Seiring bertambahnya usia, kerutan halus di sudut mata—yang sering disebut “kaki gagak atau “garis tawa”, mulai muncul. Kerutan itu adalah hasil dari kulit yang menua meregang, berkontraksi, dan melengkung di bawah tekanan. Begitu kesimpulan para peneliti dari Universitas Binghamton di New York, Amerika Serikat yang dipublikasikan di Journal of the Mechanical Behavior of Biomedical Materials baru-baru ini.
Para peneliti melakukan eksperimen dengan sampel kulit dari orang-orang berusia 16 hingga 91 tahun untuk memastikan peregangan dan pelepasan kulit yang berulang-ulang dalam satu arah akan membebani jaringan yang menua lewat cara yang menimbulkan kerutan. Mirip munculnya kerutan pada celana jin.
"Ini bukan lagi sekadar teori," kata ilmuwan biomedis di Universitas Binghamton, Guy German, dikutip dari situs Binghamton.
"Kini kami memiliki bukti eksperimental yang kuat yang menunjukkan mekanisme fisik di balik penuaan."
Penelitian sebelumnya yang terbit pada 2021 mengungkap mekanisme stres dan degradasi kulit. Menurut Science Alert, riset itu adalah yang pertama menguji secara fisik sampel kulit asli dengan instrumen yang disebut tensometer gaya rendah dan mengamati perubahan yang dihasilkan di bawah mikroskop.
Para peneliti menggunakan tensometer berdaya rendah untuk meregangkan potongan-potongan kecil kulit dari orang-orang berusia 16 hingga 91 tahun, mensimulasikan gaya yang dialami kulit secara alami. Tekanan yang diberikan tensometer bertujuan meniru keausan akibat aktivitas sehari-hari. Para peneliti menemukan, gerakan kontraksi kulit yang terjadi sebagai respons terhadap peregangan tersebut semakin besar seiring bertambahnya usia, menyebabkan kerutan dan kendur.
Selain itu, para peneliti menemukan, kulit juga berada dalam kondisi semi-regang secara alami, dan kekuatan tersebut juga berubah seiring bertambahkan usia. Lapisan luar (stratum korneum) secara bertahan menjadi lebih kaku, sedangkan lapisan di bawahnya menjadi lebih lunak seiring berkurangnya kepadatan kolagen pembentuknya.
Seiring waktu, kulit kehilangan volume dengan mendorong keluar cairan, yang memperburuk efek kerutan. Kualitas poroelastis kulit ini signifikan, dan belum pernah tercatat sebelumnya.
“Jika Anda meregangkan silly putty—bahan mainan yang ketika diregangkan memanjang sekaligus menipis—misalnya, dia meregang secara horizontal, tetapi juga menyusut ke aras sebaliknya, menjadi lebih tipis. Itulah yang terjadi pada kulit,” ujar German.
“Seiring bertambahnya usia, kontraksi ini semakin besar. Dan, jika kulit Anda terlalu banyak berkontraksi, dia akan melengkung. Itulah sebabnya kerutan terbentuk.”
Menurut German, kulit kita memiliki satu set sifat mekanis saat masih muda. Namun, seiring bertambahnya usia, banyak hal mulai berubah dan menjadi sedikit “aneh.”
“Kondisinya sedikit memburuk, dan ternyata kulit meregang lebih ke samping, yang menyebabkan kerutan yang sebenarnya terbentuk,” kata German.
“Dan alasan utamanya adalah karena kulit Anda tidak dalam kondisi bebas stres. Kulit Anda sebenarnya sedikit meregang. Jadi, ada kekuatan bawaan di dalam kulit Anda sendiri, dan itulah yang mendorong munculnya kerutan.”
German mencatat, penuaan dini akibat menghabiskan waktu terlalu banyak di bawah sinar matahari dapat memiliki efek yang sama pada kulit kita seperti penuaan kronologis.
“Jika Anda menghabiskan hidup bekerja di luar ruangan, kulit Anda lebih mungkin menua dan keriput dibandingkan mereka yang bekerja di kantor, misalnya,” ujar German dalam situs Binghamton.
“Penuaan kronologis dan penuaan dini akibat sinar matahari memberikan hasil yang serupa. Jadi, nikmatilah musim panas yang menyenangkan, tapi jangan lupa tabir surya.”