sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

The Mule: Kisah kurir narkotika berusia senja yang membosankan

The Mule diangkat dari kisah nyata seorang kurir narkotika berusia senja, yang sempat diwawancarai New York Times bernama Leo Sharp.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Sabtu, 09 Feb 2019 18:18 WIB
The Mule: Kisah kurir narkotika berusia senja yang membosankan

Drama panjang yang membosankan

The Mule menampilkan jalan cerita yang lamban, dan cenderung membosankan. Perjalanan Earl mengemudikan truknya, sepanjang adegan cenderung datar.

Dinamika yang dihadirkan sepanjang film, tak mampu mengusir rasa bosan yang muncul ketika menonton film. Di samping itu, terdapat jalan cerita yang terlalu dipaksakan masuk dalam plot, hanya untuk membuat film ini terus berlangsung.

Pertama, saat Earl menerima tawaran untuk jadi kurir pengantar paket seorang yang menemuinya tiba-tiba di pesta pranikah cucunya, dan tanpa menimbang paket apa yang akan diterimanya, dengan siapa dia berurusan, dan untuk keperluan apa paket itu harus dia antarkan.

Kedua, Earl tak merasa curiga dengan paket yang dia bawa hingga dengan putaran ke lima pengantaran berisi apa. Padahal, saat masuk satu garasi, tempat di mana pemuatan paket ke dalam bak truknya, sudah dikawal anggota kartel bersenjatakan laras panjang.

Dia seperti seorang bocah lugu, tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun, dia terus berjalan mengantarkan paket usai orderan sang kartel.

Ketiga, lolosnya dua orang kartel yang menjaga Earl dalam perjalanannya dari tangan polisi. Padahal, mereka telah siap diamankan, hanya karena Earl memberi polisi tersebut dua tong besar berondong jagung, juga terasa konyol dan menggelikan.

Selepas menonton, kita hanya disajikan satu kecurigaan bahwa film ini diproduksi hanya untuk “jualan”. Menangguk untung hanya dengan menjual nama besar Clint Eastwood, yang berperan juga sebagai sutradara—yang penasaran dengan aktingnya, usai beberapa tahun hanya berperan di balik layar.

Clint Eastwood dan Andy Garcia dalam film The Mule (Imdb.com).

Sponsored

Belum lagi humor gelap yang garing, yang mencoba dihadirkan dalam film ini. Misalnya, penggunaan kata “negro” untuk dua orang kulit hitam yang dia tolong di jalur cepat, karena bannya bocor. Dan, adegan di mana dua orang keturunan Meksiko yang menjadi sorotan pengunjung saat berada di tengah-tengah restoran roti isi orang kulit putih, menciptakan kesan yang ganjil.

Barangkali ini juga menunjukkan satu posisi politik Clint Eastwood, sebagai salah seorang yang mengapresiasi Donald Trump, yang dikenal rasis dalam pernyataan-pernyataan politiknya. Satu apresiasi yang dia lontarkan dalam salah satu media, dan sempat memantik tanggapan beragam dari berbagai pihak.

Earl yang lugu dalam film ini, seperti mengisahkan satu citra diri Clint dalam dunia nyata, yang tergambar jelas lewat sosok Earl, yang hanya peduli pada uang bayaran yang dia terima setelah menyelesaikan tugas-tugas sebagai pengantar paket, yang dalam harapannya agar dapat diterima kembali oleh keluarga dan lingkungan pertemanannya.

Namun, mengesampingkan harapan-harapan dari orang-orang terdekatnya atas posisinya di tengah keluarga. Seperti itu pulalah saya menilai film ini selepas menontonya.

Akting Clint agak sedikit berbeda dengan beberapa film yang dia bintangi sebelumnya. Misalnya, dalam Grand Torino (2008) atau Million Dollar Baby (2004). Di film itu, Clint selalu terlihat tegas dan kaku. Lewat The Mule, sosok Earl lebih flamboyan, penggoda perempuan, penyuka dansa, dan pesta.

starstarstarstarstar3

Alur membosankan dan datar.

 

Berita Lainnya
×
tekid