sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Meski terinfeksi Covid-19, ibu menyusui tetap dapat memberikan ASI

Dalam ASI ibu yang positif Covid-19 mengalir antibodi immunoglobulin A dan G, laktalbumin, laktoferin, dan zat lain untuk melawan infeksi.

Silvia Ng
Silvia Ng Kamis, 05 Agst 2021 15:42 WIB
Meski terinfeksi Covid-19, ibu menyusui tetap dapat memberikan ASI

Menyusui bukan hanya sekedar pemberian air susu ibu (ASI), melainkan mengemban peran proteksi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Karenanya, meski dalam kondisi terpapar dan terinfeksi Covid-19, program pemberian air susu ibu (ASI) tetap dapat dilanjutkan.

"Selain terdapat komponen makro dan mikronutrien, ASI juga mengandung enzim, hormon, dan faktor bioaktif yang berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Bayi yang masih rentan mendapatkan zat antiinfeksi, antiinflamasi, immunomodulator, dan beragam faktor bioaktif lain yang memiliki khasiat masing-masing," kata Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Wiyarni Pambudi, dalam webinar "Peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2021", Kamis(5/8).

Dia melanjutkan, dalam ASI ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19 mengalir antibodi immunoglobulin A dan immunoglobin G. Selain itu, laktalbumin, laktoferin, dan zat lainnya yang secara spesifik merupakan zat yang dibutuhkan untuk melawan SARS-CoV-2.

Aktivitas antibodi sIgA spesifik SARS-CoV-2 dan IgG spesifik dalam ASI penyintas Covid-19 mampu bertahan selama 7-10 bulan setelah infeksi.

“Inilah yang dikenal dengan imunisasi pasif yang alami, yang diberikan ibu penyintas Covid kepada bayi yang disusui," jelasnya.

Selain secara alami, sambungnya, imunitas tubuh dapat dipicu dengan induksi vaksinasi. Sayangnya, hingga kini bayi belum terkualifikasi untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19 karena masih menunggu hasil uji klinisnya.

Meski begitu, ditemukan kadar antibodi sIgA spesifik dan IgM anti-SARS-CoV-2 dalam ASI yang sudah meningkat pesat dalam 14 hari pertama pascavaksin pertama. Bakal semakin kuat setelah minggu ke-4 dan terukur lebih tinggi pada minggu ke-5 dan ke-6.

"Dari kedua kondisi tadi baik pada ibu yang terdampak Covid maupun ibu yang sehat dan layak mendapatkan vaksin, maka makin kukuhlah kita agar semangat melindungi dan mendukung ibu melanjutkan menyusui dan mendapatkan vaksinasi selama masa pandemi,” ungkapnya.

Sponsored

Wiyarni mengakui, obat yang dikonsumsi ibu menyusui memang akan diekskresikan melalui ASI. Jika kadarnya kurang dari 10% dosis terapi, maka obat tersebut dianggap aman dan kompatibel dengan menyusui.

Dirinya menambahkan, ASI tidak hanya menjadi nutrisi yang sempurna, tetapi juga memberikan stimulasi sosioemosi, rangsang, sensorik motorik, dan penguatan daya tahan tubuh, termasuk sebagai penangkal virus.

Karenanya, para ibu diharapkan tidak memutuskan ASI dengan alasan apa pun, termasuk terkonfirmasi positif ataupun riwayat kontak dengan seseorang yang didiagnosis terinfeksi Covid-19.

"Tidak ada lagi pilihan lain kecuali kita melindungi dan menyusui demi kesehatan masyarakat. Dengan membangun sistem yang lebih baik dalam kondisi pandemi, termasuk perlindungan terhadap ibu hamil dan menyusui, diberikannya kesempatan bekerja dari rumah sebelum dan sesudah ibu menghabiskan 3 bulan masa cuti maternitas," tuturnya.

"Apabila kondisi tidak memungkinkan, ibu yang positif dan dirawat harus didukung untuk dapat memerah ASI-nya. Jika ibu cukup kuat untuk menyusui, lanjutkan dengan mengikuti protokol pencegahan penularan infeksi," imbuh Wiyarni.

Adapun tindakan pencegahan penularan, yaitu ibu memakai masker saat menyusui atau memerah ASI, mencuci tangan secara efektif selama 20 detik sebelum menyusui. Kemudian, menjaga ventilasi lingkungan dan kebersihan benda yang disentuh.

Selanjutnya, mencuci pakaian pada suhu 60-90 derajat celcius dengan deterjen. Terakhir, minum banyak cairan, melakukan diet seimbang, dan tidur teratur.

Menurut data dari Satgas Covid-19 IDAI, kasus serangan virus varian delta dan bayi di bawah usia 1 tahun ternyata menjadi faktor komorbid yang tinggi angka kematiannya. Hingga akhir Juli 2021, tercatat 447 anak (42%) yang meninggal lantaran terinfeksi Covid-19.

Berita Lainnya
×
tekid