sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strategi investasi saat IHSG ambrol dan krisis keuangan

Tips investasi ala Lo Kheng Hong, Warren Buffet-nya Indonesia, saat IHSG ambrol dan krisis keuangan global.

Syah Deva Ammurabi
Syah Deva Ammurabi Selasa, 10 Mar 2020 06:07 WIB
Strategi investasi saat IHSG ambrol dan krisis keuangan

Saat pasar modal dunia ambrol akibat kekhawatiran investor akan dampak wabah coronavirus dan harga minyak mentah, sejumlah instumen investasi masih menawarkan imbal hasil yang menjanjikan.

Pada perdagangan Senin (9/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup ambrol 6,58% sebesar 361,81 poin ke level 5.136,81.

Tidak anjlok sendirian, bursa saham dunia juga mengalami tekanan akibat virus corona dan anjloknya harga minyak mentah dunia. Namun, harga emas justru terus meroket hingga menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah.

Gejolak pasar saham nampaknya tak memengaruhi Lo Kheng Hong, seorang investor kawakan. Ia mengaku dirinya tak mengkhawatirkan pergerakan saham portofolio saham miliknya. 

“Saham yang saya miliki adalah perusahaan yang bagus dan murah, bukan saham perusahaan yang jelek dan mahal valuasinya,” ujarnya melalui pesan WhatsApp kepada Alinea.id, Kamis (5/3).

Pria yang dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia ini meyakini, saham salah harga pada suatu hari akan diminati oleh investor maupun fund manager. “Beli dan simpan. Tunggu dengan sabar. Suatu hari pasti kesabaranmu akan berbuah manis,” terangnya.

Selain itu, manajemen dan rekam jejak perusahaan juga menjadi pertimbangannya. “Jangan pernah membeli saham perusahaan yang dikelola oleh orang tidak jujur, tidak profesional, dan tidak berintegritas,” tegasnya.

Terpisah, Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengimbau para agar investor tetap tenang dalam menyikapi gejolak di pasar modal.

Sponsored

Ivan beralasan, bank sentral Amerika Serikat dan China telah menurunkan suku bunga bank sentral AS masing-masing sebesar 10 basis point (bps) dan 50 bps. 

Selain itu, dirinya yakin fundamental ekonomi Indonesia masih kuat lantaran nilai inflasi masih terjaga di kisaran 3% dan terkendalinya nilai tukur rupiah yang didukung oleh cadangan devisa sebesar US$131,7 miliar pada akhir Januari silam.

“Hingga saat ini kami melihat koreksi yang terjadi bisa dimanfaatkan untuk menyeimbangkan kembali porsi kelas aset saham di dalam portofolio,” terangnya dalam keterangan resmi, Jumat (6/3).

Ivan menyarankan kepada investor yang memiliki profil risiko agresif untuk menambah kembali porsi kepemilikan saham dengan memanfaatkan koreksi yang sudah terjadi. Reksa dana saham juga dapat menjadi salah satu opsi.

"Koreksi yang terjadi saat ini membuat valuasi pasar saham relatif murah. Valuasi IHSG saat ini berada di bawah dua kali standar deviasi rata-rata 5 tahun, di mana valuasi saat ini terakhir terjadi pada semester II-2015,” terangnya.

Bagi investor dengan profil risiko moderat, dia menyarankan untuk mengalihkan porsi portofolionya ke instrumen surat utang (obligasi) lantaran volatilitasnya yang rendah. Reksa dana non-saham juga dapat menjadi opsi.

Dia menjelaskan, terdapat tiga keuntungan instrumen surat utang bagi investor yaitu tingkat kupon yang biasanya lebih tinggi dibanding deposito, memiliki potensi capital gain, dan mempunyai risiko lebih rendah dibandingkan saham.

Selain itu, emas juga menjadi instrumen investasi menarik lantaran harganya yang tengah naik daun. Sejak awal tahun, harga emas telah naik sebesar 9,34% ytd.

Analis Artha Sekuritas Nugroho Fitriyanto berpendapat, kenaikan harga emas tak terlepas dari merebaknya virus corona di beberapa negara. “Emas dianggap sebagai instrumen untuk hedging atau lindung nilai," katanya.

Simak laporan selengkapnya dalam artikel berjudul "Berjibaku lawan krisis keuangan akibat corona."

Infografik meraih cuan saat krisis keuangan melanda. Alinea.id/Oky Diaz Fajar

Berita Lainnya
×
tekid