Kenapa nyamuk suka menggigitmu, tetapi tidak yang lain?
Bagi kawanan nyamuk, festival musik adalah "prasmanan" sepuasnya. Tetapi, sebuah studi baru yang dilakoni para peneliti di Belanda mengisyaratkan bahwa beberapa pengunjung mungkin berisiko lebih besar untuk digigit dibanding yang lain.
Makalah baru yang diunggah ke situs pra-cetak bioRxiv bulan lalu menemukan bahwa perilaku tertentu, seperti minum bir dan menghindari tabir surya, dapat menjadikan beberapa orang sebagai “magnet” kawanan nyamuk.
“Orang kadang bertanya, ‘Oh ya, saya selalu digigit. Kenapa ya?’ Jadi ini topik yang ada di benak banyak orang, terutama saat musim panas,” kata Sara Lynn Blanken, ahli biologi di Radboud University Medical Center di Belanda dan salah satu penulis studi baru ini, seperti dikutip dari National Geographic, Jumat (26/9).
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, nyamuk adalah hewan paling mematikan di dunia. Dengan menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan virus Zika, nyamuk menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan manusia di banyak bagian dunia.
Untuk mempelajari lebih lanjut apa yang menarik nyamuk, para peneliti memilih salah satu lingkungan paling kacau dan paling tidak higienis di dunia: festival musik. Festival musik Lowlands di kawasan pertanian Biddinghuizen, Belanda, memiliki program di mana peneliti bisa mengajukan eksperimen selama acara tiga hari.
Pada Agustus 2023, Blanken dan rekan-rekannya mendirikan laboratorium darurat di dalam kontainer pengiriman dan merekrut para pengunjung festival untuk ikut serta. Setiap peserta mengisi survei tentang pola tidur, mandi, diet, golongan darah, dan kebiasaan penggunaan zat selama acara.
Peneliti juga mengukur kadar alkohol dalam darah dengan alat pernapasan (breathalyzer) dan mengusap kulit masing-masing peserta. Akhirnya, para peserta mengangkat lengan mereka di samping sangkar berisi nyamuk betina Anopheles stephensi sementara kamera merekam pergerakan serangga itu.
Sebuah kisi lubang kecil di setiap sangkar plastik memungkinkan nyamuk mencium bau, tetapi tidak menggigit manusia. Ketika nyamuk berburu, langkah pertama mereka adalah mendeteksi karbondioksida yang dihembuskan manusia. Panas tubuh dan bau juga dapat menarik mereka.
“Banyak orang datang dengan teman atau pasangan, dan mereka punya anggapan ‘dia selalu digigit nyamuk,’ atau semacamnya. Jadi mereka sangat antusias akhirnya bisa menguji itu,” kata Felix Hol, ahli biofisika di Radboud University Medical Center dan penulis lain studi ini.
Para peneliti lalu memberi rekaman itu kepada sebuah algoritme yang menganalisis ketertarikan masing-masing nyamuk, menghitung berapa kali setiap serangga mendarat pada seseorang. Kerumunan berkumpul di luar kontainer dan bersorak ketika skor daya tarik tiap peserta muncul di layar luar. “Saya sungguh terkejut positif oleh antusiasme yang luar biasa ini,” kata Hol.
Dari 465 peserta, tim menemukan bahwa nyamuk lebih mungkin mendarat pada orang yang melaporkan minum bir atau anggur dalam 12 jam terakhir, mengonsumsi ganja dalam 48 jam terakhir, menghindari tabir surya, dan berbagi tempat tidur dengan orang lain. Orang yang tidak mandi atau mengenakan tabir surya jarang jadi incaran para nyamuk.
Walaupun studi ini yang terbesar dalam jenisnya dan meneliti berbagai perilaku, Hol dan Blanken menekankan bahwa festival bukanlah lingkungan terkendali, dan nyamuk hanya bisa mencium bau, bukan menggigit lengan.
Mayoritas peserta yang masih muda mungkin sudah terbiasa mengonsumsi alkohol dan mencoba zat tertentu pada tingkat lebih tinggi dibandingkan kebanyakan orang. Mereka juga unik. Seorang peserta bahkan menyebut dirinya “demigod” dan harus dikeluarkan dari analisis karena aktivitas nyamuk yang rendah.
Namun demikian, riset baru ini mendukung studi-studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa bau, mikroba, dan konsumsi alkohol bisa memikat nyamuk. Untuk tabir surya, minyak atau baunya mungkin menghalangi serangga penghisap darah ini.

Hindari bir, gunakan repelan
Khusus untuk bir, dampaknya lebih rumit. Peminum bir mungkin punya suhu tubuh lebih tinggi atau menghembuskan lebih banyak karbondioksida, meskipun studi sebelumnya menyatakan itu mungkin bukan penyebabnya.
Sebagai alternatif, bir bisa saja terkait perilaku tertentu yang memikat nyamuk. “Mungkin lebih banyak alkohol berarti lebih banyak menari, berarti tubuh lebih bau, atau semacam itu,” kata Hol.
Spesies nyamuk yang digunakan dalam studi ini, An. stephensi, dapat menyebarkan parasit malaria di daerah perkotaan Asia Tenggara, Semenanjung Arab, dan beberapa bagian Afrika.
"Tetapi, kemungkinan ada variasi yang tergantung spesies dalam hal apa yang menarik nyamuk, bergantung pada apakah mereka khusus pada manusia," jelas Hol.
Saat ini, menghindari bir atau teman tidur belum tentu cara ampuh menghindari gigitan. Lengan panjang atau repelan nyamuk tetap cara paling pasti untuk perlindungan.
“Jika Anda ingin tidak digigit nyamuk, saya rasa hal terbaik adalah melindungi diri dan membuat diri tidak tersedia bagi mereka,” kata Blanken.
Satu hal yang dikonfirmasi studi ini: nyamuk benar-benar perusak suasana.


