close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kucing./Foto Dimhou/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kucing./Foto Dimhou/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Satwa
Senin, 16 Juni 2025 09:00

Hati-hati, kecemasan ekstrem pada kucing bisa jadi tanda penyakit

Apakah kucing Anda merasa gelisah jika bertemu orang asing?
swipe

Kucing Anda mengalami kegelisahan atau kecemasan yang tidak biasa? Hati-hati, bisa jadi kucing Anda terserang penyakit feline idiopathic cystitis (FIC) atau sistitis idopatik kucing. Sekelompok peneliti asal Kanada, dalam riset yang diterbitkan Journal of Veterinary Behavior baru-baru ini mengungkapkan hal itu.

Karena bersifat idiopatik atau terjadi dengan sendirinya, penyebab FIC hingga kini masih menjadi misteri. Namun, penemuan peningkatan rasa gugup pada kucing yang berulang, menjadi bukti yang dibutuhkan para peneliti untuk memahami patologi dan pemicunya.

Gejala FIC menyerupai infeksi saluran kemih bagian bawah yang umum. Kucing yang terkena penyakit itu akan mengejan saat buang air kecil, buang air kecil dalam jumlah sedikit tapi sering, atau bereaksi dengan suara yang terdengar kurang nyaman saat mereka menggunakan kotak pasir. Dalam kasus yang lebih parah, urin kucing bisa mengandung darah.

Akan tetapi, tidak seperti infeksi bakteri, sampel urin dari kucing yang terkena FIC bersifat steril. Maka dari itu, dokter hewan biasanya akan menyingkirkan kemungkinan infeksi dan penyebab lainnya sebelum menyimpulkan FIC adalah penyebab yang mungkin terjadi.

“Penyakit ini tidak fatal, tetapi biaya perawatan darurat yang berulang bisa jadi terlalu mahal bagi sebagian orang,” kata peneliti medis zoologi dari Universitas Montreal, Marion Desmarchelier, dikutip dari Science Alert.

Guna melakukan penelitian ini, para peneliti menghubungi pemilik kucing yang didiagnosis FIC selama pandemi dan meminta mereka untuk mengisi kuesioner tentang perilaku kucing mereka, potensi kekambuhan penyakit, dan apakan mereka mematuhi aturan lingkungan tertentu.

Di antara 33 kuesioner yang dikembalikan, para peneliti melihat perbedaan yang jelas antara kucing yang hanya mengalami satu kejadian FIC dan yang kambuh—lebih dari setengah dari kucing yang mengalami kejadian satu kali dilaporkan mengalami kegelisahan di sekitar orang asing, dibandingkan dengan hampir semua kucing yang mengalami episode berulang.

Serangkaian perilaku lain dapat dikesampingkan sebagai hal yang terkait, termasuk penyerangan yang dilakukan kucing atau apakah mereka sendiri menjadi korban penyerangan.

“Awalnya, kami mengira kucing yang cemas dan agresif akan lebih rentan terhadap sistitis berulang, tetapi sebenarnya, kucing yang penakut dan menarik diri tampaknya memiliki risiko lebih besar,” ujar Desmarchelier.

Para peneliti menyarankan agar FIC dilihat lebih sebagai konsekuensi dari kesehatan mental kucing daripada kondisi kesehatan kandung kemih. Para peneliti menilai, membantu kucing yang mengalami kecemasan agar merasa tenang dan aman mungkin bisa mengurangi risiko peradangan pada saluran kemih.

Taktik menenangkan meliputi memastikan kucing punya akses ke beberapa tempat persembunyian aman ayng dapat mereka gunakan untuk melarikan diri dari orang asing. Terapi feromon juga bisa membantu menurunkan tingkat stres kucing.

Terapi feromon adalah penggunaan feromon, yakni senyawa kimia yang dikeluarkan hewan untuk berkomunikasi, untuk memengaruhi perilaku hewan lain, terutama dalam konteks kesejahteraan hewan peliharaan dan manajemen perilaku.

Selain itu, para peneliti menganjurkan pemilik untuk memperhatikan kucing peliharaan mereka dengan saksama saat ada tamu dan membantu kucing merasa tenang. Sebab, kecemasan kucing punya dampak yang lebih besar dari yang pernah kita sadari.

Penelitian sebelumnya yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Veterinary Science menunjukkan, akar dari kondisi kesehatan ini mungkin ditemukan dalam hubungan antara sistem hormon dan saraf tubuh. Secara khusus, dalam ketidakseimbangan antara rangsangan dan respons yang terkait dengan neurotransmitter adrenalin.

Secara teori, pembuangan adrenalin yang berlebihan bisa merusak sambungan di dinding kandung kemih, sehingga saraf sensorik yang menyebabkan nyeri dan memicu peradangan terbuka. Jika kucing tidak mampumengurangi respons adrenal mereka karena kerusakan tersebut, maka kucing mungkin akan mengalami serangkaian ketidaknyamanan yang berulang.

“Meski gambaran lengkapnya masih belum jelas, peran adrenalin mengarah pada komponen psikologis, mungkin bukan sekadar tanda bahaya untuk FIC, tetapi juga pemicunya,” tulis Science Alert.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan