Crumb adalah tokoh dalam Split, memiliki 24 kepribadian. The Beast merupakan salah satu kepribadian Kevin yang mengubahnya menjadi sosok monster buas nan beringas. Kepribadian yang membuat Kevin kebal peluru, kuat, dan mampu merayap di dinding.

Karakter Dunn dan Kevin merupakan perwakilan protagonis dan antagonis dalam dunia seni peran. Dua karakter bertentangan yang dikendalikan oleh Elijah Price (Samuel L. Jackson) alias Mr. Glass.

Elijah (Glass) memiliki peran sentral. Dia adalah otak di balik kecelakaan kereta yang dialami Dunn, dan orang yang ingin memanfaatkan sisi monster di diri Kevin untuk tujuan pribadinya: menunjukkan eksistensi superhero di mata dunia.

Elijah merupakan sosok yang terobsesi dengan dunia komik dan cerita-cerita superhero. Dia yakin beberapa superhero hidup di sekelilingnya, dan dengan berbagai cara mencoba menemukannya. Dia serupa pencari bakat dalam dunia per-superhero-an.

Setelah berhasil meyakinkan Dunn dengan kemampuan yang dimilikinya lewat kecelakaan kereta yang diaturnya, Elijah kemudian bertemu dengan The Beast di rumah sakit jiwa tempat dia ditahan. Sebuah rumah sakit yang mengkarantina orang-orang yang dianggap delusional, yang membayangkan dirinya memiliki kekuatan super bak pahlawan di buku cerita bergambar, di bawah kendali psikolog yang diperankan oleh Sarah Paulson.

Samuel L. Jackson, Bruce Willis, Sarah Paulson, dan James McAvoy dalam film Glass (2019). (Imdb.com).

Perebutan pengaruh

Setelah Dunn dan Kevin diisolasi di rumah sakit jiwa, tempat yang sama saat Elijah ditahan, sang psikiatri mencoba meyakinkan kedua orang ini dengan sederet teori dan penjelasan ilmiah bahwa mereka bukanlah superhero yang mereka bayangkan.

Penjelasan lambat laun turut memengaruhi Dunn dan Kevin. Sehingga mereka mulai meragukan kekuatannya sendiri. Merasa depresi dengan eksistensi dirinya di dunia, hingga merasa sudah tidak waras lagi.

Saat itulah Mr. Glass hadir, merebut pengaruh sang psikiatri, membebaskan The Beast dan meyakinkannya bahwa dia memiliki kekuatan super. Sembari mengatur pertarungan antara David Dunn dan The Beast di ruang terbuka, untuk menunjukkan kepada dunia, kalau orang-orang dengan kekuatan super benar-benar eksis.

Akting gemilang dan akhir cerita

Akting James McAvoy dalam film ini patut diapresiasi. Memerankan karakter Kevin dengan berbagai kepribadian di dalam tubuhnya, mampu dimainkan James dengan sangat baik. Perubahan karakter yang juga diikuti dengan perubahan bahasa dan mimik wajah, gestur, serta intonasi dalam tiap karakter, dapat dimunculkan dengan ciamik oleh James.

Lompatan ekspresi James ketika memainkan kepribadian Patrice—seorang perempuan dengan karakter antagonis di diri Kevin, lalu beralih ke karakter The Beast yang buas dan beringas, lalu ke karakter Kevin—sosok seseorang yang selalu merasa berumur 9 tahun, terasa halus dan meyakinkan.

James McAvoy dalam film Glass (2019). (Imdb.com).

Bahkan, saat James memerankan kepribadian seorang perempuan keturunan bangsawan Inggris, gestur tubuhnya juga terlihat anggun, dengan kaki bersilang, dagu terangkat, dan nada bicara yang diatur seberwibawa mungkin.

Karakter Kevin memang memiliki porsi lebih dibandingkan dengan karakter lainnya, termasuk karakter David Dunn yang dimainkan Bruce Willis. Bruce tampil dengan karakternya yang umum, seperti banyak kita simak di film-film aksinya: macho, berwibawa, dan kaku.

Sang sutradara, Shyamalan, ingin memainkan plot twist yang membuat penonton terkejut. Alur cerita yang datar dan monoton sedari awal ditutup dengan akhir yang tak terduga. Meski tak terlalu istimewa, cara Shyamalan mengakhiri cerita cukup baik.

Membunuh karakter utama dalam akhir sebuah cerita, banyak kita temukan dalam berbagai karya. Sebuah teknik yang banyak digunakan pengarang untuk mengakhiri cerita, ketika si pengarang kehabisan ide, dan tak tahu mau diapakan karakter-karakter yang telah dibangunnya.

Glass (2019) merupakan lanjutan dari film Unbreakable (2000) dan Split (2016) garapan sutradara M. Night Shyamalan.

Glass memang tidak menampilkan adegan-adegan perkelahian yang dramatis antarpahlawan super sedari awal, seperti perkelahian Batman vs Superman. Dia tampaknya ingin menonjolkan bangunan cerita tentang superhero yang normal, suatu kekuatan yang dapat bangkit dari pengalaman traumatik seseorang.

Hanya saja, kekuatan ini harus tunduk takluk dengan semua teknologi ciptaan manusia biasa. Satu akhir cerita yang membuat saya sebagai penonton merasa klise. Namun, plot twist yang dihadirkan Shyamalan cukup berhasil. Dia sukses menyimpan satu kartu untuk dibuka terakhir. Kartu kunci yang menjelaskan cerita secara keseluruhan.

Bagi penggemar karya-karya Shyamalan, tentu sudah tidak asing lagi dengan akhir cerita seperti ini. Shyamalan tampaknya memiliki spesialisasi untuk menghadirkan cerita tak terduga dalam tiap narasi yang dibangunnya.

starstarstarstarstar3

Ending menarik. Alur cerita tak terduga. Akting James McAvoy bagus.

 

Berita Lainnya
×
tekid