close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi menonton video di ponsel. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi menonton video di ponsel. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 17 Oktober 2025 11:02

Sering stres? Video pendek inspiratif ternyata ampuh bikin kita bebas cemas

Studi terbaru menemukan menonton video inspiratif hanya lima menit sehari bisa menurunkan stres seefektif meditasi, berkat meningkatnya rasa harapan dan keyakinan diri.
swipe

Di tengah tekanan hidup yang kian berat—tumpukan tagihan, target, berita buruk yang datang bertubi-tubi—kita sering mencari jeda di layar podcast. Ada yang menenangkan diri lewat aplikasi meditasi, podcast mindfulness, atau malah larut dalam doomscrolling, menggulir berita muram hingga larut malam.

Beragam cara itu mungkin efektif meredakan stres atau depresi yang kita alami sehari-hari. Namun, ternyata ada solusi sederhana tepat di hadapan mata kita: video pendek yang menghangatkan hati dan menginspirasi.

Sebuah penelitian dari University of California, Santa Barbara, dan Northwestern University menemukan bahwa menonton video inspiratif berdurasi beberapa menit saja—tentang orang-orang yang berhasil menaklukkan kesulitan hidup—dapat menurunkan tingkat stres dengan tingkat efektivitas serupa dengan meditasi. 

Hasil studi yang dimuat dalam jurnal Psychology of Popular Media ini menantang pandangan lama bahwa layar hanya memperburuk kesehatan mental. Kali ini, layar justru tampil sebagai jendela kecil menuju harapan.

“Media adalah salah satu cara paling umum orang menenangkan diri. Dan bila isinya tepat, ia bisa menjadi alat relaksasi yang efektif," ujar profesor komunikasi di UC Santa Barbara, Robin Nabi, seperti dikutip dari Psychiatrist, Jumat (17/10). 
 
Nabi ialah salah satu peneliti yang terlibat langsung di riset tersebut. Dalam penelitian, Nabi dan kawan-kawan melibatkan lebih dari seribu orang dewasa di Amerika Serikat. 

Para partisipan dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama menonton video inspiratif tentang penyintas kanker, atlet disabilitas, atau remaja autistik yang berprestasi. Kelompok kedua menonton video komedi.

Kelompok ketiga, mendengarkan meditasi terpandu lewat aplikasi Calm. Kelempok keempat menjelajah ponsel seperti biasa tanpa panduan. Kelompok terakhir dikondisikan agar tak melakukan apa pun. 

Setiap hari, selama lima hari berturut-turut, mereka diminta menonton atau mendengarkan konten selama lima menit saja. Hasilnya diukur seminggu kemudian—dan lagi, sepuluh hari setelahnya.

Hasilnya mengejutkan: mereka yang menonton video inspiratif mengalami lonjakan rasa harapan—dan penurunan stres yang bertahan hingga lebih dari seminggu.

Efeknya setara dengan meditasi, bahkan di antara peserta yang awalnya memiliki stres tinggi. Video komedi tak memberikan dampak serupa, sementara doomscrolling tak memberi efek sama sekali.

Nabi menyebut “harapan” sebagai mekanisme utama yang bekerja menurunkan tingkat stres para partisipan. "Harapan tak hanya memperbaiki suasana hati atau momen, tetapi juga bisa memotivasi orang-orang untuk mengatasi tantangan hidup," imbuh Nabi. 

Riset menemukan bahwa efek menenangkan ini tak mengenal batas usia atau jenis kelamin. Namun, lansia, individu dengan stres tinggi, dan mereka yang merasa kurang tangguh secara emosional memperoleh manfaat paling besar.

Bahkan orang-orang dengan kepercayaan diri rendah menunjukkan peningkatan suasana hati yang lebih signifikan dibanding mereka yang lebih yakin pada diri sendiri.

Namun demikian, jenis konten tetap jadi pembeda utama. Menjelajah media sosial secara acak hanya menambah beban. Sebaliknya, konten yang membangkitkan empati dan harapan bisa menyalakan pusat ketenangan yang sama dengan latihan mindfulness.

"Ketika orang-orang melihat orang lain bangkit dari kesulitan, itu menyalakan keyakinan bahwa kita pun bisa bertahan. Rasa kemungkinan itu, meski sederhana, membantu menekan stres," jelas Nabi. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan