Lima tips pekerja hadapi ancaman PHK
Tren PHK sejak 2022 imbas ketidakpastian global membuat para pekerja khawatir.

Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda Indonesia sejak 2022 seiring terjadinya ketidakpastian global. Tren pemecatan ini dilakukan perusahaan besar hingga rintisan (startup).
Cofounder dan Chief Marketing Officer (CMO) Lifepal, Benny Fajari, menyampaikan, aksi PHK massal ini membuat banyak pekerja khawatir. Kebijakan karyawan yang sedang dalam proses PHK agar tak bekerja tetapi tetap mendapat gaji (gardening leave) juga membuat was-was.
Melihat hal tersebut, Benny mengingatkan beberapa hal penting bagi para pekerja jika terpaksa mengalami PHK ataupun gardening leave. Pertama, hitung jumlah aset dan pengeluaran wajib.
"Hitung total aset yang dimiliki, mulai dari aset riil dalam bentuk fisik dan aset keuangan dalam bentuk tabungan, uang pesangon, reksa dana, saham, dan lainnya. Hitung juga semua cicilan dan tanggungan per bulannya," kata Benny dalam keterangannya, Selasa (10/1).
Dari jumlah total cicilan dan aset tersebut, kemudian ditambah pengeluaran sehari-hari selama sebulan. Melalui pendataan ini, menurut Benny, pekerja bisa merencanakan keuangan mulai dari berapa besarannya maupun berapa lama estimasi waktu keuangan bisa bertahan.
Kemudian, melunasi utang untuk mengurangi beban pengeluaran tiap bulan. Jika total utang terlalu besar, Benny menyarankan pekerja melakukan negosiasi dengan pemberi utang.
Kedua, pastikan dana darurat di rekening bisa menanggung kebutuhan pokok selama 6 bulan ke depan. Dana darurat bisa digunakan apabila ada hal tak terduga terjadi.
Adapun alokasi dana darurat bagi pekerja yang masih hidup sendiri, idealnya tersedia 4-12 bulan dai jumlah pengeluaran. Sedangkan bagi yang sudah menikah, sebaiknya memiliki dana darurat 6-12 bulan dari pengeluaran.
Ketiga, waspadai utang konsumtif atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pribadi tanpa hasil produktif. Meski tidak selalu berdampak negatif, utang dan cicilan konsumtif yang bersifat memenuhi keinginan saja sebaiknya dikurangi dan diganti penghasilan sampingan sebagai backup jika pendapatan utama terhenti.
"Jangan tunda-tunda untuk mencari peluang dan mengambil kesempatan untuk memiliki penghasilan sampingan meski nilainya dimulai dari kecil. Tidak menutup kemungkinan penghasilan sampingan bisa menjadi penyelamat dana darurat dan menambah tabungan," tutur Benny menambahkan.
Keempat, jaminan kesehatan harus tetap ada. Menurut Benny, pengeluaran untuk kesehatan jika tidak ada asuransi dan mengalami sakit berat, berpotensi menjadi pengeluaran yang sangat besar dan mengganggu kondisi keuangan. Oleh karena itu, pekerja diimbau memiliki asuransi kesehatan atau setidaknya BPJS Kesehatan.
Terakhir, perlu memiliki perlindungan jiwa. Alasannya, kepemilikan asuransi jiwa akan membantu dalam mengantisipasi hal buruk terjadi.
"Jika Anda seorang kepala keluarga dan seandainya terjadi hal yang tidak terduga pada Anda, memiliki asuransi jiwa akan memberikan perlindungan finansial bagi keluarga yang Anda tinggalkan," katanya.
Benny menjelaskan, asuransi jiwa adalah perlindungan yang diberikan pada orang yang masih hidup atas meninggalnya seseorang. Itulah mengapa asuransi jiwa bisa disebut sebagai cara untuk melindungi keluarga.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Mendesak, revisi garis kemiskinan demi menyentuh si miskin yang tersembunyi
Selasa, 06 Jun 2023 17:18 WIB
Ironi bisnis atribut kampanye: Sepi saat kandidat dan parpol berjibun
Minggu, 04 Jun 2023 06:11 WIB