sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Vandalisme seni di balik kemban patung putri duyung Ancol

Kerap kali terjadi vandalisme terhadap patung di ruang publik. Baik diubah warnanya, bentuknya, bahkan dirobohkan.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Selasa, 26 Mar 2019 20:58 WIB
Vandalisme seni di balik kemban patung putri duyung Ancol

Patung putri duyung yang ada di depan dan pintu keluar Putri Duyung Resort, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara sempat menjadi perbincangan di media sosial. Sebab, bagian dada patung itu ditutupi kain berwarna emas.

Banyak warganet mencibir kebijakan pengelola Taman Impian Jaya Ancol yang membuat tampilan patung terasa janggal.

Dari pantauan reporter Alinea.id, salah satu patung, yang sebelumnya ada di pintu keluar Putri Duyung Resort pada Selasa (26/3) dipindahkan pengelola. Alasannya, banyak respons warga terhadap pemberitaan patung putri duyung memakai kemban tersebut.

Patung yang berposisi duduk menyamping, dengan tinggi sekitar satu meter dan panjang 1,5 meter dipindah ke area parkir Putri Duyung Resort, kompleks gedung resepsi Candi Bentar. Tak jauh dari patung ini, berdiri patung putri duyung yang lebih besar setinggi sekitar delapan meter di atas kolam kecil, yang sama-sama memakai kemban emas.

Beberapa pengunjung Taman Impian Jaya Ancol punya beragam komentar terkait patung tersebut. Salah seorang pengunjung, Bayu, mengatakan “ketelanjangan” patung itu tak perlu dipermasalahkan.

"Aneh aja gitu, cuma patung kok dipermasalahin. Kan itu karya seni, bukan buat dinafsuin," kata Bayu yang masih duduk di bangku SMA, saat ditemui di kompleks Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Selasa (26/3).

Pengunjung lainnya, Lina, tak ambil pusing soal ini. “Terserah, namanya juga patung. Asal bukan orang, enggak apa-apa,” kata dia.

Sementara itu, Eko yang berasal dari Cilegon, Banten, sepakat dengan pengelola Taman Impian Jaya Ancol yang menutupi bagian dada patung putri duyung.

Sponsored

"Setuju sih, terutama itu buat melindungi anak-anak," katanya.

Vandalisme seni

Salah satu patung putri duyung yang menjadi kontroversi. Alinea.id/Robertus Rony Setiawan.

Menanggapi ramainya warganet membicarakan patung putri duyung pakai kemban, Kepala Humas Taman Impian Jaya Ancol Rika Lestari mengatakan, kebijakan menutupi bagian dada patung putri duyung dilakukan tanpa ada pengaruh dan paksaan dari pihak luar.

Menurutnya, kebijakan tersebut bertujuan sebagai usaha menjadikan Ancol taman rekreasi keluarga.

"Tidak ada paksaan. Tidak ada keharusan. Dan tidak ada tekanan dari pihak manapun. Ancol sedang berusaha menjadi taman hiburan dan liburan untuk keluarga," kata Rika ketika dihubungi, Selasa (26/3).

Reaksi seniman lain lagi. Perupa asal Yogyakarta, Hari Budiono sangat menyayangkan tindakan pengelola Taman Impian Jaya Ancol yang memakaikan kemban di patung putri duyung.

Menurutnya, apa yang dilakukan pengelola salah satu taman hiburan terbesar di Jakarta itu adalah bentuk vandalisme atas karya seni. Ia mengatakan, kecemasan sebagian pihak terhadap karya seni sudah sangat memprihatinkan.

"Peristiwa ini merugikan seni. Mereka (pengelola Ancol) sudah beranggapan patung itu porno. Padahal, itu kan tidak untuk memancing syahwat, tetapi sebagai karya seni," kata Hari ketika dihubungi, Selasa (26/3).

Mantan kurator Galeri Seni Bentara Budaya Jakarta itu pun memandang, persoalan vandalisme terhadap karya seni patung puluhan kali telah terjadi. Ia menyebutkan, perusakan terhadap patung karya seniman I Nyoman Nuarta, juga tindak pengecatan yang mengubah warna asli patung di tengah kota Surakarta, beberapa tahun lalu sebagai contohnya.

"Merusak atau mengubah karya seni sekecil apa pun itu adalah vandalisme. Siapa pun yang merusak karya seni rupa, itu vandalis," tuturnya.

Sekadar mengingat, Monumen Patung Ikan karya Nyoman Nuarta yang berada di kawasan Pangandaran, Jawa Barat, diratakan dengan tanah pada Juli 2017. Patung itu dibangun pada 1970-an. Pembongkaran ini sempat menuai kontroversi. Sedangkan patung di Bundaran Manahan, Solo, dicat dengan warna pelangi pada Februari 2017.

Alih-alih mengubah tampilan karya patung, Hari menyarankan, seharusnya patung putri duyung itu disimpan saja.

Selain itu, Hari mengamati, patung putri duyung di Ancol itu pun tidak mencolok dalam menampilkan sesuatu yang mesum. Maka, ia menilai tak sepatutnya karya patung dipandang kurang etis, sehingga ditutupi kain.

"Sebagai karya patung, itu sebenarnya biasa, tak ada yang lebih atau unik," ujarnya.

Kemunduran apresiasi

Patung putri duyung yang dipakaikan kemban, dan dipindah lokasinya oleh pengelola Taman Impian Jaya Ancol. Alinea.id/Robertus Rony Setiawan.

Dihubungi terpisah, kritikus seni rupa Agus Dermawan T menilai, kebijakan pengelola Taman Impian Jaya Ancol merupakan hal konyol. Ia melihat, tindakan ini menunjukkan kemunduran cara berpikir.

"Itu kemunduran apresiasi terhadap seni, dan rasanya rada-rada munafik ya," kata Agus saat dihubungi, Selasa (26/3).

Ia membandingkan dengan apresiasi publik terhadap karya seni yang dipajang dalam Pasar Seni Ancol beberapa tahun lalu.

"Dulu, di Pasar Seni Ancol sering ada lukisan model setengah telanjang. Tapi, pengunjung mengapresiasi biasa-biasa saja," ujarnya.

Menurut Agus, perlakukan terhadap patung putri duyung tidak estetik. Dengan menutupi dadanya memakai kain berwarna emas, kata Agus, patung itu menjadi tidak bagus.

"Sembarangan saja. Pengembenannya juga tidak estetik. Kalau mau putri duyung versi 'keluarga yang baik' bikin baru saja. Pakai kebaya misalnya, kayak Nyi Roro Kidul," kata penulis buku Surga Kemelut Pelukis Hendra: Dari Pengantin Revolusi Sampai Terali Besi (2018) itu.

Di sisi lain, Hari Budiono mengatakan, selama pola pikir masyarakat masih kurang terbiasa menghargai karya seni, hal-hal yang merusak seni bisa terus terulang. Ia memandang, batasan porno atau tidak, serta kelayakan dari sebuah karya seni bagi publik, tidak bersifat normatif.

Oleh karena itu, ia menlanjutkan, kebijakan sepihak manajemen Taman Impian Jaya Ancol tak tepat. "Itu seharusnya perlu dibicarakan bersama," kata Hari.

Hari berkisah, dalam sebuah pameran lukisan, dirinya pernah membuat karya lukis berjudul “Susi Duyung”. Lukisan itu dipamerkan di Bentara Budaya Bali pada April 2015.

Sejumlah patung di beberapa kota menjadi sasaran vandalisme.

Lukisan itu menggambarkan sosok Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti, yang berwujud putri duyung. Bukannya marah, Susi justru mengapresiasi tinggi karyanya.

"Lukisan itu sudah koleksi milik Bu Susi. Dia bangga, senang sekali. Dia membacanya (lukisan itu) sebagai simbol bukan fisik semata," ucap Hari.

Menurutnya, apresiasi macam Susi Pudjiastuti yang mestinya dikembangkan di masyarakat. "Karya seni itu suatu keindahan yang harus dipahami sebagai seni, bukan murahan atau pornografi," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid