sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
Khudori

'Kamus Berjalan' pergulaan itu telah tiada

Khudori Rabu, 28 Jul 2021 07:57 WIB

'Kamus Berjalan'
Pada 2015, lewat undangan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, saat itu, Srie Agustina, saya bertemu Pak Colo. Acara di Kemendag itu mengundang belasan orang. Saat itu membahas pengaturan harga kebutuhan pokok, sebagai turunan dari Perpres 71/2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Usai pertemuan Pak Colo bilang tengah menuntaskan buku tentang Data Gula. Buku itu berisi data-data penting pergulaan nasional. Setahu saya, buku itu belum terbit karena belum ada yang membiayai.

Intensitas komunikasi kami terus terawat. Kadang-kadang saya membagikan info terkait pergulaan. Tapi lebih banyak Pak Colo yang "menyuapi" saya dengan berbagai informasi yang detail dan jernih. Baik untuk keperluan saya menulis artikel dan mempertajam analisis maupun buat data pelbagai acara diskusi. Jika saya tanya sesuatu, biasanya beliau segera mengirimi JURNAL GULA. Di jurnal itu jawaban atas pertanyaan saya tersaji komplet. 

Usai menghadiri sidang Yeka Hendra Fatika di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, 8 Januari 2019, saya meluncur ke rumah Pak Colo di Komplek Pertanian Palapa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat itu Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) itu digugat Menteri Pertanian. Ini kali pertama saya berkunjung ke rumah Pak Colo. Kami, belakangan Pak Indrya dari rumahnya di Depok bergabung, mengobrol lebih kurang empat jam tentang A-Z pergulaan nasional dan dunia. 

Tak semuanya saya pahami apa yang beliau katakan --  di otak Pak Colo seperti ada ensiklopedia yang bisa dikutipnya kapan saja beliau mau-- tetapi selalu membuat semangat saya membara untuk mengikutinya. Oleh Pak Colo saya diajak mendalami program revitalisasi pabrik gula yang mandek, keuangan perusahaan perkebunan negara berbasis tebu yang merah, Kementerian Perindustrian yang meminta beliau membuat peta jalan pergulaan dengan asumsi-asumsi tak akal, skenario pergulaan negara maju, sisik melik gula rafinasi, dan masih banyak lagi. 

Isi kepala Pak Colo yang seperti "kamus berjalan" ini juga diakui dosen agribisnis IPB University Rachmat Pambudy dan Yadi Yusriadi, tenaga ahli AGI. "Beliau itu 'kamus berjalan' industri pergulaan," kata Yadi, saat bersaksi di tahlilan hari ketiga meninggalnya Pak Colo. Komunitas pergulaan nasional telah kehilangan aset besar.

Pak Colo juga seorang praktisi pergulaan yang mumpuni. Ini diakui Rachmat Pambudy. Begitu ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, perusahaan gula milik Perum Bulog di Blora, oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, Rachmat langsung menghubungi Pak Colo. "Saya bukan orang gula, tidak mengerti gula tapi ditunjuk jadi direktur utama. Ini kecelakaan besar," aku Rachmat. 

Dengan didampingi Pak Colo, hanya dalam waktu 1,5 tahun Rachmat Pambudy bisa membawa PT GMM meraih predikat pabrik gula dengan rendemen terbaik di Indonesia pada 2018, yakni 11%. Ketika Rachmat pertama kali menjabat, rendeman hanya 6,6%. Prestasi ini kemudian diabadikan Rachmat dan Colo dalam buku Membangun Kembali Kejayaan Industri Gula Indonesia yang terbit tahun 2018.

"Ini sebenarnya buku beliau. Tapi dengan kerendahan hati, Pak Colo bersedia menjadi penulis kedua," terang Rachmat saat tahlilan hari ketiga almarhum. 

Sponsored

Sepanjang 2020 dan 2021, kami cukup intens berkomunikasi sejak awal meruyaknya pandemi Covid-19. Apalagi, tahun lalu saya tengah menuntaskan naskah buku gula rafinasi. Naskah itu teronggok sejak 2011 dan tidak selesai-selesai. Draf naskah buku gula rafinasi saya kirim ke tujuh orang, salah satunya Pak Colo. Untuk mendapatkan kritik dan masukan untuk perbaikan. 

Untuk kesekian kalinya, beliau kembali memuji naskah buku saya. Padahal, naskah buku itu selesai salah satunya karena sumbangan bahan-bahan, data, dan hasil diskusi dengan beliau. Bersama tujuh orang lain, Pak Colo adalah salah satu penulis endorsement buku baru saya, Ekonomi Politik Industri Gula Rafinasi: Kontestasi Pemerintah, Importir, Pabrik Gula, dan Petani

Setelah buku itu beliau terima, 12 Juli 2021, beliau menulis: "Suwun Pak Khudori kiriman bukunya. Bagus sekali untuk menambah literatur pergulaan Nasional". Inilah komunikasi kami yang terakhir, sampai Pak Colo dipanggil Sang Khalik sepuluh hari kemudian.

Selamat jalan Pak Colo, guruku. Saya bersaksi bahwa engkau, Colosewoko, adalah orang baik, penuh perhatian kepada sesama, tidak bisa melihat orang susah, suportif terhadap para pemula, dan begitu tulus mencintai negeri ini yang tecermin dari keresahanmu yang membuncah memikirkan industri pergulaan di tanah air.

Kepulanganmu ke Negeri Keabadian dua hari setelah Iduladha semoga menjadi salah satu isyarat Tuhan Yang Maha Rahman memberikan waktu terbaik bagimu yang telah paripurna mengemban tugas sebagai penjaga akal sehat peradaban. Sebuah akhir kehidupan yang indah dan husnul khatimah. Al Fatihah.

Pondokgede, 27 Juli 2021

Berita Lainnya
×
tekid